THE CHORNICLES OF ME
PART 1
Main Cast : Elisia dkk
Author : YooHyeMin
Rate : T
Genre : Teenager story~
Disclaimer : Cerita ini milik aku!
***
Happy Reading n Enjoy It ^^
.
.
.
.Srett
Kulirik teman sebangkuku merobek salah satu lembar bukunya. Ia sedang menulis biodataku. Aku mengernyit melihat dia merobek kertas itu, memang sih kita tidak diperbolehkan memakai tip-ex. Tapikan kita udah berteman selama 4 tahun. Masa untuk menulis namaku saja bisa salah?
Kita memang ditugaskan untuk menulis biodata teman sebangku kami masing- masing, dan aku duduk bersama teman 4 tahunku itu dari awal semester 1. Dari masuk kelas 11! Bayangkan betapa bosannya aku , ya walaupun dia sahabat terdekatku. Tapi mengingatnya aja uda membuat ku mual.
Oiya. Temanku ini namanya Colliens. Ya memang aku tau namanya yang menurutku biasa saja itu memang mengandung unsur kebarat baratan. Dan dia bangga. Dia pernah mengatakan kalau mamanya memberi nama dia itu karna mamanya pernah berkuliah diluar negri dan memiliki teman baik bernama sama dengannya itu.
Ya, aku sebagai teman yang baik memang harus meresponnya kan.
Biar ku beritahu, kami ada ber 7. Kami adalah sahabat dan kami suka berkumpul bersama. Kami dulunya semua satu SMP dan SMA memisahkan kami untuk terus bersama. Collin adalah salah satu dari 7 anggota itu. Nanti akan kuberi tau lebih dalam tentang mereka.
Dan seperti yang kau tau, aku dan Collin itu sekelas. Hanya berdua. Kita udah berteman selama 4 tahun dan aku tidak tahu apakah 1 tahunnya itu termasuk, karna kita bersekolah ditempat yang sama dari sejak SMP. Dan kita sekelas sejak kelas 8. Tapi, biar ku beritahu kalau kelas 8 itu kita tidak dekat sama sekali dan kita seperti tidak pernah mengobrol. Dan aku ingat dia-yang saat itu bendahara kelas- pernah menagih uang kas sama mamaku saat pengambilan rapot naik kelas, karna aku memang menunggak kas kurang lebih 3 bulan. Jadi aku tidak tahu 1 tahun di kelas 8 itu termasuk atau tidak.
Aku ingat saat itu dia berteman dengan Vera yang saat itu aku lihat, sangat berbeda fisiknya. Collin itu gemuk –aku tidak bilang dia gendut- dan Vera itu sangat kurus dan kecil. Aku bahkan tidak tahu kenapa mereka bisa berteman. Saat kelas 8, aku pernah mengadakan study tour ke Jogja dan aku melihatnya berduaan terus. Aku merasa mereka seperti orang orang freak bagiku saat itu, Collin memakai jaket berwarna ungu, sepatu ungu, kupluk ungu, dan juga headset ungu! Dan Vera memakai semua yang serba hijau. Oh mataku seperti sakit saat melihat mereka.
Dan pada akhirnya siapa yang tau saat kelas 9 aku sekelas lagi dan menjadi dekat sekali dengannya!
Aku ingat saat itu aku duduk dengan salah satu anak inti basket yang baru saja aku kenal saat masuk kelas 9. Namanya Agatha. Kita duduk di pojok sebelah kiri,kedua dari belakang dan aku duduk disebelah kiri dekat tembok. Dunia kehidupan sekolahku masih saja tenang saat itu sebelum seorang laki-laki mulai menyukaiku.
Laki-laki itu yang bahkan tadinya aku tidak mengetahui keberadaannya, tiba tiba duduk di sebelahku saat pulang dari ret-ret sekolah. Aku disana saat itu tidak memiliki teman, tidak maksudku, aku tidak lagi sekelas dengan teman dekat ku dikelas 8. Aku hanya bingung dan membiarkannya duduk disebelahku. Oh, bahkan dia meminjam powerbank ku dan pura-pura menanyakan berapa isi daya powerbank itu!
Saat pulang ret-ret dia memberiku pesan chat, dan dia seperti aneh bagiku. Aku pernah menanyakannya “Kenapa sih lu ga suka sama *** aja, dia putih, lucu, kecil gitu, kan keren punya pacar kaya dia. Pinter lagi” pada saat itu aku tidak tau dia menyukaiku.
Dia membalas “Ga, ada orang yang lebih keren dari dia kok. Wkkw”
Aku hanya membiarkannya saja. Jadi laki-laki itu duduk dipojok sebelah kanan yang berlawanan denganku dan di sebelahnya adalah Audy dan Collin. Mereka duduk sebangku saat itu.
Saat itu adalah hari kemerdekaan dan aku masih chat sama laki-laki itu sejak pulang ret-ret. Aku masih tidak tau kalau dia menyukaiku. Dan sekali lagi aku masih chat dengan dia.
“Kenapa sih ga suka sama Audy aja, kan sebelah lu itu dia, suka becanda juga kan ketawa bareng.” OMG. Bahkan aku tidak tau kenapa aku bisa menanyakan itu ke dia.
Jadi setelah itu, aku, Collin dan Audy menjadi dekat karna ternyata Audy mencomblangiku dengan laki-laki itu! aku tidak lagi dekat dengan Agatha dan mulai dekat dengan Collin dan Audy. Tapi aku masih agak menjaga jarak dengan mereka, karna mereka memiliki perkumpulan mereka sendiir. Dan Audy adalah satu dari ke 7 anggota itu.
Saat pulang upacara-pas hari kemerdekaan- aku membeli sepasang ekor kura-kura karna aku merasa iri dengan temanku yang mempunyai sepasang ekor kura-kura dan dia terlihat begitu menikmati memelihara kura-kura itu.
Hari pertama aku membeli kura-kura itu, aku memfoto kura-kura itu dan kukirimkan ke laki laki itu. Aku bahkan memandikan kura-kura itu di bak mandi kamar mandiku, dan membuat handphoneku itu terjebur di bak mandi itu! Sial. saat kucoba menyalakan handphone itu, aku tidak bisa menyalakannya, jadi kubawa saja ke tempat servis handphone untuk membetulkannya.
Hari esoknya, laki-laki itu menanyakan kenapa tidak lagi membalas chatnya. Aku bilang hapeku terjebur saat memandikan kura-kura itu.Haish.
Lalu saat handphoneku itu sudah kembali normal, kita kembali chat bersama. Dia memintaku untuk meminjamkan dasi ke dia karna dasi miliknya hilang. Aku tidak mau meminjamkannya, dan karna dia ngotot untuk pergi kerumahku aku iyakan saja, toh dia juga ga tau rumahku.
Dan aku salah besar! Dia benar benar pergi kerumahku untuk meminjamkan dasi malam-malam sekitar jam 8 saat aku pulang les. Dia bisa tau rumahku itu karna dia mengintipnya di jurnal yang memang ada alamat dan nomor telfon masing masing siswa. Karna aku takut ketawan orang tuaku, jadi aku hanya melempar dasi itu dari balkon dan pergi masuk kedalam tanpa melihat reaksinya lagi.
Keesokan harinya dia bahkan tidak mau mengembalikan dasiku. Dan memaksaku untuk menontonnya tanding futsal yang bahkan aku tidak mengerti.
Aku ini apa sih? Aku cuma sekedar anak mama yang selalu pulang dijemput mamaku dan pergi sekolah diantar papaku. Jadi aku tidak menonton pertandingan futsalnya karna aku tidak bisa pergi, dengan mamaku yang sudah menunggu untuk menjemputku.
Dia juga pernah menggombaliku.
