" Gue terjatuh, dalam perkataan mereka."
POV Layla
Kenalin gue, Layla Javier. Gue Anak bungsu dari 3 bersaudara, gue punya kakak laki-laki dan kakak perempuan. Gue sekolah SMA X Bandung, termasuk sekolah favorit nomor satu di kota Bandung, dan Gue memasuki fase di mana, belajar sampai hidung gue berdarah, seperti kakak gue lakuin dulu, sampai masuk rumah sakit dan orang tua bangga dengan mereka. Menyeramkan, bukan?
Gue kelas 3 SMA, dan saat ini juga Hp gue di sita untuk menggunakan waktu untuk belajar dan akan di pantau selama gue di rumah.
"Lala, kamu sudah kerjakan soal yang bunda kasih?" Tanya Bundaku- Melati. Dan sontak semua mata tertuju pada gue, gue hanya menganggukkan kepalaku untuk membuat mereka lega.
"Sini, bunda liat." Bunda mengulurkan tangannya untuk meminta buku gue, gue mengambil buku di tas gue untuk membuat bunda gue puas, dan setelah gue mendapatkan buku yang di maksud Bunda gue, gue langsung memberikannya.
"Jawabannya benar semua, lain kali tingkatkan." Ucap bundaku tegas. Gue menganggukkan kepala.
***
"Lay, akhirnya datang!!!" Ucap teman Layla- Gina sambil memeluk Layla. "Sakit lu kumat lagi?" Sindir Layla.
Gina melepaskan pelukan, "Emangnya gue penyakitan," balasnya
"Gue tuh kangen tau, kangen sama Lay EXO bukan sama lu," lanjut Gina"Terus ngapain Lo meluk gue?" Sinis Layla. "Kan gue bayangin kalau lo itu Lay EXO secara nama Lo hampir sama, tapi jenis kelamin aja beda," ucap Gina sambil tersenyum kecil. "Tuhkan penyakitnya lu kambuh lagi," celoteh Layla.
Gina menjulurkan lidahnya dan pergi kembali ke kelasnya, Layla menggelengkan kepala melihat tingkah laku Gina. Saat suasana tenang Layla kembali membuka tasnya dan mengambil buku Matematika untuk di jawab.
Layla di kenal sebagai anak cerdas, karena butuh 1-2 menit untuk memecahkan soal, dan Layla anak serba bisa hanya saja dirinya menjadi tertutup sejak SMP yang harus di tuntut ini itu oleh orang tua.
"Uhmm, Lay." Ucap Fathir- ketua kelas. "Apa?" Ketus Layla. "Bisa nggak ajarin gue soal yang ini? gue gak ngerti," tanya Fathir sambil menunjukkan soal yang tidak di mengertinya. Layla menatap soal yang di maksud oleh Fathir, "Buka halaman 213," perintah Layla.
Fathir segera membuka halaman yang di perintahkan. "Ini, soal yang sama. cuman saja Lo harus eliminasi dulu terus pakai rumus ini, ngerti?" Jelas Layla. Fathir menganggukkan kepala bertanda mengerti, " Thank's yah," ucap Fathir dan kembali ke tempatnya.
Beginilah suasana kelas Layla, anak IPA 3-1 semua siswa-siswi di sini berprestasi dan para guru sangat memperhatikan kelas ini karena selain pintar, orang tua mereka juga pengusaha sukses, berprofesi, dan pejabat tinggi.
Layla ingin sekali sekelas dengan Gina, karena suasana suasana kelas Gina asik, Gina termasuk keluarga yang terpandang dan hanya saja otaknya sudah di penuhi dengan oppa-oppa Korea.
Layla berjalan menuju ke perpustakaan untuk meringkas materi persiapan ujian. Layla mempunyai ruangan rahasia di perpustakaan, Paman Layla yang membuatkan untuk dirinya. Jabatan Paman Layla adalah direktur sekolah dan Tantenya adalah kepala sekolah, hebat yah, berasa rumah sendiri.
Saat melewati koridor kelas lain, Layla melihat segerombolan siswi melihat ke arahnya dengan tatapan tidak suka.
"Bukannya itu si Layla?"
"Mana sih?"
"Iya betul, Anak emas para guru, anak prestasi, tapi sayang yah gak punya teman."
"Jangan gitu dong, dia punya teman kok. Tapi sama BUKU. Hahaha,"
Layla mempercepat langkahnya untuk tidak mendengarkan percakapan mereka, sekali lagi Layla lemah dengan perkataan mereka yang bisa di anggap tidak penting, tapi bagi Layla, tidak. Layla tidak sekuat itu.
