sekarang, Tujuh.

4.6K 421 15
                                    

"I'll be there for you if you should need me. You don't have to change a thing. I love you just the way you are." -Westlife.

«»

Riko POV.

Pertemuan adalah awal dari segala hal yang akan terjadi.

Satu kalimat yang berisi sembilan kata itu mungkin tepat untuk gue dan Bulan, kita dipertemukaan dalam ketidaksengajaan lengan gue yang nabrak bahu Bulan.

Waktu itu gue lagi sangat amat buru-buru karena quiz bakalan dimulai. Kalo gue telat, mati aja gue. Dan saat itu, Bulan marah-marah ke gue gara-gara buku yang dia bawa semuanya jatuh berantakan. Bulan matap muka gue dengan pipinya yang mengembung dan mata tajamnya.

"LO TUH KALO JALAN LIAT PAKE MATA!" Teriak Bulan.

Gue sama sekali gak bantuin dia waktu itu. Serius, gue lagi buru-buru banget. Jadi gue cuma bilang kata 'maaf' abis itu langsung pergi dengan kecepatan yang setengah berlari.

Setelah hal itu terjadi, Bulan kalo ketemu gue bener-bener nunjukkin mata sinisnya yang buat gue gemes pingin nyubit pipi dia yang chubby nya gak ketulungan. Gue kira Bulan udah lupa sama gue, tapi ternyata enggak. Tuh anak emang ingatannya kuat banget dah.

Selang beberapa hari setelah itu. Gue pergi ke perpustakaan buat nyari referensi tugas. Dan saat itu gue ketemu Bulan di perpus, tanpa gue sangka sama sekali, Bulan nyamperin gue.

"Gue minta tolong dong. Ambilin yang di atas itu, gue gak nyampe," kata Bulan sambil nunjuk jejeran buku tebal yang ada di rak atas.

Awalnya gue mikir, nih orang lupa sama gue atau gimana. Masalahnya kan, kemaren-kemaren aja kalau ngeliat gue udah kayak mau keluar matanya. Lah sekarang? Lembut banget ngomongnya.

Tapi gak lama, gue anggukin aja kepala gue. Itung-itung sebagai permintaan maaf gue karena gue gak sengaja nabrak dan gak nolongin dia.

"Thanks."

Senyum gue bener-bener lebar saat ngeliat muka girang dia yang lagi megang buku itu. Mukanya lucu, baby face unyu gitu kalo kata dede emesh.

Hari-hari berikutnya, semenjak kejadian di mana gue nolongin dia dan ngobrol tentang tugas. Gue jadi sedikit deket sama dia, tepat deketnya sih karena kita sama-sama suka dengan salah satu grup ternama yang ada di era 90an, yaitu; Westlife.

Dia ngenalin gue sama ke-empat temannya yang lain, kita juga jadi lebih sering ketemu walaupun dalam keadaan gak sengaja ngeliat, gue pun jadi sering ngajakin dia pulang bareng kalo jadwal kelas kita sama.

Lama-lama, kedekatan kita menjadi satu hal yang sulit untuk terdefinisikan. Dan saat itu, gue jatuh cinta sama Bulan.

Jatuh cinta sama orang yang sekarang lagi terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan infus di tangannya.

Gue duduk di kursi panjang depan ruangan Bulan dirawat. Beberapa menit setelah Bulan diperiksa oleh sang perawat Unit Kesehatan Kampus. Si perawat bilang bahwa lebih baik Bulan dibawa ke rumah sakit, gue cuma ngangguk tanpa menjawab apa-apa lagi.

Gue langsung membawa Bulan ke rumah sakit dengan mobil Sania karena cewek itu tadi menawarkan, gue juga gak mau nolak. Gue ambil kunci mobil yang Sania kasih ke gue.

Sania duduk di jok sebelah pengemudi, alias di sebelah gue. Ketiga temannya yang lain duduk di jok belakang. Jujur aja, pikiran gue gak tenang waktu itu.

Waktu udah sampe rumah sakit. Gue langsung buru-buru hubungin Ayah Bulan dan Mama gue. Sedangkan Sania, Sovia, Angel dan Putri pamit untuk balik lagi ke kampus karena masih ada urusan. Tanpa peduli, gue ngijinin mereka untuk balik ke kampus.

The Fat Girl Problems [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang