Jam sudah menunjukkan pukul 11.30 pagi, sebentar lagi makan siang. Perut Chanyeol sudah mulai berbunyi namun ia tidak bisa bergerak, ia tidak tega untuk membangunkan Wendy yang sedang tertidur di pundaknya. Ini bahkan belum satu hari mereka berdamai, namun mampaknya segalanya telah berjalan dengan sangat baik. Walaupun bukan itu yang sebenarnya terjadi...
Beberapa jam yang lalu...
Wendy tersenyum kepada Chanyeol dan muali menatap genangan air pada Sungai Han yang begitu tenang mengalir. Suara riuh angin yang berhembus disertai suara burung yang berkicauan menambah harmonis suasana pagi itu. Wendy mengeluarkan note dari tasnya dan mulai merangkai beberapa kata.
"Lirik lagu?" Tanya Chanyeol sambil mengintip pekerjaan Wendy. Wendy yang menyadari itupun segera menarik notenya dan menatap Chanyeol kesal. Note hitam itu membuat Chanyeol tidak bisa melihat wajah Wendy sekarang. "Untuk apa kau menyembunyikannya? Bukannya lirik itu kau buat untuk laguku? Bahkan aku belum memberitahukan lagunya namun kau sudah menulis liriknya! Aku hanya ingin meihat liriknya benar atau tidak!"
"Aku menulis puisi dan itu bukan sesuatu yang bisa kau baca sembarangan Park Chanyeol!" Nampaknya kedua manusia ini lupa jika beberapa detik yang lalu mereka baru saja sepakat untuk berdamai. Entah mengapa, namun sepertinya Tuhan tidak merestui kedua manusia ini untuk berdamai barang satu menit saja.
"Cih. Baiklah, lagi pula aku tidak akan membuang waktu untuk membaca puisi jelek. Aku sendirian... dan aku menangis...'. Yang benar saja memangnya kau sedang mendongeng?" Chanyeol tertawa sinis sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Beberapa detik kemudian, Chanyeol menyadari perkataanya dan segera menutup mulunya dengan tangan, namun nampaknya Chanyeol sudah terlambat. Raut wajah Wendy sudah berubah garang sekarang.
Wendy mengingat setiap detail yang pernah ia tulis di note miliknya. Menderngar kalimat yang baru saja diucapkan Chanyeol, Wendy menjadi terigat pada salah satu puisi yang pernah ia tulis di note miliknya itu. Dasar pria brengsek berani-beraninya kau membaca note ini! . Wendy berkata dalam hati.
"BERANI-BERANINYA KAU MEMBACA NOTE KU!!!" Wendy memukul pundak Chanyeol dengan buku note miliknya. Chanyeol hanya bisa pasrah mendapati Wendy yang memukulinya tanpa ampun. "Dasar Park Chanyeol!" Wendy mulai menghentikan pukulannya dan menata rambutnya yang berantakan. Chanyeol menatap Wendy takut, dan yang ditatap malah menunjukkan ekspresi garangnya. Wendy segera mengemasi barangnya dan pindah pada bangku yang terletak tidak jauh dari bangkunya sekarang. "Jangan ikuti aku!" Chanyeol yang ketakutan hanya bisa duduk diam dan mengangguk pasrah.
Chanyeol mengamati Wendy yang berjalan menjauh. Wendy duduk pada bangku yang terletak di samping bangku Chanyeol lalu melanjutkan aktivitas menulisnya. Wendy nampak memasukkan kembali barang-barangnya dengan kesal, mungkin imajinasi romantisnya sudah berakhir sesaat setelah ia bertengkar dengan Chanyeol.
Tiga puluh menit mereka duduk berjauhan tanpa saling bicara. Wendy terus saja memandang lagit yang mulai bermandikan cahanya matahari. Chanyeol yang melihat Wendy sampai terkagum-kagum karena pada jam seperti sekarang ini, matahari pasti sedang terik-teriknya, namun yeoja itu tetap saja memandang lagit tanpa mengeluh sedikitpun.
Chanyeol melihat kepala Wendy yang mulai berayun ke kanan dan ke kiri secara tidak beraturan. Chanyeol kembali memfokuskan pandangannya dan ia melihat Wendy yang sudah tertidur pulas. Kepala Wendy semakin meluncur turun dan ia bisa saja terbentur ujung bangku yang keras. Namun selamat bagi Wendy, kepalanya justru terjatuh pada lengan kekar seorang Park Chanyeol. Langkah sigap namja itu telah menyelamatkan Wendy dari benjolan yang bisa saja timbul di kepalanya bila Chanyeol tidak segera datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Next Door || Wenyeol
FanfictionTidak ada satupun kejadian yang terjadi di dunia ini adalah sebuah kebetulan. Kejadian itu tersusun rapih satu sama lain, saling melengkapi, dan juga saling mempengaruhi.