5

24 1 0
                                    

" DASAR ORANG GILA ! DASAR SINTING ! BERANI-BERANINYA DIA.. UGH.. IYUUHH.. "

Ditengah perjalanan Pica tak henti-hentinya mengomel, merutuki, menggeram kepada dirinya sendiri yang ia tujukan pada Zion. Tangannya tak henti-hentinya menggosok-gosok pipinya mencoba menghilangkan bekas ciuman dari Zion tadi.

Bagaimana tidak, selama ini Zion selalu mengganggu kehidupannya, juga anggota band lainnya, mengganggu jalan karier bandnya setiap manggung ditempat yang sama dengan band Zion juga tampil.
Dan sekarang si Zion itu sudah berani bersikap kurang ajar kepada dirinya.

Sungguh tak habis pikir, sebenarnya Zion punya masalah apa dengan ONE BIG.
Dia selalu cari gara-gara dengannya atau dengan anggota ONE BIG lainnya.

Tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menyentuh pundaknya dengan lembut.
Pica menolehkan kepalanya kepada orang yang menyentuhnya.

Angga tersenyum dengan manisnya dihadapan Pica dan membuatnya mampu mengubah ekspresi marahnya menjadi rona merah yang memenuhi pipinya karena merasa malu.

" jangan dipikirin lagi ya.. orang brengsek kayak dia gak pantas buat kamu pikirin terus kayak gini.. " ujar Angga dengan tangannya yang sudah berpindah ke atas kepala Pica dan mengelus-elus rambutnya dengan lembut.
" mending.. kamu coba dengerin lagu kakak ini deh.. lagu ini yang tadi kakak kasih ke kak Dimas buat didengerin dulu sama produser.. lagu yang bakal kita nyanyiin di konser pembuka  kita nanti.. " lanjutnya sambil memasangkan headset ke kedua telinga Pica.

Pica benar-benar dibuat diam kaku dihadapan Angga.
Bagaimana Pica tidak tegang saat melihat posisinya yang sangat dekat dengan Angga. Bahkan Pica mampu mencium aroma parfum yang digunakan Angga dan aroma mint dari mulutnya yang membuatnya tak bisa membuang kesempatan ini untuk tidak menghirup banyak-banyak aroma dari Angga ini.

Dylan dan Dion yang duduk di kursi penumpang bagian depan tak mampu menahan tarikan garis lengkung di bibir mereka masing-masing.
Mereka berdua sangat senang melihat Angga yang memang dari dulu mampu membuat Pica bahagia dalam sekejap.

Sebenarnya mereka bertiga sama-sama menahan amarah yang sama seperti yang dirasakan Pica kepada si Zion brengsek itu.
Tapi hanya Angga yang mampu mengatur amarahnya sekarang dan bisa membuat Pica kembali tenang.

Memang benar perumpamaan yang mengatakan kalau kedewasaan tak selalu memandang usia.

Kini Pica mulai tenang dan mencoba fokus mendengarkan lagu itu dengan baik sembari masih menghadap ke arah Angga.
Sedangkan Angga hanya diam memperhatikan wajah Pica.
Pica yang merasa sedang diperhatikan Angga sontak menatap kearah Angga balik. Pica merasa kalau tatapan mata Angga lama kelamaan mulai menggelap.
Perlahan-lahan Angga mulai memajukan wajahnya mendekati wajah Pica dan membuat Pica memejamkan matanya.

Ya ampun.. apa Kak Angga mau cium aku ya..? batin Pica.

Tapi tiba-tiba ia merasakan benda kenyal dipipi sebelah kirinya. Pica membuka matanya dan menatap Angga dengan bingung. Pica pikir Angga akan mencium bibirnya tapi ternyata tidak. Pipinya berubah warna menjadi rona merah, Pica malu karena pikirannya sendiri yang mesum.

Astaga.. apa yang aku pikirkan.. memalukan sekali.. batin Pica.

Dia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Pica merasa sangat malu kepada Angga.

" itu untuk menghapus jejak si brengsek tadi.. jadi.. jangan marah-marah lagi.. " bisik Angga ditelinga kiri Pica. Karena lagunya sudah berhenti walau masih memakai headset Pica masih mampu mendengarnya.

Pica mengangguk dan dengan pelan membuka kedua tangannya yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya tadi. Pica melirik sedikit kearah Dylan dan Dion tapi untungnya mereka tak ada yang tahu apa yang terjadi barusan.

PICA' S ONE BIG BANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang