Part 2

24 1 0
                                    

Terik matahari menyelimuti lapangan Hogward University. Panasnya terik matahari seakan menyiksa parah mahasiswa baru. Suasana pada saat ini sangat ramai, mungkin para mahasiswa  baru saat ini sedang kepanasan. Para mahasiswa dibagi menjadi beberapa baris dan beruntungnya Melda dan Camelia berada pada dibaris yang sama.

"Ini sangat tidak adil, bagaimana bisa kita yang merupakan mahasiswa baru disuru panas-panasan seperti ini sedangkan mereka dengan enaknya berteduh dibawah gedung sambil meminum soda dingin. Apa mereka mau tanggung jawab kalau aku berubah menjadi hitam karena mereka?Pasti mereka sekarang lagi tersenyum dalam hati." Omel Melda panjang lebar.

"Shh.. Sabar Mel, mereka pasti juga mengalami hal seperti ini dulu." Balas Camelia.

Melda pun hanya terdiam sambil menggerutu dalam hati.
..........

Seorang laki-laki berkulit putih dengan wajah rupawan dan tinggi badan mencapai rata-rata menaiki panggung kecil yang diaediakan untuk kegiatan MOS.

"Selamat pagi adik-adik ku yang ku kasihi, saya sebagai wakil panitia ingin menyampaikan sambutan kecil kepada kalian. Sebelumnya perkenalkan nama saya Liam Alexander Anderson, saya merupakan wakil panitia sekaligus wakil dewan mahasiswa di universitas ini, saya merupakan mahasiswa semester 3."

"Oh Tuhan dia begitu tampan, siapa namanya tadi?" Tanya seorang mahasiswi kepada mahasiswi yang lain.

"Liam, oh Tuhan dia bagaikan malaikat."

Suasana menjadi riuh akibat ketampanan Liam.

"Wahai adik-adik ku tolong tenang. Saya disini hanya lah sebagai wakil, apakah kalian tidak ingin mengetahui siapa ketuanya?"

Para maba pun diam sejenak, lalu berbisik-bisik lagi.

"Siapa ya kira-kira, apakah lebih tampan?"

"Wakilnya saja sudah tampan, bagaimana rupa ketuanya."

"Kuharap lebih tampannn."

"Mari kita sambut wakil ketua panitia sekaligus ketua dewan siswa yang selalu menjadi rekan kerja ku dan teman sebaya ku Edgar Victor Emerson."

Suasana menjadi bertambah riuh ketika seorang laki-laki berbadan tinggi, bertubuh atletis dengan wajah yang sangat tampan  melebihi si wakil panitia

"Sudah ku duga." Kata seorang mahasiswi dengan kegirangan.

"Oh Tuhan, aku tak butuh artis korea untuk menjadi pacarku, cukup jadikan laki-laki itu sebagai pendamping hidup ku."

"Selamat pagi adik-adik, saya selaku ketua panitia sekaligus ketua dewan mahasiswa akan menyampaikan kegiatan yang hari ini akan kita lakukan."

Suasana lapangan menjadi bertambah panas dan bertambah riuh ketika Edgar berbicara. Banyak siswa yang berteriak kegirangan.

"Oh Tuhan suaranya sangat sexy."

"Aku ingin memeluknya."

"Apa yang dimakan oleh ibunya waktu mengandungnya. Bagaimana bisa menghasilkan anak yang setampan ini."

Edgar yang merasa tidak diperhatikan melanjutkan pidatonya.

"Mohon perhatiannya adik-adik." Dengan ajaib seluruh maba diam memperhatikannya. Edgar pun melanjutkan perkataannya.

"Pada kegiatan hari ini kita akan melakukan kegiatan yang bernama senyum itu sehat. Jadi pada kegiatan ini kalian diwajibkan untuk membuat para panitia tertawa dengan cara apapun, kecuali menggelitiki mereka lalu mengumpulkan 3 foto panitia dengan wajah tertawa terbahak-bahak. Jika kalian tidak berhasil membuat mereka tertawa ,maka panitia terakhir yang tidak bisa kalian buat tertawa akan memberi hukuman kepada kalian sesuai dengan kemauan mereka. Sekarang para panitia akan membagikan kalian sebuah amplop yang berisikan nama-nama panitia yang harus kalian buat tertawa. Batas waktu kegiatan ini adalah 2 jam. Jika kalian tidak berhasil, kalian harus menjalankan hukuman tersebut.Lalu dalam hitungan ke tiga kalian harus menjalankan tugas ini."

Para panitia pun berjalan mengelilingi para maba untuk membagikan amplop tesebut.

"Ku harap aku mendapatkan Edgar." Kata seoarang mahasiswi.

"Ku harap juga seperti itu."

Banyak mahasiswi yang ingin mendapatkan nama Edgar di dalam amplop tersebut. Berbeda dengan Melda yang dalam hati terus berdoa agar tidak mendapatkan nama tersebut.

'Tuhan ku harap kau mendengarkan doa ku ini, jangan memasukan nama raksasa tersebut kedalam amplop ku. Aku tidak ingin berurusan dengannya lagi.
' Bisa mati mati gue kalau dapat nama tuh raksasa.'  Batin Melda.

Tanpa disadari raksasa yang tadi disebut-sebut oleh Melda memperhatikannya dari jauh.

'Tunggu pembalasan ku tikus kecil.'

..........

Begitu amplop tersebut sudah berada ditangannya, dengan tidak sabar membuka amplop tersebut. Melda pun hanya bisa mengumpat dalam hati ketika nama  'Edgar Victor Emerson'  tertera pada kertas ketiga yang ia ambil.

'Mati aku.' Batin Melda.

"Lo dapat siapa Mel?" Tanya Camelia.

"Bukan siapa-siapa. Lo dapat siapa Mel?" Tanya Melda.

"Liat nih." Kata Camelia sambil menunjukan kertas-kertasnya dengan gembira.
.................

"Dalam hitungan ke 3 kalian sudah harus berpencar. 1.....2....... Ti.......ga."

Semua maba berpencar menjalankan tugasnya. 1 jam telah berlalu. Beberapa anak  sudah menyelesaikan tugasnya .

Melda sudah mendapat kan 2 foto tersebut, tentu saja dengan sangat mudah, dengan rayuannya sekaligus dengan aegyonya. Tetapi tidak dengan orang yang ke 3 ini. Sudah dari setengah jam yang lalu ia sudah menggunakan jurus andalannya, tetapi orang tersebut hanya diam memperhatikannya. Padahal jika maba yang lain datang kepadanya belum sedikit pun mereka melakukan aksinya ia sudah tertawa terbahak bahak tanpa sebab.Melda pun dibuat kesal olehnya.

"Eh lo kalau mau balas dendam gak gini donk caranya, masa gue doang yang lo persulit. Ini tuh gak adil." Omel Melda.

Lelaki itu hanya diam dan menatap Melda.

"Eh lo kok diem aja sih. Apa susahnya coba buat pura-pura ketawa kaya yang lo lakuin sama maba lain."

Masih tidak ada tanggapan dari Edgar.

"Eh lo kok masih diam sih, ngomong gak lo." Omel Melda.

Melda yang sudah dongkol pun langsung menarik ke 2 pipi Edgar dengan sangat keras .

"Senyum gak lo." Kata Melda sambil menarik ke 2 pipi tersebut dengan sangat keras.

"Krringgggg."Bel tanda selesainya kegitaan tersebutpun berbunyi.

" Selamat kurcaci, kau tidak berhasil membuat ku tertawa." Kata Edgar tersenyum miring sambil melepaskan kedua tangan Melda yang menarik pipinya.

Melda yang ketakutan pun langsung berusaha meninggalkan tempat tersebut. Tetapi sebuah tangan besar menahan pergelangan tangannya.

"Mau kemana kurcaci kecil?" Kata Edgar tepat disebelah telingannya.

"Apa yang kau mau?" Tanya Melda sambil  mendongak karena tubunya tidak setinggi Edgar dan berusaha memberanikan diri menatap Edgar.

Edgar pun hanya tersenyum miring lalu berkata

"Turuti semua perintah gue selama sebulan."

TBC

















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Shorty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang