Hai:)
.
.
.
Author side.
Sudah hampir 3 bulan lamanya shani dirumah sakit. Dan selama itu juga gracia setia menunggu shani. Keadaan sudah berubah, shani mulai melupakan sebagian memorinya. Memori saat ia dan gracia lari pagi di komplek gracia. Saat ia kalah bermain uno dengan gracia dan saat ia masuk rumah sakit pun ia lupa.
Gracia hanya tersenyum miris saat shani melupakan kenangan kenangan yang pernah mereka lakukan dulu.
Shani terpaksa berhenti sekolah, namun seluruh guru dan siswa telah mengetahui keadaan shani sekarang, makanya mereka mewajarkan. Kesehatn shani yang terpenting.
Gracia selalu datang ke rumah sakit sepulang sekolah. Terkadang gracia juga membawa sesuatu untuk shani. Seperti bunga, dan gift gift yang lain. Pernh gracia membawa coklat untuk shani namun shani menolak. Nanti aku gendut trus gak cantik lagi . kata shani begitu.
"Halo cici ..." gracia menyapa shani yng sedang melamun di balkon rumah sakit, shani menoleh lalu tersenyum manis
"Gracia!" shani sedikit berlari dan memeluk gracia. Gracia tersenyum dan mengusap rambut shani
"Gimana keadaan kamu?" tanya gracia, shani mengangkat bahunya
"Begini begini aja" jawab shani, gracia terkekeh dan menuntun shani untuk duduk di sofa.
"Shan..."
"Apa ndut?"
"Aku gak gendut"
"Gak gendut cuma berisi"
"Shan..."
"Iyaiyaa becanda sayangkuu" shani terkekeh melihat raut wajah gracia yang sepertinya kesal
"Aku mau ngomong" gracia menatap shani, shani membalas tatapan gracia dan menggenggam tangan gracia
"Ngomong aja" jawab shani, gracia menghela nafasnya
"Sebentar lagi aku ujian"
"Ujian?" gracia mengangguk
"Ujian apa?" tanya shani lagi, gracia tersenyum. Ternyata shani lupa tentang ini juga
"Aku ujian kelulusan, sekarang kan kelas 12" shani terlihat berpikir kemudian berteriak
"Oh iya!!! Yaampun aku lupa, maaf ya. Duh kenapa aku jadi pelupa gini sih" shani memaki pelan sambil memukul kepalanya sekali
"Udah pikun, udah tua berarti" celetuk gracia, shani memicingkan matanya sedangkan gracia hanya tertawa.
"Jahat ish" shani membuang muka, gracia terkekeh lalu mencium pipi shani. Shani mengerjab, pipinya merona seketika
"Cemen ya, baru aku cium udah merah pipinya. Gimana ntar bikin anak?"
PLAK
"SHANI! SAKITTT!!!" satu sentilan keras gracia terima di keningnya.
"Kamu kalo ngomong jan kea gitu! Malu tau" shani bersungut-sungut. Gracia masih mengusap keningnya, sebuah tanda merah pun terlihat. Shani jadi merasa bersalah jadinya.
"Apa liat liat?" tanya gracia datar, shani tersenyum manis lalu beberapa detik kemudian ia mengecup kening gracia
"Maaf ya, aku reflek" shani membenamkan wajahnya di ceruk leher gracia. Gracia ikut tersenyum dan mengelus rambut shani.
Tibatiba gracia terdiam saat ia memegang lengan shani. Tambah kurus batin gracia. Gracia menghela nafas lalu melepaskan pelukan mereka dan menatap shani.
"Makan ya?" tawar gre, shani mengangguk. Gracia berjalan kearah nakas mengambil semangkuk sup dan beberapa lauk lain yang disediakan oleh rumah sakit.
"Aku bosen gre makan itu" bibir shani mengerucut, gracia terkekeh dibuatnya.
"Trus mau makan apa?"
"Martabak?" tanya shani, alis gracia mengkerut kemudian menggeleng
"Nasi dulu" ucap gracia, shani terlihat berpikir
"Ah! Gimana kalo kita ke warteg? Bosen makan makanan disini" gracia tersenyum kemudian tangannya terulur, shani yang mengerti langsung menerima uluran tangan gracia dan menggenggamnya.
"Abis makan nasi beli martabak ya?" pinta shani
"Iya sayang" shani terkekeh, lalu memeluk lengan gracia kembali.
----
Gracia dan shani berjalan beriringan mencari warung makan terdekat. Shani yang akhirnya bisa keluar dari ruangannya tersenyum senang. Karena selama ia dirumah sakit, shani tidak pernah diperbolehkan oleh mama ataupun papa shani.
"Kangen udara luar" gumam shani, gracia menoleh lalu tersenyum dan menggenggam tangan shani.
"Kangen aku ga?" tanya gracia, shani menggeleng sambil meleletkan lidahnya lalu berlari lari kecil. Gracia tersenyum, akhirnya ia bisa melihat shani tertawa lepas dan berlarian seperti anak kecil.
Saat shani sedang melompat lompat, ia berjalan cepat melewati zebra cross dan tanpa melihat kekanan dan kekiri. Ada sebuah minibus dari arah kanan melaju dengan kecepatan tidak stabil. Gracia yang melihat itu duluan, sedetik kemudian ia berteriak
"Shaniiii awassssss!!!!"
BRAKK!!
"SHANIIII!!!!"
---
"Aku kaget graciaa"
Gracia dan shani berada di rumah sakit. Tadi jika gracia tidak meneriaki nama shani mungkin saja shani tidak akan memeluk gracia sambil menangis sesenggukan seperti sekarang.
Gracia masih mengelus rambut shani, mencoba menenangkan gadis didalam dekapannya skarang.
"Lain kali, hati hati. Kalau aku gak ada gimana coba?"
"I-iyaa maaf, huaaaaaaa" gracia terus mengelus kepala shani hingga tangisan shani mereda.
"Jadi makan gak?" tanya gracia, shani mengerutkan alisnya kemudian menggeleng
"Aku gak minta makan kok daritadi" jawab shani, gracia menghela nafasnya. Lagi lagi, hal kecil seperti tadi pun shani lupakan dalam beberapa menit.
"Yaudah, masuk kamar ya makan dulu" titah gracia, shani mengangguk namun saat gracia ingin melangkah, shani menghentikannya
"Aku bosen makan makanan sini terus, cari warteg yuk?" dan saat itu juga gracia menggeleng keras lalu menggendong shani dengan punggungnya.
.
.
.
Tbc.
Yaampun, sebulan tak bertemu wkwkwk, udah pada bosen yak? Yang bosen silahkan keroyok saya(:
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin | Shania Gracia, Shani Indira
Fanfiction"dia dingin, tapi aku suka" -shani ©ketgils, 2k17