Layla memasuki perpustakaan dengan terburu-buru, dia tidak sengaja menabrak seorang cowok yang membawa tumpukan buku di tangannya.
"Woi, Lo tidur sambil jalan, Ah?!"
Layla segera membantu cowok itu untuk mengumpulkan buku, dan seketika air matanya jatuh. Cowok itu merapikan buku yang telah berhamburan, dan menatap Layla yang menyeka air matanya dengan kasar.
"Lo nangis?" Tanya cowok itu, Layla tidak memperdulikan pertanyaan cowok itu dan setelah merapikan buku yang berhamburan, Layla berdiri dan melarikan diri, dirinya pun tidak meminta maaf atau mengucapkan sepatah kata.
"Gue salah apaan? Sampai nangis gitu," gumam Brody heran. Brody tidak memperdulikan cewek itu, yang harus dia perduli kan adalah menyelesaikan tugas yang di berikan guru BK karena terlambat, dia harus menyusun buku cetak di perpustakaan.
"Awas aja lo pak Mamang, kalau gue jadi pemilik sekolah ini, gue pecat juga tuh guru." Celoteh Brody.
"Oh, kamu mau pecat Pak Mamang karena dia hukum kamu?" Ucap Bu Ani selaku guru perpustakaan.
"Nggaklah, Bu. Dia tuh guru legendaris sudah dikenal seluruh sekolah ini, mana berani saya mau pecat." Cengar-cengir Brody. Bu Ani cuman bisa menggelengkan kepalanya.
Brody Tertier anak pengusaha terkenal, Kenxo tertier dan Ferni Tertier dirinya merupakan anak sulung, tapi nakalnya minta di tabok atuh^^
Setelah Brody merapikan buku di perpustakaan, dia menuju untuk ke atap untuk merokok, Brody mengambil rokok di saku celananya, menyelipkan rokok itu kedua jarinya. "Korek gue mana yah?" Ucap Brody mencari-cari koreknya.
Sambil mencari di saku baju dan celananya. Layla yang berada di atap melihat Brody kebingungan mencari sesuatu, dan mata tajam Layla melihat rokok terselip kedua jari Brody dengan santainya Layla mengambil rokok itu dari Brody.
"Ehh apa-apaan, lo!!" Sewot Brody. Layla membuang rokok itu dan menginjaknya, dan saat itu juga Brody ingin memutilasi Layla. Rokok satu-satunya di hancurkan sama Layla. "Lo apa-apaan sih!" Ucap Brody meninggikan suaranya. Dengan daya ingatnya cepat, Layla menyadari bahwa cowok yang di tabraknya tadi adalah Brody. "Lo bisu atau mulut Lo bau, Ah!," Brody meninggikan suaranya.
"Lo melanggar peraturan sekolah," tegas Layla. Brody berdecih karena Layla sangat memperdulikan peraturan. "Cih, Lo peduli sama gue" Brody mendorong bahu Layla dengan telunjuknya. "Perokok aktif yaitu perokok yang mengkonsumsi secara langsung dan dapat menyebabkan gangguan pada mata, kanker paru-paru, merusak gigi, menyebabkan stroke dan lain-lain, sedangkan perokok pasif yaitu bukan perokok secara langsung tetapi menghirup asap rokok dari orang lain dapat menyebabkan penyakit seperti yang gue sebut tadi, ngerti?" Jelas Layla menahan tangan Brody untuk tidak mendorongnya lagi.
"Ohhh, lo dari Anak IPA 3-1 yah? Anak emas para guru," ejek Brody. Layla hanya menatap Brody dengan tatapan dingin. "Jangan pernah injak atap ini lagi, dan lo pikir gue gak kenal lo? Cewek cengeng!" Ucap Brody.
Layla sudah kesal dengan tingkah cowok ini, Layla menendang tulang kering kaki Brody. "Ahhh!!!!!" Teriak Brody kesakitan. Setelah itu Layla melarikan diri.
"Dasar cewek cupu!!" Teriak Brody.
"Terus aja sebut kejelekan gue, dan gue akan ubah kejelekan itu menjadi prestasi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laody (Die Begin)
Teen FictionSiapa yang harus di prioritaskan? Hati atau pikiran? Kata orang tua atau kata diri sendiri? Entahlah, aku gak mengerti dengan cara dunia memperlakukan. Sampai akhirnya juga aku menjadi pendiam, cuek, dan dingin. "Dunia ini terlalu kejam untuk orang...