06 [Liar]

1.8K 199 6
                                    

(2 bulan pun berlalu)

"Bona nanti bener kan, jadi?" tanya Chungha.

Bona mengangguk kan kepalanya, "Jadi lah. Gue udah bilang Jihoon buat sekalian ngajak temen-temennya, biar rame." jawab Bona.

"Seriusan lo? Acara ultah lo dipastikan penuh degem." ujar Chungha sambil tertawa.

Bona menjitak kepala Chungha yang lalu membuat perempuan tersebut mengaduh. "Temen adek gue kan gak cuma kelas 10 juga ada yang kelas 11 bahkan 12 juga, peak!" Bona jengkel.

"Oh iya ya." ujar Chungha sambil mengelus jidatnya yang barusan jadi sasaran jitak.

Saat sedang asik mengobrol, Daniel pun datang ke kelas sambil menenteng tas-nya di satu pundak saja. Tentu hal ini membuat Bona mengalihkan perhatiannya ke lelaki bertubuh besar itu.

"Baru dateng aja lo niel, tumben." ujar Bona saat melihat Daniel datang.

"Udah masuk dari tadi gue, cuma tadi mampir ke kantin dulu." jelas Daniel sambil jalan ke bangkunya, disebelah Bona.

"Udah ngerjain tugas?" tanya Bona yang dijawab dengan anggukan oleh Daniel.

Daniel pun mulai menyiapkan buku-buku pelajaran, hingga akhirnya ia menyadari sesuatu. "Oh iya Bon, gue boleh ngajak temen kan?" tanyanya.

"Bawa aja. Biar tambah rame, ya kan Bon?" Entah amgin darimana, Ong tiba-tiba nimbrung.

"Hmm...iya, ajak aja." jawab Bona sambil tersenyum.

"Btw, Happy Sweet 17 ya Bona-ku." ujar Daniel memberi selamat.

"Thanks a lot Niel, for being my friend." jawab Bona sambil tersenyum.

"Uluh-uluh mesra-mesra an aja teros. Kapan nembaknya niel? Kasian Bona baper lu gituin terus. Kasih kepastian kek." sahut Chungha.

Bener-bener ini Bona pengen bekep mulut Chungha biar diem. Tapi karena masih sayang, jadilah Bona cuma melototin Chungha dengan ekspresi mematikannya. "Chung, mau mati lo??" tanya Bona.

"Maap bu bos, becanda." ujar Chungha yang takut dengan ekspresi Bona.

"Bener juga kata Chungha, niel.
Lo tau? Banyak laki-laki yang pengen jadi pacarnya Bona. Tapi apa Bona nanggepin mereka? Enggak kan. Alesannya? Ya, karena dia nunggu elo." jelas Ong menambahkan.

Sumpah ini 2 orang sebangku omongan gak jauh beda.

"Kalo Bona gak lo kasih kepastian, Bona gue tembak loh, niel..." ancam Haknyeon yang ternyata dari tadi nguping.

Bona hanya diam.

Iya dia diam sambil mencerna ucapan ketiga orang yang daritadi 'ikut campur.' Tapi mengapa Bona tak menemukan kesalahan dari ucapan mereka bertiga?

Benar juga, ia ingin kepastian. Ia ingin segalanya menjadi jelas. Ia ingin dirinya tau apa yang membuat Daniel membutuhkan banyak waktu untuk berpikir bahwa Bona memang untuknya.

Mengapa?

"Bon, gue bakal jelasin semuanya nanti. Pas acara ultah lo." ujar Daniel.

"Nah, gitu dong niel." ujar Chungha.

(Di acara Sweet 17 Bona)

"Happy Sweet 17 Kak Bona. Jihoon berharap semoga Kakak bahagia. Dan semua yang Kakak harap terwujud." ujar Jihoon.

"Manis banget si kamu, sini-sini peluk Kakak." kata Bona sambil memeluk adiknya itu.

Saat ia sedang asik-asik berpelukan dengan Jihoon, seseorang memanggilnya, "Bon..." panggil Daniel.

Bona pun melepaskan pelukannya dan menyuruh adiknya untuk pergi.

"Eh Daniel, ini siapa?" tanya Bona saat melihat Daniel menggandeng seorang perempuan.

"Gue mau kenalin dia ke elo. Bona, ini Doyeon, pacar gue. Doyeon, ini Bona temen gue." jelas Daniel.

Bona diam sebentar. Sebenarnya menurut Bona sendiri bukan dia yang diam.

Semesta-nya terhenti seketika.

"Gue Doyeon. Salken yaa." Perkataan gadis itu kembali menyadarkan Bona.

"B-Bona." jawab Bona sambil pura-pura tersenyum menahan tangis.

"Niel,, ikut gue sebentar." tambah Bona.

"Sayang, kamu tunggu disini dulu ya, sebentar. Ada yang mau aku omongin berdua sama Bona." ujar Daniel kepada pacarnya.

"Jangan lama-lama."

Daniel pun mengangguk mengiyakan permintaan pacarnya.

Bona menyeret Daniel ke garasi rumahnya. Karena acara diselenggarakan di taman belakang, jadi tidak banyak orang yang ada di bagian depan rumah.

Setidaknya tidak ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka.

.
.

"Sekarang, tolong jelasin semuanya." ujar Bona datar sambil tetap menahan tangisnya.

"Maaf. Gue udah buat lo nunggu terlalu lama buat tau yang sebenernya. Gue cuma gak tau gimana caranya ngasih tau ke elo. Dia anak temennya Papa gue. Gue gabisa nolak. Temen-temen juga belom ada yang tau. Gue gak bisa kasih tau mereka." jelas Daniel.

Bona diam lagi.

Entah karena ia sedang mencerna semua yang dikatakan laki-laki dihadapannya itu, atau karena ia merasa ini semua terlalu sakit hingga ia tak bisa merasakan apapun lagi.

Bona menangis sambil berkata, "Thanks for everything." Lalu pergi menjauh dari Daniel.

Daniel,

Kang Daniel.

Lelaki yang selama ini menjadi poros hidup seorang Park Bona. Lelaki yang selama ini ia andalkan untuk menjadi penghibur laranya. Lelaki yang selama ini memeluk tubuhnya erat sambil berkata bahwa ia akan baik-baik saja.

Tapi ternyata semua berakhir seperti ini.

Poros hidupnya sudah seharusnya bukan Daniel lagi. Sang penghibur laranya telah berkhianat sehingga ia sekarang hanya penyebab lukanya. Seseorang yang selama ini memeluknya juga sudah lelah hingga akhirnya memilih memeluk yang lain.

Ya,

seorang Park Bona kehilangan cinta-nya lagi.

.
.

"Kak Bona gaapa?" tanya Seonho sambil berdiri di sebelah Bona yang sedang menangis di balkon rumahnya sendiri.

"Seonho, kok ada di sini?" tanya Bona sambil menghapus air matanya.

"Seonho lagi cari kamar mandi, eh kesasar sampe sini." jelas Seonho.

"Hngg,, kalo mau nangis, nangis aja Kak. Gausa ditahan-tahan." tambah Seonho.

Bona pun mulai menangis lagi.

Seonho memeluk Bona. Membiarkan Bona menangis di pelukannya.









---










Bersambung

PHP - Kang Daniel {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang