Part 5 - Welcome to Zoneperest!

30 2 0
                                    

Aku mempersilakan Calvin masuk ke dalam apartemenku-sebenarnya tidak mempersilakan sih, mengingat Calvin langsung menyelonong masuk tanpa kusuruh. Jika tidak ada kegiatan, biasanya sepulang sekolah, Calvin dan Jasper sering mengunjungi apartemenku. Namun sekarang Jasper akan jarang mengunjungiku karena privat yang harus dan terpaksa dia ikuti. Tapi ada bagusnya sih, dengan begini makanan di dalam kulkasku akan utuh dan tidak dicuri si Jasper.

Calvin lalu seenaknya duduk di sofa kesayanganku. Dia menepuk-nepuk sofa ku dan tersenyum padaku.

"Sini sayang! Ayo duduk di sebelahku!"

"Berhentilah memanggilku 'sayang' atau aku akan mendepakmu keluar dari sini!"

"Santai saja Na. Aku hanya menggodamu."

"Tapi kau sudah keterlaluan. Kamu memanggilku 'sayang' empat belas kali dalam sehari."

"Eh? Kau sampai menghitungnya?"

"Sudahlah. Lupakan saja," kataku sambil berlalu ke dapur.

"Hei! Kau mau kemana?"

"Ke dapur. Aku harus membuatkanmu makanan. Kamu diam saja disini dan jangan mengganguku memasak."

"Wah... isteri yang baik dan berbakti."

"DIAM!" Kataku sambil membanting panci.

"Iya... iya... hei Na, apa aku boleh menonton TV?"

"Ya boleh."

Lalu aku membuatkan si Kukang itu lasagna dan macaroni schootel sebagai makan malam. Dan seperti yang dapat kuduga, dia menghabiskannya dengan rakus, amat rakus. Aku bahkan sampai kehilangan selera makanku dan sepertinya aku hanya akan menghabiskan setengah saja dari makananku gara-gara melihat Calvin makan. Terkadang, jika aku sedang baik hati dan habis menerima gaji, aku membuatkan Calvin dan Jasper makanan sebagai makan malam mereka jika mereka sedang bertandang ke apartemenku.

"Apa lukamu itu baik-baik saja?" Dia akhirnya membahas soal lukaku.

"Tidak terlalu baik. Aku masih harus berjingat ketika berjalan," kataku di sela-sela mengunyah makanan.

"Oh..." katanya pendek. Menyebalkan. Setidaknya dia harus berkata "Apa kita harus memeriksakan lukamu lagi di rumah sakit? Aku akan mengantarmu sekarang."

Setelah makan dengan rakus, Calvin segera kembali ke sofa kesayanganku dan menonton TV. Dia mengelus-elus perutnya sambil tersenyum-senyum sendiri. Dia layaknya ibu hamil atau orang gila. Sementara aku harus cuci piring. Menyebalkan. Setidaknya dia harus membantuku.

Setelah menyelesaikan urusan di dapur, aku segera kembali ke ruang tamu dan duduk di sebelah Calvin. Begitu aku duduk, Calvin langsung menatapku dan mematikan TV.

"Eh? Kenapa dimatikan Cal?" Kataku bingung sambil berusaha menggapai remote yang dipegang Calvin.

"Karena sekaranglah saatnya," katanya dengan kalem.

Aku menaikkan kedua alisku. Tidak mengerti apa maksudnya.

"Kau harus membuka surat itu sekarang."

"Eh?"

"Cepat ambil suratnya!"

"Baiklah... baik Tuan," kataku patuh meski dalam hati aku mengumpat. Dia sangat ingin tahu isi surat itu.

"Aku hanya ingin memastikan kalau itu bukan surat cinta dari orang yang mesum."

"Apa surat cinta memiliki stempel aneh begini?" Kataku sambil menunjukkan stempel di amplop surat.

"Siapa tau dia orang yang eksentrik," katanya sambil mengangguk-angguk.

Aku lalu merobek amplop surat itu dan membaca isi suratnya. Calvin segera mepet-mepet ke arahku. Dia juga ingin mengetahui isi suratnya. Ini adalah surat resmi. Pada bagian kop surat tertulis nama sebuah lembaga. Nama lembaga tersebut adalah ZONEPEREST. Aku tidak tahu lembaga apa itu dan sejujurnya aku tidak ingin tahu. Di samping nama lembaga itu ada simbol yang sama seperti yang ada di amplop surat.

Surat itu dialamatkan untukku. Alamatnya sama persis dengan alamat apartemen yang kutempati. Tapi herannya surat itu diletakkan di lokerku dan bukan langsung menuju apartemenku. Apa mereka dehidrasi sehingga bisa salah alamat?

Drtt.. drtt...

Handphone Calvin bergetar. Ada telepon yang masuk. Calvin memberi isyarat supaya aku menunggunya. Dia ingin mengangkat teleponnya dahulu di luar.

Sepuluh menit kemudian, dia kembali dengan wajah kusut. Sejujurnya aku lebih menyukai wajah kusutnya itu daripada wajahnya yang dipenuhi senyuman.

"Ada apa dengan wajahmu?" Tanyaku.

"Ayahku menyuruhku segera pulang," katanya pelan.

"Kalau begitu pulanglah."

"Aku tidak ingin bertemu dengannya Athena. Kau sudah tau kan?"

"Tidak ada pilihan lain bagimu Cal," kataku dengan sabar.

"Hmm..."

Calvin lalu mengambil tasnya dan mengenakkan sepatunya tanpa berbicara.

"Terima kasih untuk makan malamnya. Aku pulang dulu."

"Iya. Hati-hati di jalan ya Sayang!" Ujarku. Mencoba menghiburnya. Penghiburan yang gagal total.

"Iya."

Calvin memang memiliki masalah yang pelik dengan ayahnya. Aku tidak tahu apa masalahnya tapi yang kutahu dia amat membenci ayahnya bahkan pernah berniat membunuhnya.

Setelah Calvin pergi, aku langsung terfokus pada surat itu lagi. Kalimat pembukanya adalah 'Selamat datang di Zoneperest!' Dan isinya tidak terlalu berbelit-belit serta langsung ke pokok pembicaraan. Intinya adalah lembaga itu menyuruhku untuk datang ke kantor pusat mereka-di kop surat sudah tertera alamatnya dengan sangat jelas, bahkan pendatang baru atau turis pun bisa tahu saking jelasnya- tetapi tidak disebutkan apa keinginan mereka di surat yang kuterima.

Bahkan mereka tidak menjelaskan apa hubungan mereka denganku sehingga mereka memintaku datang ke kantor pusat mereka. Lembaga itupun tidak memperkenalkan diri bergerak di bidang apa. Yang mereka katakan hanya nama lembaganya saja-sungguh misterius dan tidak sopan sekali.

Tapi yang mengherankan adalah lembaga itu memintaku untuk tutup mulut. Tidak memberitahukan tentang surat ini dan permintaan mereka pada orang lain. Kecurigaanku bertambah-tambah lagi karena mereka memintaku untuk datang sendirian dan tepat waktu.

Sudah lembaga tidak jelas, permintaan yang tidak jelas, dan urusan yang tidak jelas lagi. Meskipun begitu tapi di dalam hati aku mulai tertarik juga. Aku ingin tahu apa yang ingin mereka bicarakan denganku. Sepertinya serius sekali dan terkesan amat rahasia.

Kantor pusat lembaga Zoneperest-tempat mereka memintaku datang-tidak terlalu jauh dari apartemenku mungkin hanya terpisah sejauh tiga kilometer saja. Jika aku mau capai sedikit, aku bisa berjalan kaki atau versi antimainstreamnya aku akan naik pegasus seperti di negeri dongeng tapi nampaknya ini tidak mungkin terjadi.

Pertemuan yang mereka minta berjarak seminggu dari sekarang. Pukul tujuh pagi. Mereka menuliskannya dengan embel-embel ancaman supaya aku tidak terlambat. Puh... aku sekarang sudah tidak memiliki kebiasaan terlambat lagi. Bahkan aku tidak memerlukkan alarm untuk membangunkanku.

Meskipun surat dan lembaga ini misterius dan sejujurnya agak aneh, aku tidak peduli. Aku akan menjaminnya bahwa aku akan datang. Bagaimana jika ini modus penculikan baru? Bah... sepertinya tidak mungkin mengingat tepat di sebelah kantor pusat Zoneperest terdapat kantor polisi dan di sisi lainnya adalah pengadilan. Lagipula aku membawa pisau dan alat setrum listrik tegangan tinggi yang kuciptakan sendiri. Bahkan aku sempat kejang-kejang saat menguji cobanya. Aku membawa alat ini untuk berjaga-jaga.

Lembaga ini memiliki nama yang aneh. Zoneperest. Aku juga tidak tahu apa maksud dari simbolnya. Seekor naga yang membelit singa. Naga itu membelit seraya menyemburkan api ke arah si singa.

Yah... pokoknya lembaga itu memintaku datang ke kantor pusat mereka. Sendirian. Tepat waktu. Tanpa memberitahukannya pada orang lain. Tapi mereka menyuruhku tanpa diikuti alasan yang jelas.

Dan anehnya lagi, aku bersedia datang. Seperti ada magnet yang menariku untuk menyambangi  kantor mereka.

ZoneperestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang