19. The Eavesdropping

183 25 20
                                    

19. The Eavesdropping

"Kalian seharusnya tahu rumus itu. Oh, ayolah. Untuk apa aku menyuruh kalian membuka buku Algebra 1 setebal 526 halaman itu kalau tidak ada yang bisa menjawabnya."

Diana dan Steph saling tatap.

Mereka sedang serius mengerjakan tugas Algebra di kamar Megan. Tapi yang sedari tadi gusar hanya Claire saja.

Sedari tadi ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena merasa soal yang ia kerjakan terasa seperti level Calculus.

Yah, itu menurut Claire.

"Yang benar saja! Rumus itu ada di depan matamu, Claire. Kerjakanlah. Perutku sudah lapar." Megan menyahut membela diri dan dua orang yang lain mengangguk setuju.

Dua detik kemudian, sebuah bantal mendarat mulus tepat di kepala Megan.

"Ouchh." Megan mengaduh kesakitan. "Claire!"

Sebenarnya ditimpuk bantal seperti kapas itu sama sekali tidak terasa.

"Hey, kalian berani main perang bantal tanpa kami, huh?" tantang Steph. Steph tipe gadis yang pendiam sama seperti Megan. Tapi sekarang ia seperti singa yang dilepas dari kandang.

Tawa cekikikan menggema seketika di kamar itu. Diana, Steph, Megan dan Claire masing-masing memegang bantal lalu saling memukul satu sama lain. Mencari sasaran kepala masing-masing.

Konyol sekali.

Untuk sementara, tugas Algebra yang dianggap Calculus oleh Claire, mereka lupakan sejenak.

***

"Girls, I have a crush maybe," ungkap Diana sambil bersendawa setelah meminum cola.

Mereka kini berbaring di ranjang yang sama. Cukup muat meskipun harus berdesakan di atas ranjang.

"Aku tahu tak seharusnya memikirkan lelaki sedini ini. Kita masih harus berjuang empat tahun di sekolah. Harusnya aku belajar saja. Tapi lelaki ini selalu menggangguku. Aku harus apa, huh?" lanjut Diana.

"Kiss him," komentar Claire seketika. Diana yang menjelaskan panjang lebar tadi langsung memukulkan bantal ke arah Claire yang berbaring di sampingnya.

"Aku berkata yang sebenarnya, Dee. Para lelaki itu hanya menyukai kontak fisik. Berikan mereka itu dan mereka akan pergi."

Megan yang berada paling ujung meringis. Dalam benaknya muncul bayangan Robert dan Laura.

"Tsk.. Tak ada gunanya aku bercerita padamu, Claire." Diana menghela napasnya pasrah.

"By the way, siapa yang kalian idolakan di sekolah. Ayolah, girls. Aku penasaran."

"Daveeee." Claire berteriak kencang mengalunkan nama itu.

Megan segera menoleh menghadap Claire yang terhalang oleh Steph di tengah.

"Dave?" cicit Steph, bingung. "Dia satu sekolah dengan kita? Sophomore? Junior? Atau senior?Aku tak pernah mendengar namanya. Dan kupikir kau menyukai tipe playboy seperti Sean Foster, anak kepala sekolah kita itu."

The Hidden Feelings (Semua Orang Punya Luka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang