CHAPTER 3

388 56 11
                                    

terdiam cukup lama, aku kaget atas pertanyaan yang Angel berikan, Aku sadar semakin dia tumbuh pertanyaan ini akan semakin sering ku dengar, tapii.... Bagaimana bisa aku menjawabnya?

Dia tidak akan pernah percaya jika aku menyebutkan siapakah ayahnya--ayah yang sudah meninggalkannya.

Jikapun aku jujur padanya, aku takut dia sangat membenci ayahnya, karena ia terlalu kecil untuk mengetahui keadaan sebenarnya, Aku tahu itu, dia akan membenci ayahnya. Meskipun aku percaya, takdir akan mempertemukan mereka.

Apa yang harus aku jawab sekarang? Aku selalu merasa sakit jika memikirkan bayangan-bayangan ketika dia meninggalkanku hanya karena aku mengandung anaknya dan lebih memilih karirnya.

"Oh sayang sebaiknya kita membeli makanan kesukaanmu sekarang" ucapku mengalihkan pembicaraan, lalu ku ajak angel segera masuk ke mobil.

Setelah dua minggu kita lulus dari sekolah menengah atas, kita sibuk memikirkan masa depan. Aku berniat untuk kuliah dengan jurusan akuntansi tapi lain dengan Harry.

Sore itu, kami sedang berada diatas balkon rumahku. Karena cuaca London hari ini sangat sejuk. Aku duduk dengan merentangkan kakiku di sofa yang lebar tentu saja ada Harry disampingku.

Aku bersandar pada pundaknya, tangannya mengusap rambutku dan memainkannya. Ini nyaman aku selalu tidak ingin moment seperti ini cepat berakhir. Aku mencium pundaknya dan melihatnya tersenyum.

"Jadi.. Bagaimana? Apa kau akan ikut berkuliah di oxford bersamaku atau kau akan mengikuti audisi x-factor musim ini?" aku mendongak ke arah Harry, dia diam sejenak hingga mulutnya terbuka dan mengatakan sesuatu.

"Ya. Aku akan mengikuti audisi itu." Ucapnya sambil tersenyum getir seolah berhati-hati pada perasaanku, tentu saja hatiku sedih, karena jauh di dalam hati ini, aku mengharapkan dia ikut kuliah denganku tapi bagaimanapun juga aku harus mendukung apa yang dia pilih.

"Baiklah..." aku mengangguk dan mencoba menunjukkan senyum manisku padanya.

----

"Kau siap untuk malam ini?" Seruku, aku sedang duduk bersama Harry di backstage berharap lakilaki-ku ini selalu beruntung, aku terus berdoa kepada Tuhan supaya Harry dan bandnya bisa lolos di babak final ini.

"Tentu, sayang." Harry mencium bibirku cepat dan aku tersenyum, lalu ia meremas tanganku, oh aku tau dia sangat gugup malam ini.

"Harry, ayo siap-siap! Pertunjukkan akan segera dimulai." Aku dan Harry menengok ke arah suara itu, ada seorang crew yang memberi tahu Harry lalu Harry pun mengangguk kepadanya.

"Semoga kau dan bandmu berhasil Tuhan memberkatimu. Aku yakin kau dan band-mu pasti mendapatkan juara pertama." aku mendukungnya dengan sepenuh hatiku.

"Terimakasih, kau akan duduk disini sampai aku selesai?" aku mengangguk kepadanya kemudian dia pergi setelah mengusap sebelah pipiku, aku tak melepaskan pandanganku hingga ia menghilang dari pandanganku.

Tiba-tiba hatiku merasa gelisah ketika kembali mengingat ini semua, Aku hanya berdiam diri disini, Aku bingung bagaimana aku harus memberi tahunya bahwa aku sedang mengandung anaknya yang masih berusia 3 minggu.

Apa aku harus memberitahunya hari ini? Aku takut jika dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Tapi jika aku tidak memberi tahunya, aku takut dia berfikir macam-macam, Aku menggigit kuku-ku dengan gugup dan terus berpikir apakah aku harus memberitahunya atau tidak? Aku tak menghiraukan sekelilingku, pikiranku tersita dengan semua ini.

--

Setelah sebulan berlalu, setelah Harry dan bandnya resmi diberi nama 'One Direction', mereka memenangkan kompetisi x factor musim ini.

HI DADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang