Maaf lamaaaaa riders, jangan kecewa ya. Vomment?
**
Gessa dan Adit masih berada di perpustakaan, hanya letak mereka saja yang berbeda. Jika sebelumnya mereka berada pada salah satu lorong perpustakaan, saat ini kedua murid tersebut duduk di bangku yang disediakan perpustakaan.
Keberadaaan bangku yang menghadap langsung pada taman belakang membuat suasana terlihat nyaman. Antara taman dan bangku perpustakaan tersebut hanya dibatasi oleh jendela kaca yang besar.
"Sekali lagi aku minta maaf," ucap Gessa lirih.
Adit mengangguk. "Namanya juga anak SD, sifat iri mah udah biasa."
"Tapi karena itu aku jadi menghindari kamu," kata Gessa.
"Emang kenapa? Menyesal ya dulu menghindari gue?" tanya Adit jahil. Cowok itu tersenyum miring sambil memainkan kedua alisnya naik turun.
Gessa menegang. Cewek itu menggeleng cepat.
Adit terkekeh melihat reaksi dari Gessa. "Kalau dulu lo nggak benci sama gue, pasti sekarang lo udah suka."
Mata Gessa membola. "Maksud kamu?"
"Masa kalimat sederhana kaya gitu lo nggak paham, sih?" balas Adit kesal.
"Ya kamu ngomongnya agak ribet," bela Gessa pada ucapannya.
"Ribet dari mana? Gue bilang, seandainya dulu lo nggak benci sama gue, yakin deh seratus persen kalau lo bakal fall in love with me now," jelas Adit.
Gessa menunduk, dirinya mengaku kalah jika melawan cowok di hadapannya ini.
"Atau jangan-jangan.." Adit menggantung ucapannya seraya menatap wajah Gessa dengan tatapan menyelidik. "Lo sekarang udah suka sama gue, ya?"
Gessa membalas tataapan Adit dengan wajah terkejutnya.
"Jujur deh sama gue tentang perasaan lo yang sebenarnya," ucap Adit lagi.
Gessa tidak mengalikan tatapannya dari wajah Adit. "Kenapa dari kemarin selalu memaksaku untuk berbicara jujur dan harus bersikap peka? Sedangkan kamu sendiri seperti tidak berniat melakukan kedua hal itu?" tanya Gessa kemudian.
"Kenapa harus?"
"Karena setahuku, cowok yang bilang perasaannya bukan si cewek. Redo sama Gilang juga begitu," ujar Gessa.
Adit kali ini dibuat tertegun dengan ucapan Gessa. Cowok itu memang merasa dirinya pantas mendapat sebutan pengecut. Dan rupanya rasa gengsi itu memang menguasai dirinya. Bukan Gessa melainkan dirinya.
Gessa menunggu balasan kalimat dari Adit. Namun cowok itu tidak bergeming.
"Aku sadar selama ini kita sendiri yang membuat semuanya menjadi rumit. Seandainya kita sama-sama mengatakan yang sejujurnya, mungkin dari dulu semuanya akan berjalan lebih baik." Gessa berucap.
"Itu yang gue bilang tadi. Kita lebih dari dua jam duduk di sini, tapi nggk ada kemajuan sama sekali. Buat mengatakan perasaan yang sebenarnya aja, kayanya sulit banget ya," sahut Adit setelah keterdiamannya.
Gessa mengangguk.
"Gue bukan cowok yang blak-blakan soal perasaannya. Gue harap lo paham dan mengerti akan sikap gue. Selama ini gue menjaili lo, menghina status lo agar lo bisa lebih dekat untuk gue jangkau." Adit menarik nafasnya. "Gue kacau saat lo tidak menganggap keberadaan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Teen FictionHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...