Teror di Rumah Baru

44 7 28
                                    


Napas Dara terasa sesak seperti ada sesuatu yang berat menindih dadanya. Ia ingin bangkit terbangun dari posisi berbaring namun tubuhnya tidak mampu ia gerakkan. Ia ingin berteriak membangunkan suaminya, tetapi suaranya tidak bisa terdengar. Jantungnya berdebar kencang. Bulu kuduknya berdiri.

Dara  mengerahkan segala kemampuannya untuk membuka kelopak mata yang memberat. Matanya melebar melihat seorang wanita bergaun putih duduk di atas dadanya dengan posisi menyamping. Ia kembali berusaha berteriak dengan membuka mulutnya secara lebar namun suaranya tetap tidak terdengar. Otaknya memerintahkan saraf untuk menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri, namun tidak ada satupun otot yang bergerak. Dengan perasaan tidak berdaya, Dara melihat sosok misterius wanita berambut panjang  menengokkan wajah kepada dirinya.

Mata makhluk itu melotot berwarna merah seakan menikam jantung Dara. Ia tersenyum menyerinyai sangat menyeramkan. Kulitnya pucat, seperti tidak ada darah yang mengalir dalam pembuluh darahnya. Kuku jarinya yang panjang menggores kedua lengan Dara saat ia mendekatkan dirinya pada wajah Dara. Mulutnya membuka lebar mengeluarkan berbagai macam hewan.

Dara berteriak histeris ketika lehernya dipenuhi cacing tanah yang basah dan menggeliat.  Perutnya mual mau muntah karena banyak belatung di pipinya bergerak.

Mata Dara berkeliling menatap ruangan kamarnya. Jam dinding menunjukkan pukul dua dini hari. Tidak ada sosok makhluk itu beserta hewan menjijikan yang bergerak di atas tubuhnya. Keringat membasahi tubuhnya. Ia menghembuskan napas lega sebelum menyadari ada bekas luka cakar di kedua lengannya. Tubuhnya kaku dan rasa takut terlukis di wajahnya.

"Dara, tenanglah ini hanya mimpi." Andri, suaminya menenangkan Dara dari mimpi buruk yang sudah seminggu Dara alami sejak pindah rumah.

"Kak, ini bukan mimpi buruk. Makhluk itu sengaja menerorku dalam mimpi. Bekas luka ini membuktikannya." Dara menunjukkan bekas lukanya kepada Andri.

"Istirahatlah, Dara. Aku terlalu lelah mendengar pembicaraanmu yang berulang dan tidak terbukti." Andri berkata dengan nada apatis.

Hati Dara terasa sakit mendengar ketidakpercayaan suaminya. Dibalikkan tubuhnya memunggungi suaminya. Air mata mengalir di kedua pipinya.

Dara merenung di tempat tidurnya. Ia sangat menyukai rumah satu lantai dengan tiga kamar tidur ini. Ia masih ingat senyum bangga suaminya saat berhasil membelikannya rumah setelah dua tahun mereka tinggal di pondok mertua indah. Walaupun rumah ini terletak di perkampungan Gowa dan dibeli dengan harga murah, ia tetap bangga dengan kerja keras suaminya. Ia langsung jatuh cinta dengan halaman luas dibelakang rumah yang akan dibuatnya taman bunga.
*

Tangan Dara yang penuh busa hampir menjatuhkan piring saat mendengar bunyi cakaran pada jendela belakang rumahnya. Jantungnya berdebar cepat ketika didengar suara pintu belakang terbuka. Ia merasa ada sosok yang mendekatinya. Ia membalikkan tubuhnya tetapi tidak ada siapapun.  Tiba-tiba terdengar suara jeritan perempuan. Dengan gemetar, ia membilas tangannya dari busa sabun cuci piring. Ia melangkahkan kaki perlahan ke jendela belakang rumahnya dan membuka sedikit tirai jendelanya yang mengarah ke halaman belakang. Pemandangan halaman belakang rumahnya membuatnya menganga.

Dara tidak melihat pemandangan taman bunga yang sedang ia kerjakan tetapi semak belukar dengan perempuan yang berbaring dengan perut terbelah dan mata melotot menatapnya. Tubuhnya gemetar tidak bisa bergerak. Ia merasa ingin buang air kecil saking takutnya ketika seorang pria keluar dari lubang di samping perempuan yang tergeletak di tanah. Ia melihat pria itu melempar wanita tersebut ke dalam lubang yang dibuatnya kemudian menguburkannya.

Mata Dara membuka rupanya ia tertidur di kursi dapur yang menghadap halaman belakang rumahnya. Ia melihat jam di ponselnya pukul sembilan malam. Tubuhnya bergidik ngeri membayangkan ada mayat yang terkubur di halaman belakang rumahnya. Dengan perlahan, diambilnya sekop untuk menggali tanah belakang rumahnya.

'Di mana letak pastinya? Harus tegak lurus dengan posisi jendela belakang. Tapi di mana aku mulai menggali?'

Dara memandang sosok wanita yang tadi malam menindihnya ada di kebun bunganya. Ia mendekati wanita itu yang tersenyum samar sebelum menghilang saat dirinya semakin dekat. Diletakkan  sekopnya sebagai penanda tempat menggali. Ia akan meminta bantuan suaminya untuk menggali tanah itu besok.

Keesokan harinya Andri dengan wajah memucat menemukan tulang belulang wanita di halaman belakang rumahnya. Ia memanggil polisi untuk menyelidiki identitas jenazah wanita itu.

Dara merasa lega karena akan terbebas dari mimpi buruknya. Akan tetapi ia salah, ia masih didatangi sosok wanita berambut pendek yang memuntahkan isi perut berupa belatung. Seketika tubuhnya menggigil  membayangkan seorang psikopat pernah tinggal di rumah ini dan menguburkan banyak mayat di halaman belakang rumahnya.

#hauntedhouse

Snack StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang