Dua puluh lima

382 37 38
                                    

Diplay ya^^🙏🙏

"Kamu mau ngomong apa, Bel?" tanya Alana sesampainya mereka di taman belakang sekolah.

Bella pura-pura memasang mimik kuatir di hadapan Alana. Yang membuat pikiran Alana ikut kuatir. Ia masih diam menatap Bella, menunggu gadis itu berbicara.

Bella merangkai setiap kata-kata di benaknya. Menyusun mana yang sekiranya bisa membuat hati Alana betul-betul remuk dan menjauhi Arnes. Sebagai bumbu kejujuran yang akan disampaikannya.

"Al...," panggilnya. "Gue mau jujur sama lo."

"Tentang?"

"Arnes."

Alana meneguk ludah, berusaha tenang. "Arnes kenapa?"

"Sori banget, Al, gue harus ngasih tau lo ini. Tapi ini penting."

Jantung Alana berdegup lebih cepat melihat raut wajah Bella. Ada aura tidak enak yang Alana rasakan. Ia menarik napas, menarik senyum simpul, lalu bicara.

"Nggak papa, Bel. Kasih tau aja. Ada apa?"

Okay, ini saatnya, batin Bella.

"Gue mantannya Arnes, Al."

Alana terkejut, bagai dihujam batu besar. Air mata menggenang di pelupuk matanya, tubuhnya membeku. Menggoyahkan Alana ternyata tidak sesulit yang Bella kira.

"Al, gue ceritain ya?" kata Bella pelan.

Alana ragu untuk mengangguk.  Ia siap mendengar kalimat Bella selanjutnya, walau mungkin hati kecilnya takkan siap.

"Waktu kelas sembilan dulu, Arnes itu sayang banget sama gue. Waktu itu gue belum punya perasaan yang sama ke Arnes. Gue cuma terima dia gitu aja. Akhirnya kita pacaran. Arnes perhatian banget ke gue, ya kayak dia perhatian ke lo sekarang. Tapi sayang, waktu itu gue lagi suka sama orang lain.

"Teman sekelasnya Arnes, namanya Valdi. Waktu pulang sekolah, gue nolak ajakan Arnes pulang bareng jemputan dia. Karena Valdi ajak gue jalan. Gue gak nolak ajakan Valdi karena emang gue suka sama dia, gak mungkin gue sia-siain kesempatan jalan sama gebetan kan?"

Setitik air mata Alana meluncur. Ia menatap Bella, meminta kelanjutannya. Seperti itukah?

"Gue sama Valdi gak tau, kalau hari itu, ternyata Arnes ada di mall yang sama kayak gue. Sama dua temannya. Terus, Arnes lihat gue jalan sama Valdi. Dia marah sama gue. Tapi gue bisa lihat kekecewaan di matanya. Dan hari itu kita putus. Seminggu habis gue putus sama Arnes, yaitu sebulan sebelum kelulusan. Hubungan gue sama Arnes bener-bener berubah.

"Terus, gue baru tau, kalau Valdi ajak gue jalan bukan karena dia suka sama gue, tapi karena dia lagi bosen. Lo tau, Al? Di situ gue ngerasain yang namanya nyesel banget. Gue sia-siain Arnes yang selalu ada buat gue, perhatian ke gue, buat cowok yang ternyata cuma mainin gue. Gue selalu aja coba ngedeketin Arnes lagi. Bahkan gue daftar ke SMA yang sama kayak dia. Buat dapetin dia lagi."

Bella memegang pundak Alana, dan menatapnya berlagak simpati. Alana meraskan energinya direnggut perlahan-lahan.

Alana mengusap titik kedua air matanya yang jatuh. "Aku... gak tau, Bel." ucapnya menahan isakan yang ingin ditumpahkan.

"Tapi, Al. Ada satu keajaiban yang bikin gue ngerasa, gue emang bakal dapetin Arnes lagi." Wajah Bella berubah jadi semringah. "Lo mau tau, Al, keajaiban apa?"

Dengan air mata yang menggenang, Alana mengangguk pelan.

"Gue dijodohin sama Arnes!" ucapnya berseri. "Kita bakal tunangan nantinya."

Heart Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang