Random

472 81 1
                                    

“Kenapa harus ada bodyguard? Aku baik-baik saja, eomma! Tidak ada yang menggangguku di sekolah.”

Gadis itu kini berguling ke sisi kanan ranjangnya lalu berdecak pelan.

“Ah baiklah.. tapi berjanjilah, eomma akan menceritakannya saat eomma pulang nanti. Ah matta, kapan eomma akan pulang, benarkah besok?”

Gadis itu bangkit dan mendudukkan dirinya,

“Eh?! Lusa? Bukan besok?”
“Ah. Baiklah. Ne.. Eomma (baiklah ibu) juga, jaga dirimu.”
Ia memandangi ponselnya kesal lalu sedetik kemudian melemparnya dengan asal.

“Aish!”

Drrt…drrt

“Apalagi ini…” ia meraih ponselnya dan membuka sebuah pesan singkat yang diterimanya

Kabar baik! Ayahmu akan pulang bersama ibu, lusa.’

“Whoa! Jinjja? (Benarkah?) Ayah akan pulang? “
Gadis itu bangkit lalu menari-nari kegirangan.
Ia memeluk ponselnya dengan erat.

Akhirnya ia merebahkan diri dan bersiap-siap untuk mampir ke dunia mimpi.

“Aku sangat merindukanmu ayah. Akhirnya kita bisa makan malam bersama lagi.”

•••


Ruangan putih. Kalender.
Aku mengalaminya lagi.

Kali ini angka 14 yang tertera di sana.

Aku menelan ludah dengan susah payah, apa kali ini? Aku tidak ingat kejadian apa yang terjadi di tanggal itu.

Aku melangkah perlahan.
Gelap.

Sepanjang mata memandang semua terlihat gelap.

Ruangan ini tampak lengang.

“Halo.. Apa ada orang di sini?”
Percuma yang terdengar hanya pantulan suaraku.

Tiba-tiba tanah tempatku berpijak bergetar, keadaan di sekelilingnya mulai berputar.

Ige mwoya?! (Apa-apaan in?!)

Aku berjongkok. Menundukkan kepala dan memeluk lututku sendiri.
Rasa takut mulai menjalari pikiranku.

Keadaan kembali tenang, perlahan-lahan aku menegakkan kepalaku.

Nafasku tercekat, bukankah ini bekas sekolahku dulu?

Aku menatap lantai yang tengah kupijaki saat ini, aku yakin sekali, saat ini aku tengah berada di gudang sekolah.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara, seketika aku menoleh panik.

Terlihat seorang gadis tengah memilah-milah sebuah koran bekas dan menyelimuti dirinya sendiri.

Jangan bilang ini adalah hari itu...
14 Oktober 2015.
Pembullyan terburuk di hidupku.
Dikunci dan terpaksa bermalam di gudang sekolah dengan alas koran bekas.

D-dan gadis itu… aku?

Tanpa sadar kakiku melangkah mundur, tanganku mengepal kuat.
Pandanganku kembali terarah pada gadis itu. Pakaiannya basah, tepung membaluti seluruh tubuhnya, ia terlihat berusaha menyingkirkan tepung yang menempel di tubuhnya menggunakan lembaran koran di dekatnya.

Choi Ji Soo keparat itu!

Saat ini gadis itu terlihat menekuni lembaran koran di depannya.

Ekspresinya berubah masam. Ia tersenyum kecut.

“Keluarga yang malang, mereka yang berlimpah harta tidak semuanya bahagia.
Hei, Park Hae Mi.. kau bahkan lebih beruntung dari mereka.” Gadis itu menepuk-nepuk pipinya lalu tertawa miris.

Save Me ; JJK  [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang