Armada mendekat pulau dengan kepulan asap tebal yg membumbung tinggi ke cakrawala, kondisi yg tak jauh berbeda dengan pelabuhan padang.
Gilang segera mengirim pesan singkat melalui radio untuk mencari sisa artuna sekitar natuna.
"Harap kepada seluruh artuna yang tersisa untuk segera bergabung dalam proses evakuasi marinir dengan armada gabungan di daratan natuna, kami ulangi...."
Tak selang 4-5 menit lima jawaban masuk, semua dari unit KS (kapal selam)
"Pak, ada konfirmasi dari lima kapal semua KS, dari KRI CAKRA, KRI HIU PUTIH, KRI PASOPATI, KRI SIAK, dan KRI KENCANA. Mereka menyebar dilaut cina selatan dan selat karimata, yg di karimata sudah bergerak ke kita untuk bergabung dan yg di cina selatan mereka lebih memilih berpatroli."
"Belum ada konfirmasi yang dari armada permukaan?"
"Kalau pun belum ada berita kita tinggal ngeliat di radar aja kapten"
"Betul juga! Lintang! Pantengin tu radar, kalau ada deteksi sesuatu laporkan ke kabin peta"
Pukul 09:01
Dua KS sudah bergabung dengan armada gabungan di pulau natuna. Mereka menurunkan sekoci karena tidak memungkinkan untuk merapat didermaga, semua hancur berantakan.
Begitu mereka mendarat Gilang segera memberi perintah "cari yang selamat!" Semua menyebar, Gilang membawa pasukannya ke arah bukit dimana korps marinir berada. Radar raksasa terlihat dari kejauhan, nampak belum tersentuh.
"Halo!!!? Ada orang didalam!!!?"
"Kami! Disini masih banyak yang selamat!"
Seorang yg terlihat berpangkat sersan menjawab dari balik kaca.
"Ayo cepat keluar! Kalian mau diungsikan ke kepulauan riau!" Pintu ruang radar dibuka, terlihat beberapa prajurit berpakaian marinir di dalam "ada 50 orang lebih disini"
"Mana pemimpin kalian?" Tanya Gilang
"Pak Bowo dan para perwira marinir ada di bunker markas utama! Ada di tengah pulau dekat lapangan terbang natuna, sekitar 1 km dari sini"
"Yasudah, kalian naik ke kapal dengan letnan Zikri, saya mau ke sana"
Gilang pun segera berjalan diikuti 15-20 orang dibelakangnya. Tampak plang petunjuk arah menuliskan BANDARA NATUNA di kiri jalan setapak. Gilang memberi kunci mobil truk pengangkut marinir. Mobil tersebut terparkir 200 meter dari radar, dekat dengan pusat komando tni-al di pelabuhan natuna.
"Dang, kita bawa empat mobil, saya yg bawa truk 1 kamu no 4 letnan Saep truk 5, sama siapa lagi yang bisa nyetir ini truk?""Saya pak"
"Nah kamu bawa truk yg ujung nomor 12, sersan Iwan"
Mereka segera bergerak ketujuan dengan 4 truk militer, mengikuti jalan setapak yang dibuat marinir. Setelah kurang dari 5 menit mereka melihat bangunan bandara natuna, tampak hangar 3 masih terbakar dan bandara hancur dibagian sayap kanan bangunan. "Truk 4 dan 5 kebangunan bandara! Cari korban yg masih hidup!" Rombongan pun terpisah menjadi dua bagian.
Rombongan truk 1 dan 12 memutari lapangan rumput di landasan bagian selatan. Menurut informasi, bunker tersebut berada di selatan landasan terbang di sekitar kebun pisang milik tni. Segera kebun pisang yang dimaksud terlihat, kemudi truk langsung diarahkan Gilang kesana.
Setelah tiba mereka turun dan menyisir lokasi kebun. Gilang bersama seorang kelasi dan perwira melihat sekeliling pagar kebun. Tiba-tiba ada yang berteriak "pak! Disini pintu bunkernya!" Sebuah bidang petak terbuat dari beton dan memiliki pintu besi lingkaran, Tidak salah lagi.
"Ketuk pakai kode marinir"
Sersan Dino yang paling pintar maju, ia hapal semua materi AL dan marinir. Tok ~tok tok ~tok tok. Sampai tiga kali ia mengulangi, tampak sunyi didalam sana.
"Coba dobrak!" Kata Gilang
Buk... buk... buk... "kayaknya dikunci slot dari dalam kapten" namun, tanpa peringatan sekelompok marinir menyerbu keluar dari dalam dan menembakkan senapan serbu mereka, yang kemudian mengenai letnan Andi "semua tiarap! Siapa kalian!?" Tanya komanda marinir. "Kami dari Angkatan laut pak! Diperintahkan untuk menjemput pasukan marinir bapak" sembari Gilang menunjuk lambang AL dan merah putih dibajunya.
"Ok, saya yakin..."
"Pak! Saya gimane?" Tanya Andi sambil memegang perutnya yang berdarah
"Oiya, maap-maap. Ayo masuk saja dulu, kami punya pasukan medis" Andi langsung digotong rekan rekannya disana kedalam ruang bunker.
"Ngomong-ngomong, siapa yang sedang megang komando yang memberi perintah?"
"Kolonel Ramsyah pak, dari kep. Riau. Sebenarnya dia cuman minta tolong, kalau kami ke natuna sekalian nolongin marinir disini"
"Tapi kalian sudah kontak dengan AL natuna?"
"Baru bagian KS saja, kapal permukaan kita belum terlihat"
"Kalau tidak salah ada satu armada yang baru bersandar malam tadi, mungkin masih disana" kata komandan tersebut sambil menunjuk ke dermaga 2.
"Pak, ayo kembali ke kapal!" Kata Andi mantap, ia masih diperban di perut. "Iya, iya. Santai aja di, saya mau ke dermaga dulu. Kalian langsung saja ke kapal." Kelompok pun semakin kecil karena dibagi.
De ma a 2
Begitu lah tulisan yang masih terlihat dipalang pintu masuk. Mereka melihat ada beberapa kapal disana, masih ada harapan. "Kapten! Saja baru bertemu awak KRI BELITUNG di gudang 1, mereka hanya tersisa sebagian. Sebagian lagi sudah meninggal"
"Bawa mereka dengan kita, kita bawa keluar semua kapal yang laik jalan" segera satu persatu awak kapal ditemukan, beberapa memang sudah tidak lengkap, bahkan ada yang kehilangan komandan kapal mereka.
"Pak, kita kekurangan bahan bakar untuk berlayar. Makanya kami berhenti di natuna, eh malah diserang."
"Sudah, tenang saja. Kita bawa kapal LPD yang ada tangki bahan bakar darurat didalamnya"
"Bagus, kita bisa membalas musuh jika begini" kata salah satu kapten kapal artuna. "kita harus segera berlayar keluar, hindari musuh sebisa mungkin dan berlayar ke Tanjung Priok." Jelas Gilang.
Pukul 10:34
Mesin-mesin kapal sudah menyala, ditambah teriakan para perwira dan kelasi yang mempersiapkan diri untuk keluar dari sana.
"Menurut laporan, ada beberapa kapal PBB di utara natuna. Sangat berbahaya jika kita dipergok dengan kerusakan seperti ini." Memang beberapa kapal rusak parah, KRI NATUNA senjata utamanya rusak, dua kapal kelas bangka kehilangan radar, empat kapal cepat kehilangan atap dan dinding karena bom, namun hebatnya tidak ada yang tenggelam. Priiitt...!!! Priiitt...!!! Tanda berangkat dibunyikan dari KRI BUKIT BARISAN, awalnya kapal kapal kecil dahulu, diikuti yang lebih besar. Dalam 6 menit seluruh armada sudah berlayar di laut lepas. Armada gabungan semakin bertambah anggota, bahkan mereka satuan terbesar yang sedang berlayar saat itu. Semua kapal dikondisikan siap tempur, kemungkinan bertemu langsung dengan musuh sangat besar.
Pukul 11:30
Sudah satu jam lebih mereka berlayar. Masih belum ada tanda-tanda musuh, tapi kemudian dari radar KRI CEMPAKA V dideteksi satu kapal, kemudian tiga, lalu muncul lagi semakin banyak.
"Pak, coba bapak lihat diradar" ujar perwira radio dengan kapten Hadi, "saya beritahu Gilang" dalam waktu singkat berita tersebut sampai di KRI BUKIT BARISAN. "Pak, pesan dari KRI CEMPAKA V ada banyak kapal asing di utara." Gilang lalu memperhatikan radar, kapal-kapal tersebut seperti makin dekat dengan mereka. "Gilang dan Saep saling memandang satu sama lain. Mereka sadar apa yang akan terjadi "Saep... beritahu kapal lain... siaga tempur!"
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
K.R.I ANUMERTA
ActionHighness rank #46 action Tentara PBB menyerbu nusantara, dimana hanya tinggal seonggok besi raksasa dan armadanya yg membatasi tanah kita dan penyerbuan yg tak lebih dari salahpaham semata