Saat itu aku ada tugas disuruh mencetak gambar seorang pahlawan. Dan karna aku tidak mau pahlawanku sama dengan orang orang atau teman temanku yang lain, yang kebanyakan memilih pahlawan yang mudah diingat dan terkenal yaitu Soekarno, R.A. Kartini, Pattimura, dan lain sebaginya, jadi aku memilih mencetak gambar Moh Hatta.
Dia, laki-laki itu menanyaiku,
“Lu print siapa nih pahlawannya?”
“Gua? Moh. Hatta, gamau sama, sama orang lain.”
“Ah boong lu.”
“Beneranlah, ngapain juga boong.”
“Lu pasti sengaja kan pilih dia.”
“Dih, ngapain juga pilih pahlawan aja pake sengaja. Emang kenapa si?”
“Ah, gua tau lu pasti sengaja, soalnya gua print Soekarno.”
HAH.. saat itu aku berpikir apa hubungannya dengan sengaja-Moh.Hatta-Soekarno.
Tapi aku baru sadar saat aku membaca kembali pesan chatnya berulang ulang.
Pasti dia bilang seperti itu karna…
“Kok ga dibales sih? Lu sengaja kan pilih Moh.Hatta soalnya gua itu Soekarno. Biar sepasang gitu. Wkkw”
Astaganaga. Gilaa. Pikiran dari mana dia dapat hal seperti itu ya Tuhan.
Sreettt
Haish. Kulihat lagi teman sebelahku yang merobek kertasnya lagi. Kali ini aku melihatnya langsung. Ku menaikan padangannya ke arah matanya. Dia juga balas menatapku. Sebenarnya kita uda temenan berapa lama sih?
“Wwkkw, gua salah lagi, kan gabole pake tip-ex.”
Dan sejam itu, diselesaikan dengan acara robek merobek kertas, tidak maksudku tugas menulis biodata masing-masing teman sebangku.
………..
“Li, bagi kertas LKS dong”
Lagi? Tapi kata itu hanya nyangkut di tenggorokanku. Aku menghela nafas dan mengambil map pink ku yang berada didalam tas sekolahku. Aku mengeluarkan 1 lembar kertas LKS untuk Collin.
Aku tau kertas itu harganya tidak seberapa. Aku tau juga kalau dia temanku. Aku tidak pelit atau apa. Tapi aku jadi bawa kertas kerja milikku sendiri karna aku tau rasanya diminta-minta kertas itu bagaimana.
Dulu aku memang suka meminta kertas ulangan jika sudah waktunya ulangan. Di kelasku, diwajibkan seluruh anak mengumpulkan satu buku kertas ulangan, jadi kalau sudah ulangan, para staff kelas akan membagikan kertas itu, tanpa ada acara bagi-membagi. Aku bahkan tidak mau mengumpulkan buku kertas ulanganku. Tapi, kertas itu bahkan sudah habis dan tidak ada yang berniat untuk menyumbangkannya lagi., jadi acara bagi-membagi itu kembali dimulai.
Aku jadi meminta kertas ulangan terus ke temanku yang lain-yang punya- karna aku sendiri selalu lupa untuk membawanya. Kau tau rasanya jika sudah menikmatinya sekali maka kau akan menikmatinya terus menerus. Tapi rasanya susah sekali untuk meminta 1 lembar. Karna jika 1 orang meminta, maka orang yang diminta itu akan menjadi bahan rebutan untuk diminta oleh orang lain. Collin pernah tidak mendapatkannya, dan dari 1 kelas hanya dia yang tidak mendapatkan kertas itu. Salah satu temanku ada dan dia tidak ada sama sekali niat untuk memberinya 1 lembar. Collin yang memang menurutku orangnya terlalu emosian, dia marah-marah sambil mengatakan bahwa temanku itu pelit dan lain sebagainya Guru Biologiku melihat itu dan mengatakan bahwa ulangan tidak akan dimulai jika Coliin belum mendapatkan kertas ulangan.
Jadi, salah satu teman sekelas ku yang bukan orang yang tadinya kubilang tidak ada niat untuk berbagi, membagikannya selembar kertas dan dimulailah ulangan itu.
Jadi mulai malam itu aku memutuskan untuk membawa kertas ulangan pribadiku sendiri tanpa mau bagi membagi ke orang lain, ataupun orang yang pernah membagiku. Mungkin saja aku akan melihat kebaikan orang itu dulu terhadap aku sebelumnya baru aku bagikan. Dan rencana –tanpamembagikan-ku hancur saat setiap mau mengerjakan tugas Collin selallu berkata bahwa dia lupa membawanya, jadi minta selembar ya. Hhhhhhaahhhhhhh.
…
Tadi pagi, aku ingat, pelajaran PKN ku itu sedang tidak ada guru, jadi aku dan teman sekelasku diberi tugas untuk membuat TTS 30 menurun dan 30 mendatar. Hal itu sangat membuat kelas menjadi frustasi untuk mengerjakannya. Sudah malah aku membawa buku semester 1 padahal sekarang aku ada disemester 2.
Dari saat tengah semester aku sudah merasakan super duper bosan dengan Collin karna sudah 11 bulan aku duduk dengannya dikelas 11 ini tanpa ada sekalipun pindah tempat duduk sama sekali. Aku jadi malas bicara dengannya dan hanya ku tanggapu seadaanya, apalagi kalau pagi hari dia suka mengeluarkan bau tidak sedap setiap kali dia berbicara. Aku jadi tambah malah meladeninya. Tapi aku selalu ada kebaikan dihatiku, karna dia suka mengambek atau suka marah, jadi aku menanggapinya jagajaga jika dia sudah terlihat mendiamiku.
Jadi aku mengerjakan TTS itu dengan hati terpaksa dan dengan 1pena aneka warna yang bisa diganti ganti itu. karna TTS membutuhkan kira kira 3 warna untuk membuatnya, maka bersyukurlah aku memiliki alat tulis lengkap. Aku selama mengerjakan menggunakan atau dengan nama lainnya aku meminjam buku Collin. Tapi dia dengan seenak jidatnya membalik balik kertas di buku itu sehingga aku kesulitan untuk membacanya. Mungkin dipikiran dia, siapa yang punya, siapa yang berkuasa. Mungkin. Tapi masih baik dia mau memunjamkanku.
Dengan pikiranku yang lumayan cerdas ini, aku membuat TTS dari jawaban tugas yang ada di buu tulisku, yang pernah ku buat beberapa minggu yang lalu. Aku bersyukur pernah mengerjakan tugas ini, karna dengan begitu aku tidak perlu meminjam buku Collin atau siapapun juga yang tidak berniat untuk meminjamkannya.
Saat aku sedang asik-asikknya membuat TTS itu, Collin bersuara.
“Sisy, pinjem pen biru dong.”
Astaga, dia bahkan sudah meminjam tip-ex, penggaris, dan juga pensil, penghapus. Dia Cuma bermodalkan satu batang pen berwarna hitam yang sangat mahal harganya itu. Aku jadi menyesal mengatakan aku memiliki alat tulis lengkap karna semua alat tulis lengkapku itu tidak bisa aku pakai karna semuanya dia pakai! Bahkan aku meminjam penggaris disaat aku memiliki penggaris milikku sendiri.
“Gaada, gua lagi pake.” Sissy membalas. Memang sih Sissy cuma satu pen yang saat itu dia pakai, tapi ya setidaknya kan dia punya penggaris, tip-ex, dan pensil.
Aku lagi focus terhadap TTSku da nada suara
“Li, pinjem pen biru.”
Aku mengedipkan mata 3 kali ke hadapan TTS ku itu dan aku bilang
“Gaada, gua lagi pake juga.” Kan memang penku itu Cuma satu tapi, di satu pen itu ada banyak isi warna pen. Jadi bisa dibilang aku punya 4 pena!
Jadi Collin melanjutkan TTSnya, karna penolakanku itu. dia menggunakan pena hitam-mahalnya itu untuk membuat TTS. Dan tentu juga semua alat tulis lengkapku itu.
Aku menaruh penku saat aku sudah merasa pegal untuk menulis. Aku merasa sangat lelah, dan telapak tanganku sudha berkeringat mengerluarkan hawa panas jika saja aku melanjutkan untuk menulis.
Tiba tiba penaku diambil dan aku dilempari pena hitam-mahal itu.
“Pinjem bentar.”
Aku hanya bisa menghela nafasku, menahan kebosananku untuk duduk lebih lanjut dengannya.
Aku menunggunya memakai pena itu dengan mencari soal soal yang lain. Mataku selalu melirik pena yang dia pakai. Dan menunggu dengan sabar lagi, saat aku sudah menemukan pertanyaanku. Walaupun aku sudah dilempari pena hitam-mahalnya itu. aku tidak akan merendahkan diriku untuk memakai penanya. Aku mengambil pena tinta berharga dan termahalku dari kotak pensilku dan aku melanjutkannya dengan pena berharga-termahalku itu.
…
Pulang sekolah adalah saat saat terbahagiaku karna saat itu aku akan terbebas dari rasa bosanku dengannya yang sudah berteman dengan 4 tahun itu, dan pulang kerumah lalu tidur. Aku memang selalu tidur jika sudah pulang sekolah sambil memaskerkan wajahku untuk menghilangkan bekas jerawat yang kelewat banyak ini. Dulu aku memang memiliki banyak sekali jerawat walalupun dulunya aku hanya memiliki 1 -3 jerawat dalam sekali tumbuh. Saat itu aku punya kira kira 30 jerawat dalam sekali tumbuh dan itu membuatku merasa biasa saja, sampai akhirnya aku sekarang melihat foto-fotoku yang penuh jerawat itu dengan rasa jijik dan muak melihat diriku itu.
Teman mamaku merekomendasikan obat jerawat yang menurutku menjadi penolong saat itu, karna saat aku meminumnya selama seminggu, hasilnya aku hanya memiliki bekas jerawat saat ini. Dan aku hanya tinggal menghilangkan bekas-bekasnya ini.
Aku melanjutkan tidurku selama 2 jam, dan tiba tiba mamaku memanggilku untuk pergi les. Aku ingin sekali bolos les mengingat badannku sudah menempel dengan kasur dan aku tidak sanggup untuk berpisah dengannya. Pada akhirnya aku bangkit juga, mengingat “Kamu bisa karna biasa” karangan ayahku itu. Aku selalu merasa tidak enak hati atau merasa ada yang kurang jika aku bolos les atau mengikuti apapun yang sudah menjadi rutinitasku itu. Tidak tau kenapa intinya aku selalu harus menyelesaikan itu.
Di les inggris, kami membahas tentang music tentunya dalam bahasa inggris. Aku menyukai k-pop dari kelas 6 dan aku masih menyukai orang yang sama sampai sekarang. Kyuhyun. Aku tidak tau kenapa tapi aku selalu ingin berusaha move-on darinya. Dan semuanya gagal saat aku mendengar lagunya yang complete aku punya di daftar musikku. Aku sudah menonton beberapa drama yang membuatku suka dengan actor itu tetapi Kyuhyun meruntuhkan segala usahaku untuk move-on darinya. Hahhh mungkin aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa moveon dari makhluk menyebalkan nan indah bernama Kyuhyun itu.
…TBC~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chronicles of me :)
Teen Fictionhanya cerita tentang sebuah siswi SMA yang sedang dalam masa pubertas dan labil. menceritakan sebuah cerita yang tidak memiliki inti, tujuan, dan juga tema. tidak tau dengan pasti akan berakhir dengan berapa part. pokoknya ini cerita tentang masalah...