1.

8 1 0
                                    

        "Baik anak-anak kelas hari ini sudah selesai, jangan lupa proyek kalian dikumpul minggu depan." Ucap Pak Pras, guru fisika kami, seraya berjalan menjauh dari kelas.

         Di luar kelas tetesan hujan pertama mulai berjatuhan. Siswa-siswi beranjak keluar dari kelas lebih cepat untuk menghindari terkena hujan.

         "Lo sebenernya ngerapiin buku atau ngelamun sih Ge? Lama banget sumpah." Keluh Jea sekali lagi karena mendapati aku hanya memandangi hujan di luar.

         "Sabar woi ga sabaran banget, btw lu pulang sama siapa Je? Siapa tau bisa numpang hehehe." 

         "Sama nyokap gua sekalian mau jemput Ka Evan, bosen di asrama katanya. Emangnya Aldo nggak bisa jemput?" tanya Jea balik.

         Aku berpikir sebentar, mungkin tidak ada salahnya mencoba. "Sabar coba gua telpon." Jea lalu mengatakan 'ok' dengan isyarat lewat tangannya.

         Akupun menelfon Aldo, sekali tidak diangkat, dua kali nihil, namun syukurlah telfon diangkat pada percobaan ketiga.

        "Halo" terdengar suara seorang laki-laki.
         "Halo, Aldo?"
        "Yoi wassap stupid twin, you need something?" Haha, tidak lucu Aldo.
         "Iyaaa, and for the record you are the stupid one." Terdengar suara tawa dari seberang sana,"ehh serius lu dimana Do?"
        "Sekolahlahh gua kan anak alim, rajin menimba ilmu."
         "Iya iya serah lu aja dah, btw tolong jemput gua ya, GPL!" Kukencangkan suara ku di akhir kalimat, untuk memastikan bahwa dia benar-benar mendengarku.
         "Kapan? Sekarang? Ayo aja gua mah ,tunggu gua kira-kira nyampe 5 atau 10 menit lagi. Ehh sekalian beliin roti bakar dulu gih di kantin,  laper gua."
         "Makan mulu ah kerjaan lu. Yaudah lah yang penting anterin gua pulang, cepetan ya dahh."           "Dahh." Lalu telefon kumatikan, Jea pamit menyimpan tas duluan ke mobil. Nanti ia akan menyusulku ke kantin. Kumasukkan handphone ke dalam tas dan pergi keluar kelas.

       •••di kantin•••
         Setelah memesan roti bakar, akupun mencari tempat duduk kosong dan menelfon jea
         "Je, lu di mana? Gua udah sampe kantin nih." Ucapku saat telefon sudah terhubung kepada sang penerima.

         "Eh maap Ge, kata nyokap gua cepet-cepet soalnya macet mau ke Jakarta nya. Maap ye hehehe." ucap Jea cengengesan. "Yaudah lah ati-ati," ucapku pasrah.

        "Siapp byee babby girl!" ucap Jea, alay.
         Telefonpun dimatikan, ku keluarkan headsetku. Hmm.. kata orang sih Best Friend-nya Rex Orange County bagus. Baiklah kumainkan lagunya.
*Playing Best Friend*
         Kurasakan kantin semakin ramai, sehingga kukencangkan volume di headset ku. 5 menit berlalu, akupun merasa bosan menatap kerumunan. Banyak gerombolan cewe-cewe rok pensil & baju kekecilan sedang bergosip ria. Sebelahnya tidak lain yaitu cowo-cowo tongkrongan sedang  bernyanyi ria.
         5 menit berlalu lagi, masih belum ada tanda-tanda Aldo. Baiklah mungkin dia kehabisan bensin, kukeluarkan novel yang belum selesai kubaca.
        Akhirnya setelah 15 menit menunggu, orang yang di tunggu-tunggu pun datang.
        "Lama banget dah." Sahutku sedetik setelah dia menempelkan bokongnya di kursi.
        "Maaf tuan putri, tadi abis bensin saya. Seharusnya saya di sambut seperti pahlawan karena telah menjemput anda. Ehhh nyampe-nyampe malah ngambek."
         "Kaga ada yang ngambek idih," Asal kalian tahu saja, aku bukan tipe perempuan yang sering ngambek, haha. Tapi itu benar adanya. "Udah sana lu ambil roti bakar di kantin itu tuh!" Kataku sambil menunjukkan tempat ku memesan roti bakar.
          "Okeyy akyuh kesanahh duluhh yahhkk! Janghan kangenhh akyuhh! Babayyy," aku menjadi tidak yakin bahwa itu adalah adik kembarku. Atau mungkin pas masih dikandungan ketendang kakiku ya? Jadi rada-rada gitu pas udah lahir.
         Kulanjutkan membaca novel. Sampai kudengar suara telefon berbunyi
                     Derva qu
         Senyumku merekah saat mengetahui bahwa dia menelefonku. Dengan cepat kumemastikan bahwa tidak ada yang memperhatikanku. Setelah pasti tidak ada yang sedang memperhatikan, akupun mengangkat telefon tersebut.
         "Haii shayyy." Suara yang sangat familiar menyambut dengan alay
         "Apaansi alay lu." Yaaa itu sangat mengganggu telinga
         "Jadi yak nanti jam 6.10 gua jempyut ya shayy"
         "Okey jangan telat babayy."
         "Oke jangan dandan entar ilang kena keringet, dadahhh." Telefon pun dimatikan, dan hey aku gak pernah dandan!
Aldopun selesai mengambil roti bakarnya dan mengisyaratkan ku untuk pulang.
Aku berlari kecil, sambil menutupi kepalaku dengan tas agar tidak terkena air hujan.
Kadang aku berpikir mengapa banyak orang yang menyukai hujan? Banyak yang menjawab kalau hujan bisa membuat orang tidak sadar bahwa kita sedang menangis. Karena mereka tidak ingin terlihat menangis.
Tapi, mengapa juga ada orang yang mau menangis diluar rumah? Tepatnya saat hujan turun. Kadang itu membuatku bingung. Namun tiap orang mempunyai opini yang berbeda-beda yang tetap layak dihargai.
Omong-omong aku sudah sampai di mobil. Aldo yang mengendarai. Geraldo Novero Windsfield adalah adik kembarku. Sedangkan aku? Garalda Novera Windsfield. Yaaa walaupun hanya berjarak sekitar 4menit aku tetap kakaknya Aldo haha.
       Kami berbeda sekolah, karena orang tua kami membebaskan dimana kami ingin sekolah. Asalkan bukan sekolah yang memiliki reputasi yang buruk.
Muka kami sama sekali tidak mirip. Sehingga, saat kita kerap jalan berdua, orang akan mengira bahwa Aldo adalah pacarku. Kadang itu lucu, tapi kadang tidak. Kadang justru menyebalkan.
Sedangkan 'Windsfield' kami dapatkan dari dad. Yaa dad bertemu dengan mom (panggilan mereka) saat mom sedang melanjutkan study di Australia.
"Eh lu entar tae kwondo kan?" Tanya Aldo yang memecahkan lamunanku.
"Iyak tumben nanya, mau ikut tae kwondo lu?" Tanyaku balik
"Kaga ah cewe nya dikit kaga ada yang cakep pula, gua tetep renang aja," jeda sebentar,"kan banyak cewe cantik nya."
"Anjirr jadi lu renang cuma gara-gara banyak cecan doang? Parah lu hahahahaaa."
"Ih tau aja qamyuh." Ucapnya alay
"Udah ah cepatan lu lama banget si jalannya telat nih gua." Protesku
"Emangnya lu kaga nyadar tinggal belok kita nyampe?"
"Oh iyaaahahahaaaa."
Sampai di rumah seperti biasa kulihat mom sedang mendesain proyek gedung di ruang kerjanya. Mom seorang arsitek.
"Hei momm." Sapaku sambil mencium tangan mom.
"Heii, mana Aldonya kak?" Tanya mom
"Di depan masih markirin mobil, okee aku mandi dulu ya mom."
"Oke buruan, yang jemput Derva atau Aldo?" Tanya mom
"Derva mom, i'll get ready k? Byee." Jawabku seraya melenggang keluar dari kamar kerja mom
Samar-samar kudengar suara mom menjawab "oke sweety go and get ready"
•••selesai mandi•••
Selesai mandi, akupun mencari baju dan celana training ku, karena hari ini bukan latihan tae kwondo yang resmi.
Sambil menunggu Derva, aku mengambil handphone. Mungkin stalking adalah salah satu keahlianku. Aku memiliki lebih dari 3 akun di setiap sosial media.
Ku terus mengestalk orang tersebut, sampai kulihat satu foto.
Laki-laki, merangkul seorang perempuan dengan caption 'mine❤️'

.
.
.
.
.
Hai guys maaf kalau ada salah-salah penulisan, masih fresh writer, baru buat satu cerita nihh hehehe. Tolong kasih saran gimana baiknya yaaaa . Dan jangan lupa vommentnyaaa

Thanks❤️

Thantophobia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang