entah kenapa sewoon senyum-senyum sendiri semenjak pulang diantar jaehwan tadi. apalagi mengingat apa yang dikatakan oleh jaehwan saat diperjalanan pulang.
"mas, aku mau nanya," sewoon memecahkan keheningan.
"apa tuh?"
"mas pernah bilang, bagi mas, saya itu perhiasan dunia akhirat,"
"iya,"
"kenapa bisa bilang begitu?"
"kamu pintar. itu jangan jadi pembahasan lagi. kamu manis, itu juga sudah jelas,"
"tapi, itu semua dunia,"
"dan pada akhirnya, saya selalu lihat ada sepatu kamu di musola,"
sewoon langsung tidak bisa berkata apa-apa lagi.
▪▪▪
minggu pagi, jaehwan bangun dengan rasa bahagianya. entah kenapa, hari kemarin seperti hari terindah dalam hidupnya. iya, kencan dengan sewoon adalah saat-saat yang paling dia tunggu selama ini. sampai-sampai jaehwan lupa, dia belum menghubungi ibunya dari semalam.
"halo, mah? mamah jail, ih!" ujar jaehwan saat telepon sudah tersambung. namun yang terdengar hanya keheningan. "mamah pasti udah tau, kan?"
tidak ada jawaban. mendadak jaehwan menjadi khawatir. "mah?"
"halo, jaehwan????"
"lah?" jaehwan tambah bingung. "kang daniel? kakang kapan pulang?"
"tadi malam,"
setelah beberapa tahun tinggal di denmark untuk bekerja disebuah perusahaan kilang minyak, akhirnya anak sulung ibu kim bisa kembali juga ke kampung halamannya, bandung. tidak hanya sendiri, tentu saja daniel pulang bersama keluarga kecilnya; seungwoo dan woojin (anak pertamanya).
"saya jadi pengen ke bandung,"
"kangen kakang?"
"kangen woojin, lah,"
jaehwan sempat iri saat mendengar gelak tawa dari seberang. jika dia disana, pasti akan terasa lebih lengkap. tapi sayang, untuk sekarang ini, waktunya belum tepat. besok dia harus bekerja. dan apa boleh buat, mungkin dia hanya bisa menunggu minggu depannya lagi. baru, dia bisa pulang ke bandung.
▪▪▪
jumat malam, jaehwan sudah ada di bandung. berhubung jaehwan orangnya tidak sabaran, usai jam kerja, dia langsung meluncur ke bandung, menghampiri sang ibu dan kakaknya yang sudah lama tidak ia temui.
sesampainya di rumah, jaehwan langsung di sambut ramah oleh ponakannya yang baru saja menginjak umur 7 tahun itu. seperti baru kemarin dia melihat woojin masih bayi, dan sekarang? bayi mungil itu sudah bisa berlarian menghampirinya sambil terus bergelantungan ditubuhnya.
saat jaehwan sedang asik bersenda gurau dengan keluarga di ruang tengah, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. tanda ada pesan masuk.
sewoon : mas, lagi dimana?
jaehwan : lagi di bandung nih. keluarga ngumpul.
sewoon : oh, pantes tadi langsung gak keliatan. ganggu kah?
jaehwan : engga kok. ada apa woon?
sewoon : aku mau kasih jawaban. tapi maunya ketemu langsung.
▪▪▪
sabtu malam ini, sewoon duduk di sebuah rumah makan yang ada di mal. dia pun sudah duduk dengan begitu tenang.
iya, pikirnya bulat.
akhirnya, sewoon sudah membuat keputusan. dan sekarang, dia sedang menunggu seseorang untuk mengabarkannya.
tidak lama setelah sewoon duduk, donghan datang. jujur saja, ini baru pertama kalinya sewoon melihat donghan dengan air muka tegang. namun donghan berusaha menutupinya dengan muka bersinar dan senyum yang lebar.
"hai," sapa donghan seraya duduk didepan sewoon.
"macet ya?"
"iya,"
"maaf ya aku minta ketemu disini. soalnya kalau ngomong di kantor gak enak,"
"iya, saya ngerti kok," donghan mengangguk kecil.
donghan tersenyum. sewoon pun dengan senang hati membalasnya. ada hening yang berbicara diantara mereka. hening yang terasa terlalu lama. hingga akhirnya donghan menyadari, ini bukanlah sesuatu yang baik.
▪▪▪
jaehwan baru pulang dari bandung setelah dua malam dia berada di kota kembang itu.
pulang dari bandung, jaehwan langsung pergi kerumah sewoon. setelah acara blind date minggu lalu, hubungannya dengan sewoon entah kenapa terasa seperti lancar-lancar saja.
dan sekarang, sewoon akan memberikannya jawaban. pria itu ingin mejawabnya secara langsung dan itu membuat badan jaehwan mendadak lemas.
sesampainya dirumah sewoon, jaehwan memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju depan pintu. lalu mengetuk benda keras tersebut berkali-kali.
tidak lama kemudian, sewoon membuka pintu. keduanya hanya saling tatap dan senyum.
dari sini, jaehwan belum bisa menemukan apa jawabannya. terakhir kali dia diperlakukan seperti itu oleh seseorang, reaksi dari orang itu adalah
"terimakasih ya jaehwan udah mau bawain tabung gas ini. sekalian dipasang deh di belakang. saya mau pacaran dulu sama tunangan saya di kamar,"
jaehwan mendengar suara bapak hyunwoo dari dalam rumah.
"iku sopo, mas?"
sewoon menoleh kedalam rumah.
"sopo iku?" tanya sang ayah yang sepertinya sudah hampir mati penasaran.
sewoon mengamati tangan jaehwan dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. jaehwan bingung.
"iki, pak. pacarku,"
reaksi keduanya: