Prolog-Lembar Hitam Varo

8 4 1
                                    



Prolog

Bukankah terlalu egois bila presepsi digunakan sebagai dasar untuk menilai seseorang?

-Alvaro

-Lembar Hitam Varo-

Suara deru mesin mobil yang bertautan, kepulan asap kendaraan bercampur dengan asap rokok, serta teriakan teriakan para manusia menjadi suatu atmosfer yang sempura untuk sejenak melupakan segenap problematika yang membelenggu diri bagi sebagian orang yang kini tengah berada disana.

Balapan Liar, sayangnya yang disebut 'orang' disini sebenarnya adalah para remaja yang menuakan diri mereka dengan gaya hidup.

Dan Varo disana, menjadi bagian dari mereka. Berdiri bersandar pada mobil sport miliknya yang sudah dimodifikasi. Menjadi bagian dari mereka yang bahkan tidak peduli bagaimana orang lain menjalani hidupnya secara normal dimana tengah malam menjadi surga dunia untuk melepaskan kepenatan.

"Selesei bro"

Varo menoleh, namun hanya anggukan kecil yang diberikannya sebagai respon kepada Reno.

Kaku memang begitulah Varo

"Modifan baru bro?" Ujar Reno kemudian, namun sama sekali tak mempengaruhi air muka Varo, lagi lagi hanya anggukan yang didapatkannya "Pantes, ada yang cacat tadi dikit. Udah gue benerin sih Cuma gue nggak njamin ini selamanya aman"

Setelah mendengar penuturan Reno, tanpa memperdulikan apapun lagi Varo masuk ke dalam mobilnya yang kini beranjak melaju ke arena balapan.

Bagi Reno, ia sama sekali tak merasa marah atas sikap Varo kepadanya. Varo melakukan lebih untuk Reno, ia berterimakasih dengan caranya sendiri bukan hanya dengan ucapan semata.

Bukan tanpa alasan Varo bergelut di dunia seperti ini. Selain karena hobby, hasil yang ia dapatkan dari memenangkan balapan seperti ini memang cukup fantastis.

Varo memang berasal dari keluarga yang kelewat mampu sehingga jika dipikir pikir untuk apa dia repot repot mengikuti balapan setiap malam, karena jawabannya ia muak. Muak dengan apapun yang berhubungan dengan keluarganya.

Hanya perlu beberapa menit untuk dirinya kembali ke garis start meninggalkan beberapa mobil lain yang kini juga berhenti di belakangnya.

See? He's the winner again

"Woaaaa, keren bro lo menang lagi. Kapan kalahnya sih lo?" Varo tak menghiraukan seruan heboh Tian melalui jendela mobilnya, ia hanya tersenyum kilas lalu keluar dari mobilnya.

Pemandangan seperti ini sudah biasa baginya, dimana semua orang yang berada disana akan bersorak riang dengan tepuk tangan riuh saat menyaksikan Varo berhasil menuntaskan lintasan dengan waktu kilat lalu keluar sebagai pemenang.

"Congrats bro!" Sambung Tian kemudian sembari memberikan amplop coklat tebal "Lo nggak mau join dulu sama kita kita?"

"Next time" Dua kata itu rasanya cukup bagi Varo untuk mewakili segala penolakannya dengan sedikit halus.

Setelahnya, Varo kambali melajukan mobilnya membelah keheningan malam yang sesaat lagi akan menjelma menjadi dini hari.

"SIALAN!" maki dirinya sendiri saat dimana kekosongan mulai kembali menguasai dirinya.

Selalu saja begini, dirinya selalu terbelenggu kekosongan.

Cemas, gelisah, hampa- selalu saja menguasai dirinya disaat saat seperti ini. Tak jelas apa yang dicemaskan, tak dapat dimengerti apa pemicunya gelisah, dan entah apa yang hilang hingga membuatnya hampa.

Yang tersirat hanyalah, dunia berlentera yang kian menjauh darinya

Setelah ini, mungkin kekosongan dalam dirinya akan sedikit ternetralisir.

Club malam, menjadi tempat selanjutnya yang ia datangi.

Bukan minuman di dalam tempat ini, para wanita yang berada di dalam, ataupun kebahagiaan sesaat yang dijanjikan didalamnya yang menjadi alasan Varo datang. Melainkan ia harus kembali menuntaskan pekerjaan kecilnya ini.

Menjadi seorang Dance Jokie mungkin bukan pilihan yang buruk untuknya.

"Varo, what's up men?" Sapa Deon sang pemilik club yang umurnya beberapa tahun lebih tua dari Varo "Gue kira lo nggak dateng, tumben lo ngaret?"

"Balapan, sorry" ujar Varo singkat

"Santai lah, yaudah gih siap siap dari tadi banyak banget yang nanyain lo main apa nggak hari ini soalnya lo nggak dateng dateng dari tadi"

Varo hanya mengganguk lalu kembali melajutkan langkahnya menuju tempat dimana peralatan Djnya tersedia.

Disinilah Varo, berdiri mengetarkan malam bersama alunan musik tecno yang dimainkannya mengusir kesunyian yang menjadi jati diri malam.






Hellooooo

Welcome to my lil project, sejujurnya nggak ngerti banget gimana caranya bikin beginian. My first story ini, so jangan lupa vote and comment karna aku butuh banget saran kalian oke?

Jadi ini tuh seri pertama dari empat seri yang nantinya bakal berlanjut, for the orther story silahkan cek work aku ya. Jadi nanti banyak yang nggak dijelasin disini dan Cuma dijelasin di cerita yang lain. Semua cerita aku di private jadi silahkan Follow aku dulu yaa

About next part? 200++ vote yaaaa Thank you so much dude :*

Wanna ask me? Dm @listiadr_ 

1. Alvaro-The ChoiceWhere stories live. Discover now