1. soto padang buk marni.

2 1 3
                                    


Mentari mulai meninggi. Seorang gadis kecil mondar-mandir mencari letak sepatu sekolahnya. Wajahnya panik, mungkin ia akan terlambat dan mendapatkan hukuman lagi, dan lagi. Ia muak.

" pah.... Sepatu Zaza mana?" teriaknya sekuat tenaga.

" di rak deket pintu"

Gadis itu berlari mengambil sepatunya dan memakainya cepat. Ia mengikat rambutnya tinggi, memasang kacamata bulatnya, menyandang tas dan siap berangkat.

" Zaza!!" pekik papa di depan pintu saat gadis itu tepat berada di depan gerbang rumahnya. Ia berhenti dan berbalik menghampiri papanya.

Gadis kecil itu bernama lioza qarita. Umur 17 tahun, tinggi 158 cm, kulit putih, wajah mungil, pipi tembam,  rambut hitam panjang, mata bulat dengan manik gelap dan bibir mungil. Kepribadian yang cukup rumit tapi tak dipungkiri ia Gadis yang ceria dengan segala masalahnya.

" apa?"

" handphon udah dibawa? Jam? Jaket?" tannya papa mengoreksi. Tentu saja gadis itu lupa jika tidak diingatkan. Cek.

" Oia Zaza ambil dulu.." papa menyodorkan handphon, jam dan jaket anak gadisnya seraya menghentikan niatan Zaza.

" papa tau banget deh." senyumnya. Ia mengambil handphon, jam dan jaketnya cepat dan segera berangkat.

" Zaza!" panggil papa lagi. Zaza menghentikan langkahnya dan menatap papanya jengah.

" apa lagi?!"

" gak mau dikasih uang nih?" tanya papa balik lalu mengeluarkan dompet kulit dari kantong celananya. Membukanya dan mengeluarkan dua lembar uang merah. Jarang papanya memberikannya uang secara live,  biasanya papanya hanya akan mengirimkan uang ke rekening oza.  Setiap bulan oza selalu di jatah papanya.  Ia harus menggunakan uangnya sebaik mungkin. Itu lah nilai yang selalu ditanamkan padanya sejak kecil.  BERHEMAT. 

Wajah mungil itu berubah sumringah. Ia berlari mendekat, mengambil dua lembar uang merah itu dengan cepat dan segera meninggalkan rumahnya sebelum papa memanggilnya. Lagi.

" Zaza!!" pekik papa yang ketiga kalinya. OH NO!!!

" apa lagi sih pa? Zaza udah telat nih!!" ujarnya kesal.

" uang aja cepet, berangkat gak pake salim, terus bentak-bentak papah lagi." omel papa tak kalah kesal.

Zaza menurut saja apa kata papanya, sebelum ia murka dan mengutuk Zaza jadi batu. Malin Kundang kali akh. Zaza mencium tangan, memberi salam dan segera berangkat secepat kilat.

" lama" ucap seorang pria ketus.

Dia adalah diorando nata. Salah satu teman masa kecil oza. Umur 17 tahun, tinggi 174 cm, perawakan yang tegap, tegas, dan kharisma membuatnya memiliki aura yang agak berbeda dari orang awam. Walaupun terkadang sikapnya sangat menyebalkan, jahil, usil, dan keras kepala.

" udah ayok berangkat" tengah seorang pria di sebelah nata.

Sedangkan dia adalah giho Adiputra. Umur 17 tahun, tinggi 169 cm, putih, wajah babyface dengan wajah dasar yang lumayan cakep. Sayang tertutupi dengan stylenya yang agak nerd. Matanya dibingkai, gigi dipagar, celana dibiarkan cutbray, rambut klimis, dan sepatu hitam legam. Rapi dan tidak suka melanggar atuaturan.

Mereka bertiga duduk di tempat pemberhentian bus yang biasa mereka tunggu. Selang beberapa detik bus berhenti didepan mereka dan tanpa ba-bi-bu melesat masuk.

" dio... Bayarin ya." pinta oza semanis mungkin dan kemudian duduk di kursi paling belakang bus. Dio hanya menghela napasnya gusar. Selalu dia yang jadi tumbal. Secara dio paling kaya alias tajir diantara mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang