Teman Masa Kecil

1.1K 33 0
                                    

Hai! Namaku Jane. Aku mempunyai ayah dan ibu yang cukup sibuk. Juga adik laki-laki satu-satunya, umurnya 14 tahun. Dibawah ku satu tahun. Kupikir sudah tak ada lagi yang spesial dariku.

Tok
Tok

"Nona.. makan malam sudah siap." Itu suara pekerja rumah tangga disini.

Aku segera membuka pintu kamar, disitu sudah berdiri bibi Merri sambil memegang nampan yang berisi makan malamku.

Aku tersenyum dan mengambil nampan yang ada ditangannya, "Terimakasih bi."

Bi Merri balas senyum, "Sama-sama."

Aku menutup pintu kamar kembali. Berjalan ke tempat tidur dan memakan makan malamku. Ya, aku lebih suka berada di kamar daripada diluar sana yang penuh dengan orang-orang jahat.

※※※

Aku tak bersekolah, tak ada teman. Itulah kenapa aku lebih sering menghabiskan waktu di kamar. Tapi tak apa, aku lebih senang. Tak ada pekerjaan rumah, tak ada tugas-tugas menyeramkan yang menunggu.

Dulu, sebenarnya aku bersekolah. Tapi entah apa masalahnya mereka—orang tuaku— tiba-tiba mengurungku dalam kamar dan tak memperbolehkan ku untuk keluar rumah sama sekali.

Aku tak bisa memejamkan kedua mataku, padahal waktu sudah menunjukan tengah malam. Saat ini aku sedang duduk santai di balkon kamar sambil memandang langit.

Saat akan kembali ke tempat tidur, aku melihat bayangan Luke, temanku. Ah! Mungkin aku sedang merindukannya. Akan kuhubungi dia segera untuk menanyakan kabarnya.

※※※

Aku memakan makan siangku di taman belakang rumah dengan tenang.

Sampai tiba-tiba bayangan Luke kembali muncul. Astaga! Sepertinya aku memang benar-benar merindukannya. Baiklah, setelah ini aku akan menghubunginya.

Selesai makan aku beranjak akan kembali ke kamar. Tapi suara seseorang mengintrupsi langkahku.

"Jane!"

Aku menoleh. Oh, ternyata itu suara ibuku.

"Hai Bu, bagaimana kabarmu?"

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Baik juga"

"Kau sudah meminum obatmu?"

"Ya, tentu"

"Oke baiklah, ibu akan ke atas menyusul ayahmu."

Setelah itu aku melanjutkan berjalan ke kamar sambil bersenandung ria.

Aku membuka pintu kamar, dan—oh Tuhan! Betapa terkejutnya aku, Luke sudah berdiri di sana. Di dalam kamarku. Dengan senyum menawannya.

Bagaimana dia masuk? Padahal tiap tamu yang ingin bertemu denganku harus meminta ijinku terlebih dahulu. Ah, sudahlah. Itu tak penting lagi, karena Luke sudah disini, tanpa repot-repot aku memanggilnya.

Oh Luke! Teman masa kecilku.

Teman Lama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang