Prolog-Cinta Galan

4 0 1
                                    



Prolog

Jika pertujukkan kebahagiaan yang kau berikan kepada dunia cukup maka jangan tunjukan bagaimana luka yang dunia berikan kepadamu

-Galanata Prameswara

-Cinta Galan-

Malam menjadi cinta bagi Galan, dimana keheningan, kegelapan, ketenangan, serta kepasifan malam menjadi candu baginya.

Tak ada rasa takut dalam dirinya akan bagaimana menyeramkannya malam bagi banyak orang. Filosofi malam baginya terlampau indah hanya untuk didefinisikan.

Disinilah topeng yang selalu menjadi tamengnya akan runtuh, seiring dengan sisi lain dari dirinya akan menguak.

Hidupnya memang nyaris sempurna, sayangnya hanya nyaris bukan sepenuhnya sempurna.

Karena deskripsi sempurna dalam hidup adalah dimana kekurangan dan kelebihan sebagai unsur pembentuk berada pada perbandingan yang sama berat. Dan sayangnya itu tidak terjadi pada Galan

"Ini yang orang lain pengen? Hah bahkan gue yang ngejalanin aja muak" Gumamnya sendu "Kurang anjing apasih hidup gue?"

Tatapannya seketika melemah, tak ada lagi cerah binar dari sorotnya. Seringaian jahil yang selalu nampak pun kini berubah menjadi senyum kecut. Tak ada lagi pergerakan sebagai bentuk realisasi atas ide ide jahil disana.

"Za, lo nggak ada niatan ngundang gue juga buat kesana? Katanya itu tempat terindah kan?" Galan mengadah, menatap langit mendung yang kini menjadi pelengkapnya menikmati cambukan hidup "Gue capek za"

Setetes air mata mengalir begitu saja dari ujung matanya yang kini terpejam tanpa bisa Galan cegah.

"Goblok lemah banget sih gue" Geramnya menghapus setetes air mata yang berhasil lolos.

Tak ada yang tahu apakah kejutan setelah badai menerjang, akankah sisa sisa bencana yang membekas atau bahkan pelangi yang hanya datang sesaat.

Drrttt..... drttt...... drrrtt.......

Sayangnya getaran di ponselnya mengacaukan malam renungan Galan. Tangannya mengapai benda pipih yang sejak tadi terbengkalai bersama dengan secangkir expreso di meja balkon.

Candra

Ga, Club sekarang! Dua temen lo mabuk berat

Galan mendengus kesal ketika membaca sebuah pesan dari bartender club langganan teman temannya yang dikenalnya tersebut.

"Ck, kebiasaan amat nyusahin orang mulu"

Dengan sangat terpaksa, Galan harus menyudahi acara menikmati malam indahnya.

Pukul 02:00 dan Galan harus bersusah payah berjalan mengendap endap dengan merapalkan segenap doa agar tak ada penghuni rumah yang memergokinya.

"Anjir yakali gue dorong mobil" Pekiknya tertahan saat sudah berhasil mencapai garasi rumahnya "Bodo amat dah. Papa mama maapin Galan yang bandel ini serius kali ini demi kepentingan bangsa dan negara"

Berhasil keluar dengan sedikit melakukan penipuan terhadap satpam rumah, Galan melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata membelah kesunyian malam seorang diri.

Tak butuh waktu lama kini sebuah club malam elite sudah terpampang di depan matanya.

"Untung apa sih main disini" Ucapnya ngeri ketika selesai memarkirkan mobilnya "Gila aja isinya orang nggak waras semua gini"

Kendati bukan pertama kali dirinya kemari, namun tetap saja Galan merasa risih berada di tempat ini. Apalagi melihat pemandangan sejoli yang sedang bercumbu dengan tidak tahu malunya di tempat terbuka seperti parkiran ini atau bahkan dua manusia segender yang juga tengah menikmati gairahnya dan berusaha saling memuaskan.

"Gue bukan barang diskonan bitch" Sindirnya sedikit melirik sekumpulan wanita yang sudah diperkirakan umurnya ada diatas Galan, ah dan jangan lupakan bagaimana penampilan mereka yang sungguh menjijikan dimata Galan.

Galan semakin mempercepat langkahnya karena semakin tak tahan melihat bagaimana pemandangan tabu disekelilingnya saat ini.

Duplikat neraka kali ya nih tempat

Dua meter jaraknya dari tempatnya kini berdiri, dua figure familiar baginya sedang berlomba lomba menghajar sebuah samsak hidupnya.

Astaga! Galan berlari tanpa memperdulikan tangan tangan jahil yang sengaja menggerayanginya atau banyaknya orang yang terganggu atas tindakannya.

"Berenti goblok, udah mau mati itu.. Anjir Varo udah nyet.. Heh lo jangan liatin aja bego bantuin.. Rafael diem lo, astaga itu pegangin yang kenceng.. Ini orangnya udah mau mati anjir pisahin"

Suasana tepian dance floor mendadak ricuh saat Galan tak ada hentinya berteriak histeris menahan kedua temannya yang diketahuinya sejak tadi menghajar seorang lelaki yang mungkin juga lebih tua darinya.

"Mimpi apa gue" Gumamnya pelan sembari memijat pelipisnya meratapi tiga orang yang sudah jatuh melintang dihadapannya "Ndra, lo iket aja tuh cecunguk terus pindahin ke sofa jangan lupa lo awasin. Gue mau ngurusin korbannya, nanti kalo udah selesei gue jemput kesini"

Candra yang menjadi lawan bicara Galan mengangguk paham, mengerti dengan perintah Galan. Memang selalu begini, dimana Rafael dan Varo yang berulah dengan brutal lalu Galan akan datang sebagai penyelamat sekaligus pembantu yang membersihkan sisa sisa perkaranya.





Halloo walcomeback to my lil project, kali ini aku bawa satu dari temen temen Varo. Memang disini itu belom keliatan kayak gimana sih sebenernya karakternya si Galan ini bikes ini masih prolog hehe. Ikutin terus kisahnya yaaaa......

About next part? Cerita ini bakalan dilanjut abis ceritanya Alvaro ya soalnya alurnya berhubungan.

Wanna ask me? DM ig @listiadr_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 14, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

2. Galanata-2nd Of MeWhere stories live. Discover now