•Pertama-tama, saya mau mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada para reader yang setia sama cerita ini, hehe. Maaf kalo cerita ini belum sempurna, karena sejujurnya kesempurnaan hanya milik Allah. swt.
•Yang kedua, abis cerita ini selesai, saya kemungkinan bakal jarang main di akun ini, karena saya masih ada cerita yang lain di akun Asasa_
•Yang ketiga, ini saya bikin note awal-awal biar pas chapter ini abis, saya gak usah banyak banyak note lagi.
•Yang keempat, buat readers yang setia kasih vote sama komennya, makasih banyak. Saya suka ketawa bacain komen kalian. Ya meskipun dari orang itu-itu juga, lumayan nambah mood.
•And last but not least, HABIS INI SAY GOODBYE PADA PARA KARAKTER MONIC & MEMORIES!Enjoy reading!
{***}
"And then, a happily ever after, that's just bullshit." -Monic
{***}
"Udah siap belom, sih, An? Acaranya udah mau mulai," omel Sello yang sekarang sedang berada didepan pintu kamar Monic.
Tadinya Sello mampir kerumah untuk menjemput Monic, namun Monic tak kunjung selesai dan sedikit lagi acara sudah mau mulai.
"DULUAN AJA! MASIH LAMA INI GUE!" teriak Monic dari dalam kamar. Sello menggeram dan menghela napas panjangnya.
"Serah lu, bege," gumam Sello sembari turun ke lantai bawah. Ia segera menggandeng lengan istrinya untuk segera pergi dari sana.
Riana kaget dengan tindakan Sello, "Loh, mas? Gak jadi sama Monic? Nanti dia sama siapa kesana? Emang Monic udah ada pasangannya?"
Seketika Sello berpikir, "Oh iya 'kan harus bawa pasangan ya? Ah bodo amat, dia udah gede ini. Udah ayo kita duluan aja," tepis Sello.
Riana sendiri pasrah saja dan membiarkan Sello menarik lengannya.
Didalam kamar, Monic kebingungan setengah mati. Pasalnya, ia lupa kalau ia harus membawa pasangan ke acara tersebut. Dan baru saja, Monic kehilangan kesempatan untuk masuk ke acara.
"Ah sial, harusnya tadi kak Sello gue suruh tunggu aja. Sama siapa nih gue?" gumam Monic.
Sebenarnya Monic bisa saja pergi dengan Theo, namun Monic sudah keburu membatalkannya. Karena Monic masih marah pada Theo. Mungkin juga sekarang Theo sudah berangkat dan kemungkinan sudah sampai disana.
Jadi, Monic memutuskan akan kesana sendiri. Ia akan memikirkan konsekuensinya nanti. Yang penting ia sudah hadir disana.
"Bodo amat, yang penting gue nyoba dulu dateng kesana."
Monic menyambar clutch miliknya. Kemudian, ia menyetop salah satu taksi yang lewat dan masuk kedalam taksi. Lalu, taksi tersebut pun jalan keluar perumahan.
Dalam hati, Monic berdoa semoga ia diperbolehkan masuk ke acara tersebut.
{***}
Monic turun dari taksi dengan terburu-buru. Ia sudah terlambat dua puluh menit. Dan Monic sudah siap kalau nanti ia akan mendapat omelan dari sang pemilik acara.
Entah lupa atau bagaimana, Monic berjalan masuk saja tanpa adanya pasangan. Satu security nampaknya melihat Monic dan langsung mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monic & Memories✔
Jugendliteratur"And then, a happily ever after that just a bullshit." Start; 5 Desember 2016 End; 14 Juli 2017 [Baca aja, siapa tau suka]