Bella’s POV
“Bella..”
“Ah Liam..”
“Kenapa melamun? Kepanasan, ya?” tanya Liam.
“Eh? Ini bawaanku berat sekali, bisa tolong bawakan tidak?” pintaku.
“Lagipula siapa yang menyuruhmu untuk membawa barang sebanyak itu, huh?”
“Ugh, kau ini jahat sekali Liam! Kekasihmu ini sedang kelelahan!”
“Kau yang jahat. Masa gadis sekuatmu malah menyuruhku membawakan barang?” kini Liam memberi tatapan menggoda kearahku.
“Hey pasangan bodoh! Bermesraannya nanti saja!” tiba-tiba Karen berteriak memanggil kami.
“Iya, nanti kalian tertinggal, loh!” timpal Louis.
“Ah Karen, Louis! Tunggu!” ucapku.
“Kami berangkat!” timpak Liam.
Kami berempat sudah bersahabat sejak kami masih duduk di bangku SMP. Tahun lalu kami berempat datang ke sebuah vila di tepi laut daerah Malibu yang dikelola oleh teman Karen pada liburan musim panas kelas. Dan pada musim panas tahun inipun, kami memutuskan untuk datang dan berlibur lagi disana.
“Akhirnya sampai juga.” Bruuukk. Ucap Liam lalu menaruh koper kami di depan pintu vila.
“Dimana Bella?” tanya Karen.
“Itu dia. Liam, panggil Bella dan suruh ia masuk. Sebentar lagi kita akan makan siang.” Ujar Louis disusul anggukan Liam.
“Bella? Kau sedang apa disini?” tanya Liam saat menemukanku sedang terpaku di balkon vila sambil menatap keindahan ombak pantai.
“Begitu datang kesini, aku jadi teringat kejadian satu tahun lalu..” jawabku.
Ya, setahun yang lalu.. Pria yang kusukai adalah Louis. Aku selalu mempunyai tekad untuk mengungkapkan perasaan yang kupendam sejak SMP pada Louis. Tetapi aku tetap tidak bisa melakukan itu.
*flashbackon*
“Liam, aku sudah menuliskan semua yang kurasakan di surat ini. Bisakah kau serahkan pada Louis dan katakan aku menunggu jawabannya di pantai sore ini?” pintaku pada Liam.
“O-Oh baiklah.”
“Thanks Liam, kau memang sahabat terbaikku.”
Sore harinya..
Aku sudah menunggu cukup lama di pantai. Namun Louis tak kunjung datang.
“Bella..” aku terkejut saat sebuah suara memanggilku. Kuharap itu Louis. Tapi apa daya harapan hanyalah harapan. Itu bukan Louis, melainkan Liam.
“Liam.. Sepertinya Louis menolakku, ya.” Ucapku dengan nada sumbang pada Liam. Lalu Liam menghampiri dan segera memelukku. Tangisankupun pecah di dalam pelukan Liam.
*flashbackoff*
“Saat itu aku menangis didadamu, Liam.” Ucapku sambil sedikit tersenyum.
“Sudahlah, Bella. Semua sudah berakhir, bukan? Kau harus menikmati apa yang kau punya saat ini. Sebelum kau kehilangan itu semua.” Timpal Liam.
“Liam? Ah iya, maafkan aku!” Iya, Liam benar. Sekarang aku sudah mempunyai Liam. “Aku selalu tertawa jika bersama kau, Liam. Dan sampai saat ini aku masih bisa bersahabat dengan Louis, itu juga berkat kau!” ucapku lagi sembari tersenyum.
“Bella?” ucap Liam.
“Hey kalian! Sedang apa disana? Ayo masuklah!” tiba-tiba Karen berteriak memanggil kami. Tipikal Karen.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shot(s) - One Direction / CLOSED
FanficOne Shot(s) dedicated for One Direction. Start from Harry, Zayn, Niall, Louis, then Liam. © 2014 Candyzzle.