| Rindu telah sampai di kepala
menyerang jantung hingga lambung
jangan bercanda, ini tak lucu lagi
Sepi, bisakah aku bertemu dia?.|Beranda rumah yang berkesan tenang dengan nuansa putih hampir diseluruh dindingnya. Membuat seorang Daisha memilih tempat itu sebagai lokasi favorit.
Dengan bentuk bangunan yang tidak terlalu rumit dan berbagai penghalang, membuat angin sepoi juga sinar matahari pagi yang hangat langsung menyentuh kulit sawo matang milik gadis berambut panjang itu.
Ia mendudukan diri dikursi bulat yang terbuat dari anyaman membuat dirinya senyaman mungkin.
Walau ia tau ia tidak akan pernah merasa nyaman lagi setelah mengetahui pemuda itu akan kembali dari 'benua temuan C.Colombus'.
Pemuda yang membuatnya harus selalu bergulat dengan otak dan nuraninya. pemuda yang sudah membuatnya jatuh sangat dalam ke sebuah rasa aneh yang sering disebut cinta.
Buku setebal 200 halaman yang sedari tadi berada di genggaman hanya ia acuhkan tanpa sedikit pun iris hitam itu melirik barisan kalimat yang berjajar disana. Minat bacanya seketika hilang entah senang atau pun sedih yang Daisha rasakan sekarang,
Bibirnya terangkat membuat siluet senyum tipis, dadanya mengembang memperjelas bahwa paru parunya membutuhkan oksigen yang cukup untuk menggerakkan otaknya, memperjelas situasi dalam dirinya sendiri.
Entah sudah berapa lama gadis itu berdiam diri di beranda rumahnya tapi yang jelas sekarang matahari sudah berada dipuncaknya, bel rumah berbunyi itu lah yang membuat Daisha kembali dari dunia khayalannya.
Ia berdiri sambil memutar punggung untuk melemaskanya karena merasa pegal akibat duduk dalam waktu lama perlahan langkahnya semakin mendekat ke gerbang hitam setinggi 2 meter yang menutupi huniannya.
4 sampai 5 detik Daisha terpaku melihat sosok yang berdiri di depannya. seorang pemuda berdiri santai dengan mengenakan kemeja hitam berlengan panjang dipadukan jeans berwarna mocca memamerkan senyum tiga jari khas miliknya.
"My Daisha..." pemuda itu menghamburkan pelukan ketubuh Daisha yang terlihat jelas masih kaku karena terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Akan tetapi Daisha bukanlah gadis yang bodoh ia tahu harus bertindak dalam kondisi atau situasi apa pun untuk menyembunyikan dalam dalam rasanya.
Ia membalas pelukan hangat yang sangat dirindukan setelah 4 tahun lamanya, dari seorang yang ia ingat sebagai sahabat itu
"Edsel! kenapa lo baru balik sekaraaang" mata Daisha berair, tangannya dengan bebas meremas punggung pemuda yang dipeluknya gemas
"Dai sakit nih, masa gue jauh jauh balik ke sini malah lo siksa kayak TKI gini" bisik renyah pemuda bermana Edsel itu.
Daisha melepaskan pelukannya, wajahnya yang tak karuan karena air mata membuat sahabatnya Edsel terbahak bahak.
"Kalo lo nangis kayak gini cantiknya bakalan ilang" jari jari milik Edsel dengan cekatan menghapus air mata di wajah Daisha.
Daisha hanya dapat menahan sesuatu di dadanya yang ia rasakan seperti akan meloncat dari dalam dirinya karena terlalu bahagia dan berusaha mati matian agar bersikap wajar di depan sahabatnya itu tanpa menunjukan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
"Ini semua salah lo Ed!" Daisha mengambil ujung kemeja Edsel dan berpura pura mengelap ingusnya.
"Ah lo ma Dai ini kan baju baru.."
"Udah deh jangan lebay, ayo cepet masuk"
Rumah Daisha memang tak asing lagi bagi Edsel ia tahu seluk beluk keluarga Daisha dan sebaliknya. Edsel menghempaskan diri pada sofa panjang yang terletak diruang keluarga Daisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendamba
ChickLitSalahkan jatuh hati pada sahabatmu sendiri? Merasa nyaman dengan sahabatmu sendiri? Berdebar tak karuan kepada sahabat mu sendiri?