"Distance means nothing when someone means everything"
Dua tahun lalu, saya pernah membaca kutipan itu dari status seseorang yang sepertinya tertuju kepada saya.
Awalnya saya memang tidak menyadari hal itu. Namun, saya mengingat kutipan itu dengan baik dan masih menyimpannya difolder handpone milik saya
Time flies. Saya lupa dengan kalimat itu sampai saya melihatnya disatu pusat perbelanjaan yang memang khusus menyediakan plat-plat seperti itu, membawa kembali ingatan saya pada pada kutipan dan sejuta kisah dibaliknya.
Saat itu 15 Desember 2015, saya mendapatkan teman baru dari social media. Dia terlihat seperti seorang anak laki-laki yang sangat baik dan pintar.
Hari demi hari berlalu, warna hitam berubah merah jambu. Dia hadir disetiap hari untuk hidup saya. Tiada satu hari pun terlewat tanpanya. Bermodalkan smartphone, disanalah kami memulai beragam kisah.
Dihari pertama mengenalnya memang tak banyak yang kami bicarakan, hanya menanyakan nama, tempat tinggal dan sekolah. Ternyata dia seorang anak perantau. Dia tinggal jauh dari keluarga dan rumahnya. Bukan untuk bekerja, namun mencari ilmu. Dia menceritakan banyak hal tentangnya dan begitupun saya. Tidak garing sama sekali meskipun kami baru saling mengenal. Waktu menunjukan pukul dua pagi, kami putuskan untuk mengakhiri awal pertemanan kami dan berjanji melanjutkannya dipagi hari setelah bangun tidur.
Benar saja, saya dapatkan ucapan selamat pagi darinya. Semuanya berjalan baik. Bahkan hingga sekarang masih saya simpan percakapan kami waktu itu.
Saya tidak pernah bertemu dengannya sekalipun, hanya melalui social media. Namun seperti sudah lama sekali saya mengenalnya.
Disetiap malam sebelum tidur, kami selalu bertukar suara melalui voice note. Menyanyikan sebuah lagu. Lirik yang saya ingat hingga sekarang yang pernah dia nyanyikan,
"Dirimu dihatiku tak lekang oleh waktu meski kau bukan milikku. Intan permata yang tak pudar, tetap bersinar mengusik kesepian jiwaku."
"Semua terserah padamu aku begini adanya, ku hormati keputusanmu apapun yang akan kau katakan. Sebelum terlambat kita juah melangkah kau katakan saja."
"Jika ada yang bilang ku tak setia jangan kau dengar, banyak cinta yang datang mendekat ku menolak semua itu karna ku cinta kau, kau. Saat kau ingat aku ku ingat kau, saat kau rindu aku juga rasa, ku tau kau selalu ingin denganku, ku lakukan yang terbaik yang bisa ku lakukan. Tuhan yang tau ku cinta kau."
Sampai saat ini semua lagu-lagu itu masih terngiang diingatan saya. Selalu terlintas ketika saya hendak tidur, ketika saya lelah dan bahagia kembali. Tak ada satupun yang saya lupakan tentang dia.
Hampir dua bulan saya mengenalnya saat itu. Semua terlihat berbeda, seperti bukan teman. Saya mulai menyukainya namun, saya tak berani untuk mengungkapkannya. Saya ragu, malu jika hanya saya yang menyukainya tapi dia tidak.
Saya menyadarinya, perhatiannya lebih, bahkan dia khawatir ketika saya lama membalas chatnya. Disana saya yakin bahwa dia juga menyukai saya namun saya tetap bungkam. Rasanya ngengsi untuk berkata lebih dulu.
Saat itu 23 Februari 2015, dia menyatakan segala isi hatinya. Sontak saya terkejut. Jantung saya berdebar, seperti sedak naik roller coaster di Trans Studio Bandung. Dia berkata bahwa saya underestimated. Sudah lama ia ingin menyatakannya namun, ketika disinggung saya selalu menlenceng. Saya hanya takut terlalu banyak perasaan waktu itu.
Melalu voice note dia bilang "Dengan segala kekurangan dan kelebihanku, maukah princess menerima cintaku? Yes or no?" Seperti tak percaya rasanya. Dia menyatakannya. Entah siapa yang terlebih dahulu menyukai tapi tak penting lagi sekarang. Tidak berapa lama setelah terdiam sejenak, saya menyatakan yes. Tak percaya saat itu, saya menyukainya ketika belum pernah bertemu dengannya dan sebaliknya.
Ngomong-ngomong, princess adalah panggilan khusus yang dia berikan untuk saya dan kapten adalah panggilan khusus untuknya. Tidak perlu sepertinya saya ceritakan bagaimana itu terjadi. Terlalu panjang nanti.
Saat itu juga saya belajar menghargai waktu, saya belajar menanamkan rasa percaya penuh. Saya belajar banyak dari dia. Belajar apa yang belum pernah saya pelajari.
Dari sana saya belajar bahwa jika dua orang ditakdirkan bersama, maka dari sudut galaksi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu. Satu dari mars dan satu dari jupiter, jika mereka ditakdirkan bersama, maka insyaAllah bersama. Apalagi kalau cuma satu dari Medan dan satu dari Bandung, itu mah kecil bagi takdir Allah.