Bab 6

4.3K 176 3
                                    

Kondom. Tisu. Celana dalam ganti. Handuk kecil. Panty liner. Pembersih kewanitaan.

Done!

Val mengecek lagi peralatan perangnya dan mencoba mengingat-ingat apa lagi yang kurang.
Meski ia sangat ingin menghindar dari keharusan melayani Gio, Val tetap merasa perlu bersiap-siap. Terutama kondom. Val tahu, seks sembarangan bisa mengakibatkan hamil sebelum waktunya. Val tidak mau itu terjadi. Meski ia juga tidak bisa memastikan apakah kejadian malam itu telah membuat satu dua sperma khilaf lalu mereka bercinta di rahimnya? Jika sampai ia hamil, apa yang harus ia lakukan? Val belum berpikir sejauh itu. Ia hanya berdoa tak satu pun sperma bertemu ovum dan mereka akan mati dalam lima hari.

"Val! Ini masih pagi! Makan rotimu, bukannya tape ketan. Nanti kamu sakit perut, Val!"

"Enggak, Ma. Perut Val kuat. Lagian kayaknya seger makan tape pagi-pagi. Apalagi kalau ada es krim."

"Kamu kayak orang ngidam, deh. Sudah panggil Papa sana. Bilang nanti keburu roti bakar dan kopinya dingin. Kamu mau minum apa, Val?"

"Milo aja, Ma," jawabnya sambil mengoleskan tape ketan ke roti bakar. Mama geleng-geleng melihat kelakuan Valerie. Anak perempuannya memang memiliki selera makan yang tidak biasa.

Mama pernah dibuat senewen oleh Val ketika ia makan nasi disiram teh panas. Alasannya karena Mama tidak masak sayur berkuah hari itu. Padahal ia sedang sungguh-sungguh ingin sesuatu yang panas dan berkuah. Ketika Mama tanya, apa rasanya? Val hanya menjawab, enak. Wangi teh.

"Pa. Papa. Ditunggu Mama di bawah. Sarapan sudah siap nanti keburu dingin." Val mengetuk pintu kamar orang tuanya. Ia mendengar langkah kaki mendekati pintu.

"Sebentar lagi Papa turun," kata Papa ketika pintu terbuka. Wajahnya terlihat bingung.

"Kenapa, Pa?"

"Engg, coba kamu panggil Mama sebentar. Ada yang mau Papa tanyakan." Val mengangkat bahu dan bergegas menemui Mama. Ia mencium sesuatu yang tidak beres.

"Ma, disuruh Papa naik. Val pergi duluan, ya. Ada janji ngecek tugas sama Ika." Val mencium tangan Mamanya.

"Habiskan dulu milomu. Mama mau keatas dulu. Vano! Habiskan susumu. Jangan dibuang!" Mama melotot pada Vano, adik Val. Ia memang suka membuang susunya. Vano kesal, karena setiap pagi harus minum susu sebagai ganti sarapan. Padahal ia tak merasa lapar atau haus sama sekali.

Val berlari-lari kecil pergi dari rumah. Setelah agak jauh baru ia berhenti untuk mengatur napas. Walau Mama dan Papa tidak mungkin mengejarnya, Val tetap menoleh ke belakang untuk memastikan. Tangannya membuka risleting tas dan mengecek kembali semua peralatan perangnya. Terutama kondom yang ia curi dari kotak P3K di kamar mandi orang tuanya tadi pagi sewaktu mereka berdua joging. Papa pasti sedang kebingungan kenapa kondomnya hilang satu. Lagipula siapa suruh meletakkan benda sepenting itu berserakan begitu saja di kotak P3K?

Val sudah bertekad, jika memang ia harus melayani Gio siang ini, ia harus bisa memaksa Gio menggunakan kondom. Ia tidak mau menanggung resiko hamil atau tertular penyakit kelamin. Gio pasti sering berganti-ganti pasangan bercinta. Semalam Val mencari informasi sebanyak mungkin di google tentang kehamilan dan juga penyakit kelamin.

Ah, membayangkan ia berduaan di kamar hanya dengan Gio membuat Val kembali gelisah.
Sesampainya di sekolah, Val menarik tangan Ika dan mengajaknya mojok di kelas.

"Lu kudu, musti, harus bantu gue!"

"Apaan, sih, Val? Tugas akuntansi dah bikin belum?"

"Dah beres."

"Sini pinjem, gue mo nyamain jawaban."

"Entar dulu. Gue mo minta tolong, Ka. Penting." Val membesarkan bola matanya. Tanda Ika harus memperhatikan dirinya.

SWEET MISTAKES (FULL VERSION DI DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang