9

563 22 0
                                    

Typo everywhere
.
.
.
.
.
.

"Menurutmu bagaimana?" chen balik bertanya.

"Entahlah aku tidak terlalu pandau dalam hal ini" sahut annisa

"Oh ya, benarkah? Dengan statusmu sebagai mahasiswa tidakkah ada keinginan untuk memiliki seorang pacar?" tanya chen

"Bagiku itu hal yang tidak terlalu penting, tapi yang terpenting adalah aku segera menamatkan kuliahku dan mendapatkan pekerjaan yang bagus" sahut annisa

"Hahaha kamu dan daniel tidak berbeda jauh tentang hal itu" ucap chen sambil tertawa

"Kenapa kamu bilang begitu chen?"

"kamu belum mengenal daniel, aku sudah hampir 7 tahun mengenalnya dan bekerja untuknya serta menjadi bagian keluarga dari komplotan ini" ucap chen sambil terkenang dengan pertemuannya pertama kali dengan daniel.

"Karena daniel tidak ada, biar aku ceritakan sesuatu padamu" ucap chen sambil tersenyum.

Mulailah chen menceritakan satu persatu sekarang yang telah dilalui daniel kecil hingga menjadi daniel yang sekarang. Chen juga menceritakan bagaimana awal gabungnya lea, sam, daehan dan dirinya kedalam sindikat yang dipimpin oleh daniel. Abnusa sampai lupa berkedip karena begitu serius mendengarkan cerita chen. Ternyata begitu banyak hal yang menarik gang tidak diketahui tentang daniel.

"Mungkin sekarang akh mulai memahami alasan kalian begitu percaya terhadap daniel" ucap annisa saat chen menutup ceritanya.

"Tapi bukan berarti aku akan menghormatinya seperti yang kalian lakukan chen"

"Itu semua terserah padamu, tapi berhati hatilah dengan ucapanmu. Daniel orang yang sangat sensitif dalam kata kata meskipun dia orang yang terlihat kejam, tapi sejatinya hatinya cukup rapuh" ucap chen.

"Baiklah" sahut annisa

"Kamu kembalilah kekamarmu, aku akan pergi mengerjakan tugasku" perintah chen.

"Iya" jawab Annisa lalu pergi menuju sebuah kamar yang diberikan daniel untuknya. Chen meninggalkan ruang makan itu untuk kembali bekerja.

Annisa POV
Kemana perginya daniel, aku tidak ada melihat dirinya sejak bangun tadi. Aku seharusnya senang dia tidak ada disini jadi tidak akan ada lagi orang yang membentakku ataupun mencondongkan senjata didepan wajahku. Tapi aku rindu sentuhannya, aku rindu dengan sifat lembutnya saat menggendongku tadi subuh. Bersentuhan dengan kulitnya membuat sebuah sensasi hangat dihatiku. Orang itu memang orang teraneh yang pernah aku temui. Disatu sisi aku begitu membenci sikap kasarnya, disatu sisi lainnya aku merindukan sisi lembutnya. Perpaduan kedua rasa itu membuatku merasakan getaran aneh dihatiku.

Jika mengambil sebuah kesimpulan dari apa yang diceritakan chen, maka aku merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang wajar. Bukan, bukan hal yang wajar atau normal. Tapi maksudku adalah wajar dia menjadi lelaki yang kasar dan agak kejam mengingat kerasnya hidup yang sudah dia lalui sedari kecil. Kenapa aku seolah berusaha menerima sikapnya yang kejam itu? Ahh! Otak ku sudah ternodai dengan cerita chen.

Aku bersyukur daehan berhasil membujuknya memberikanku ijin untuk melanjutkan kuliahku. Meski harus dikawal kemana mana oleh anak buahnya, aku harus tetap bersyukur setidaknya lelaki kejam itu masih membiarkanku keluar dari tempat ini.

Daniel POV
Apa yang sedang dilakukan gadis kecil itu sekarang? Sudah ada bibi tri disana, kurasa aku tidak perlu mengkhawatirkannya lagi pula apa peduliku terhadapnya. Bukankah aku inu hanya laki laki jahat dimatanya. Tapi sepertinya logikaku kalah oleh hatiku, aku tidak bisa untuk tidak memikirkannya cepat kuambil handphoneku dan menelpon bibi tri.

The Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang