Will You?

1.5K 104 65
                                    

Dari sekian juta jiwa di bumi, takdir membiarkan aku dan kamu, berjumpa.

.

.

.

.

"Nah, sudah selesai."

Sang penata rias akhirnya menyelesaikan sentuhan terakhirnya dengan tersematnya mahkota mutiara kecil di kepala kliennya itu.

"Wah, cantiknya anak Bunda. Sudah siap dong jadi pengantin,"puji Helen seraya mencium pipi anak semata wayangnya yang kini akan menikah, Salsha.

Salsha tersenyum, membuat kecantikannya semakin tak terkira, "Semoga siap, Bunda."

Helen balas tersenyum dan menekuk lututnya, menyamakan tingginya dengan Salsha yang duduk di kursi rias, "Ingat, anak Bunda yang cantik. Apapun yang terjadi kedepannya, mau kamu sudah jadi istri orang, pintu rumah dan pelukan Bunda selamanya terbuka untuk kamu."

Air mata Salsha sudah hampir menetes ketika mendengar ucapan Bundanya. Butiran bening itu sudah mengumpul di pelupuk matanya, bersiap meluncur.

Sebelum air mata itu meluncur, pintu ruangan pengantin diketuk. Tak lama berselang dari suara ketukan, terdengar suara bass dari luar sana.

"Er...,gue...boleh ngomong bentar nggak sama lo?"

Tahu siapa yang dibalik pintu, Salsha buru buru mengambil tisu dan menghapus air matanya. "Masuk aja, Di."

Ceklek

"Wah, udah cantik aja lo,"puji Aldi seraya tersenyum.

"Iya dong, gue kan selalu syantik,"balas Salsha dengan penuh percaya diri.

Aldi tertawa, "Iya deh, cans. Selamat ya, akhirnya hari yang lo sama Karel tunggu tunggu dateng juga."

"Iya. Oh ya, lo mau ngomong apa sama gue?"tanya Salsha teringat kembali dengan ucapan Aldi tadi.

"Nggak penting penting amat juga sih....,"Aldi menggaruk tengkuknya dengan gugup.

"Apaan sih lo, kayak cewek aja deh,"ledek Salsha seraya menautkan kedua alisnya.

"Ya nggak jadi deh, nggak penting kok,"putus Aldi akhirnya.

Salsha hanya berdecak sebal dengan tingkah Aldi. Gadis itu bangkit dari kursi riasnya, membiarkan gaun putih panjangnya menyapu lantai berkarpet beludru.

"Rombongan pengantin pria udah dateng belom sih?"gumam Salsha sambil melirik jam.

"Tenang, Sal. Bentar lagi dateng kok,"hibur Aldi.

"Iy-"

Tring Tring Tring

Bibir Salsha langsung mengulas senyum indah ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya. "Baru aja diomongin."

"Halo, sayang. Kamu udah dimana?"

"Maaf, Sal. Aku nggak bisa."

"Hah? Maksud kamu apa, Karel?"

"Pokoknya...,maafin aku. Aku nggak bisa ngucapin janji suci itu sama kamu."

Salsha berubah kalut dan nada bicaranya meninggi, "Maksud kamu apaan, Karel Susanteo?"

"Aku...cinta sama Caitlin.Maafin aku, Salsha. Kita putus."

Tuuuuut

Salsha merasakan darahnya berhenti berdesir saat itu juga. Jemarinya tak lagi kuat mengenggam ponsel itu, dibiarkannya benda metal pipih itu mencium karpet dengan keras.

Will you? [One-shot] [AM X SA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang