Chapter 4 - She Keeps Trying

2.7K 219 3
                                    

  Bagaimana rasanya ketika kalian lelah setelah mengawal salah seorang paling penting di negara ini lalu, dibangunkan oleh seseorang untuk menemani belanja? Kesal? Itulah yang Bastian rasakan sekarang.

  Handphone Bastian berdering berkali-kali. Dengan mata setengah terpejam, Bastian meraba night standnya lalu, menggeser tombol hijau pada layar tanpa melihat siapa si penelepon. "Hallo? Bastian sedang tidur saat ini harap hubungi nomor ini lain kali."

  "Bastian!!!"

  Bastian segera membuka mata dan menjauhkan handphonenya dari telinga. Seharusnya Bastian sudah terbiasa dengan teriakan Sellena. Mereka sudah bersahabat selama lima tahun dan begini lah cara Sellena membangunkan Bastian dari tidur tampannya.

  "Sel, nggak usah teriak-teriak!" Bastian mendengus kesal. "Aku belum budeg."

  Sellena tertawa, "Sorry, Bas. Abisnya kamu ngomongnya ngawur."

  "Ya ya ada apa kamu telepon?" Tanya Bastian tak sabar. Dia ingin kembali melanjutkan tidurnya. Bayangkan saja dia baru selesai berjaga jam empat pagi dan Sellena meneleponnya jam tujuh pagi. Bastian baru tidur selama sekitar dua jam dan disambut dengan teriakan nyaring Sellena.

 "Temenin aku ke mall, yuk?" Ajak Sellena.

  "No no." Jawab Bastian. "Hari ini aku off kerja dan aku mau tidur seharian."

  "Ih Bastian tidur kamu nggak penting. Aku kangen kamu." Suara Sellena dibuat sedramatis mungkin. "Aku bakal ke rumah kamu jam sembilan. See you soon."

  Tanpa menunggu jawaban dari Bastian, Sellena segera memutuskan sambungan telepon. Bastian meletakkan handphonenya di night stand lalu, mengacak-acak rambutnya. Kenapa sih Sellena selalu memaksa? Tidak bisakah dia melihat Bastian menikmati tidurnya barang sebentar saja?

  Sebenarnya masih ada waktu dua jam lagi sebelum Sellena datang, tapi rasanya Bastian sudah tidak mengantuk lagi karena mendengar teriakan Sellena. Bastian memutuskan bangkit berdiri dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Dia selalu butuh kopi pada pagi hari. Rasanya harinya tidak akan lengkap tanpa minum kopi.

  Bastian duduk di kursi meja makan sambil menatap dindingnya yang kosong. Nyawanya belum terkumpul semua. Dia menyeruput kopi hangatnya sambil memejamkan mata. Adakah minuman paling enak selain kopi? Tentu saja bagi Bastian tidak ada. Dia begitu mencintai kopi hingga bisa tidak meminum air putih dan hanya minum kopi.

  "Date with Sellena this morning?"

  Bastian mendongak dan mendapati James duduk di seberangnya sambil tertawa. Walaupun James bukanlah manusia, tapi Bastian nyaman berada di sekelilingnya. James adalah hantu yang baik dan tidak pernah mengganggu manusia lain.

  Awal mengenal James adalah ketika Bastian pindah ke rumah ini beberapa tahun lalu. Ternyata James adalah penghuni rumah ini. Dulu James pemilik rumah saat penjajahan Belanda dan dia tidak mau meninggalkan rumahnya maka, dari itu Bastian mengizinkan James tetap disini karena ini kan rumahnya juga.

  James juga tidak seperti hantu-hantu lain yang selalu mengganggu Bastian kapan saja mereka mau. James mengerti Bastian dan tidak akan mengajaknya bicara jika dia melihat wajah Bastian muram atau badmood. Untuk itu, Bastian sangat berterima kasih kepada James karena menjadi teman yang pengertian.

  "Sebenarnya aku masih mengantuk, James." Jawab Bastian sambil kembali menyeruput kopinya yang sudah hampir habis.

  James tertawa, "Jalani saja. Lagipula memangnya kamu tidak merindukan Sellena? Kamu terlalu sibuk bekerja hingga mengabaikannya, Bas."

  Ya. James mendukung hubungan Bastian dengan Sellena. Dia berharap mereka berpacaran, tapi tentu saja langsung dibantah oleh Bastian. Bastian tidak mencintai Sellena lebih dari seorang sahabat.

I'm In Love with A Shadow [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang