Play mulmed: happy instrument
Virgo mengendarai mobil merah kesayangannya mengitari jalanan ibukota. Sempat tidak menyangka jika lalulintas malam ini bisa dibilang sangat lancar dibandingkan biasanya. Ban mobil Virgo melambat sebelum kemudian berhenti ketika lampu lalulintas menyala merah.
Pikirannya entah menerawang ke arah mana. Sebenarnya ia juga tidak punya tujuan pasti ke mana ia akan pergi. Ia hanya sedang suntuk dan membiarkan tangannya mengendalikan kemudi. Masih ada limabelas detik lagi sampai warna lampu di perempatan jalan berganti hijau.
Virgo mentap layar ponselnya yang menyala, ada sebuah panggilan masuk untuknya. Dari nomer yang tidak dikenal. Tanpa pikir panjang ia meraih handphone miliknya.
"Halo Jen, gue udah di cafe rockwell nih. Meja nomer sembilan, lo buruan kesini!" Sebuah suara nyaring tiba-tiba saja sudah menyahut sebelum Virgo mengucapkan sesuatu.
Tut - tut - tuut...
"Anjrit, siapa ni orang? Udah salah sambung, nyerocos duluan, eh sekarang langsung nutup telepon. Sinting!" dengan keasyikannya mengomentari sang penelpon salah sambung tadi, Virgo tidak sadar bahwa lampu di depannya sudah menyala hijau.
Sontak saja ia segera menerima hujan klakson dari pengendara di belakangnya. Laki-laki itu terkejut dan cepat-cepat melajukan kendaraan roda empatnya sebelum pengemudi lain bertindak lebih lanjut.
Virgo berpikir untuk kembali pulang namun ia malah memikirkan orang salah sambung yang menelponnya barusan. Walaupun suara dari sebrang sana terdengar ramai, namun ia yakin betul itu suara seorang wanita. Virgo berpikir ulang untuk pulang ke rumah.
Ada baiknya ia datang ke cafe yang disebutkan tadi.
Lumayan dapet mangsa baru, pikirnya.
Setelah sampai di cafe, Virgo mengedarkan pandangannya mencari meja nomer sembilan seperti yang gadis itu bilang. Klik!
Ia menemukannya, senyum di wajahnya melebar mengetahui siapa yang duduk seorang diri di kursi itu. Mangsanya tak mungkin bisa kabur kali ini.
****
Virgo menyetir dengan emosi yang memuncak, hingga tak lagi menghiraukan apa yang ada di sekitarnya. Yang terpenting ia bisa melampiaskan amarahnya di jalanan.
Sesampainya di rumah, Virgo masuk ke kamar dan membanting tubuhnya ke atas kasur.
"Oh God, why she made me like that?"
Ia berjalan ke arah kaca dan berbicara sendiri.
"Lo pikir, lo udah berhasil buat gue nyerah? Kalau gitu, lo salah besar. Tunggu saatnya lo bakal jatuh cinta sama gue. Tunggu gue bawa lo terbang ke atas sana, lalu dengan gembiranya gue bakal ngelepas lo buat terjun bebas ke bawah, dan ngeliat lo hancur berkeping-keping."
****
Vio POV
"Serius lo? Hahahaha.." Jenni tertawa bebas setelah aku menceritakan kejadian tadi malam.
"Lagian lo ngasih nomer telfon gak bener sih." Omelku.
"Ya maaf. Gue kira lo gak jadi ke sana, makanya gue juga gak dateng," wajahnya perlahan mulai serius, "Harusnya lo mau aja di anter Virgo. Tapi, lo dapet kekuatan darimana bisa lari kenceng gitu? Apalagi kaki lo lukanya lumayan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Teen FictionVirgolendra Xamuel Buana Setengah bad boy, setengah good boy. Dicap sebagai players kelas kakap yang nggak pernah punya pacar. Heran? Tapi ia bukan player biasa. Cowok tampan ini punya alasan penting kenapa ia menjadi seperti ini. Setidaknya itu s...