happy reading guys :)
-------------------------
Salatiga, Jawa tengah.
Salatiga memang satu kota yang indah. Kota kecil yang terletak di kaki gunung merbabu. Sebagai sebuah kota yang berada di lereng pegunungan, Kota Salatiga memiliki hawa udara yang sejuk. Untuk itu terkadang Aku suka merasa kedinginan padahal rumah ini tidak di lengkapi AC bahkan kipas angin pun tidak ada. Selain itu, kondisi geografisnya yang dikelilingi oleh gunung-gunung yaitu Gunung Merbabu, Gunung Gajah dan Gunung Telomoyo di sebelah selatan dan barat daya serta keberadaan danau alam berupa Danau Rawa Pening di sisi barat menjadikan bentang alam di Kota Salatiga lengkap antara pegunungan, dataran rendah dan wilayah perairan.
***
Hari ini adalah hari sabtu. Itu berarti sudah empat hari Aku berada di tempat kelahiran Papa tanpa melakukan apapun. Aku sendiri heran dengan papa . Biasanya, setiap berada di salatiga papa selalu mengajak Ku jalan jalan. Entah ke rawa pening, kopeng atau setidaknya ke lapangan pancasila untuk sekedar menikmati wedang ronde. Tapi kali ini?
Aku mencoba untuk menikmati liburan ku kali ini. toh juga percuma kalo Aku meminta untuk pulang mama dan papanya tidak akan setuju apa lagi ditambah Ka Arthur yang mulai suka dengan rutinitas bertani dan berkebun yang saat ini sedang Ia jalani. Mas Chandra dengan sabar mengajari Ka Arthur bagaimana caranya menaman padi, menjaga padi dari serangan hama dan yang lainnya.
***
"mah lagi ngapain sih?" aku bertanya pada mama yang terlihat asik entah membuat apa."eh tumben kamu keluar kamar?" bukannya menjawab pertanyaan Ku mama malah balik bertanya.
"ish mama ini. aku nanya ko malah balik nanya si?"
" iya sayang gitu aja ko ngambek. Ini mama lagi ngerajut mau buat tas" jawab mama sambil menunjukan benang wol dan alat lainnya.
" kalo bulik dea buat apa?" Aku mengalihkan pandangan pada bulik. Bulik Dea ini adalah adik papa yang terakhir. Papa sendiri merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Dan bulik Dea yang bertugas menjaga nenek disini sedangkan saudara papa yang lain tidak bisa pulang tahun ini karena ada urusan.
"bulik buat tampak meja nih. Kamu mau buat juga?"
"ngak deh bulik aku gabakat kalo urusan rajut merajut hehe"
Mendengar jawaban Ku itu bulik Dea berinisiatif untuk mengajarkan cara meranjut pada ku. Entah kenapa bulik sangat besemangat mengajarkan aku padahal mama ku sendiri sudah nyerah.
" pertama kita buat lingkarannya dulu pakai benang" bulik Dea memerikan contoh yang kemudian aku ikuti
"nah kalo sudah masukan hakpennya kedalam lingkarang lalu kamu ambil buntut benangnya. Kaya gini nih Rin" aku berusaha mengikuti bulik Dea tapi.....
"lalu kemudi...." Ucapan bulik terhenti ketika melihat Aku . Bukannya mengambil buntut benang seperti yang diajarkan oleh Bulik Dea, Aku malah melepaskan benang wol yang ada ditangan ku sehingga benang wol yang tadinya tergulung rapi menjadi berantakan.
"aduh Arin ko malah kamu lepas si? Liat kan jadi berantakan semua"
"hehe abis Arin kan tadi udah bilang kalo ga bakat.bulik aja nih yang maksa aku berantakan kan" jawab ku sambil cengengesan. Melihat kelakukan Ku Bulik Dea hanya geleng geleng kepala.
***
Setelah selesai merapikan kekacauan yang tadi ku buat, mama dan bulik memutuskan untuk menyudahi kegiatan rajut merajut. kami duduk santai didepan rumah membicarakan hal apa saja yang bisa kami obrolkan. Bulik Dea bercerita kalau belum lama ini Ia membuka restaurant. Walaupun belum lama tapi restaurant itu sangat ramai pengunjung. Aku si tak heran karena memang masakkan bulik ku yang satu ini sangat enak.
"siang tante" suara lanak laki- laki itu menghentikan obrolan kami. Manis satu kata yang terlintas dipikiranku saat pertama melihatnya. Aku rasa dia seumuran dengan ku.
" siang. Ada apa alle?" oh ternyata namanya Alle. Kenapa si Tuhan menciptakan manusia si manis Alle di desa seperti ini?
" Mas chandranya ada tan? Hari ini kita mau membersikan gereja tan" jawab alle sopan dengan senyum dan dua lesung pipinya. Astagaa kenapa dia ganteng banget si? Mata ku tak bisa lepas darinya.
"oh iya tante sampai lupa. Sebentar ya tante panggilkan dulu"
Kemudian Bulik Dea langsung menuju kebun untuk memanggil mas Chandra. Aku masih mentap Alle wajahnya seperti tak asing untukku. Tapi aku rasa aku belum pernah bertemu dengannya sebelumnya.
"kamu alleandra anaknya Pak Tejo bukan?" Tanya mama memecah keheningan.
"iya tante"
"yaampun kamu udah gede banget ya sekarang? Arin kamu inget gak sama dia? Dulu waktu kalian kecil sukanya main bareng" mama menyenggol lengan ku. Spontan aku gelengkan kepala ku dngan muka polos. Ya memang aku lupa.
" kalo kamu alle? Kamu inget gak? Oh iya gimana kabar orang tua kamu? Mereka baik semua kan? Terus sekarang kamu sekolah dimana?" aku melirik mama ku. Mama sebenernya mau jadi wartawan atau gimana? Ngasih pertanyaan orang ga kira kira. "mah kalo ngasih pertanyan tuh satu satu kasian tuh alle bingung jawabnya"
"inget ko tan hehe kabar mama dan papa baik. Saya sekolah di SMK 2 salatiga tan kelas 10" astaga senyumnya itu loh mengalahkan duniaku.
"hai al mau sekarang?" Alle pun mengganguk tak lupa berpamitan dengan mama dan Bulik Dea lalu pergi menuju gereja.
***
"Rin bangun ah kebo banget si lo. Cepetan mandi terus kegereja" suara Ka Arthur membangunkan ku entah udah yang keberapa kalinya. Tapi serius deh aku masih ngantuk banget. Ku raih handphone ku lalu ku buka layarnya. Astaga sekarang masih jam setengah 6. Kenapa harus membangunkan ku sepagi ini si?
sepertinya Ka Arthur melihat gerakan gerikku yang akan kembali melanjutkan mimpi ku. dengan cepat Ia menarik selimut ku lalu menarik bantal ku. kemudian melemparku dengan bantal guling yang ada didekatnya."MAS ARTHUR BISA GA SI GA USAH ISENG?!" teriak ku frustasi. Kaka ku yang satu itu memang selalu kejam kalau membangunkan ku. kenapa si aku harus punya kaka seperti dia?
Akhirnya aku memutuskan untuk bersiap kegereja karena memang kebaktian dimulai pukul 7. Aku menatap diri ku di cermin. aku menggunakan dress selutut berwarna biru rambutku ku biarkan saja tergerai. Kemudian aku memoles tipis bedak pada wajahku dan memakai lipbalm pada bibir ku pink ku ajar lebih membam. Ku tatap lagi penampilanku di cermin. Sempurna.
aku langsung bergegas keluar karena memang semua keluarga lu sudah menunggu di luar. Gereja ku dengan rumah tidak terlalu jauh. Malah sangat dekat cukup berjalan kaki selama 5 menit. Setelah sampai digereja aku mencari tempat duduk. Disini banyak tempat duduk yang masing kosong mungkin karena gereja ini terletak di desa sehingga jemaatnya masih sangat sedikit dan kebanyakan memang sudah sepuh.Lonceng sudah berbunyi t3x berarti ibadah akan segera dimulai. Aku melihat Alle memasuki gereja rupanya Ia bertugas sebagai singer. Tak sengaja tatapan ku bertemu dengannya dan kemudian dia tersenyum pada ku.
***
Malam ini badan ku rasanya hampir mau copot. Sepulang gereja mas Chandra dan Ka Arthur dengan kompak memaksa ku untuk pergi kesawah. Alhasil selama seharian aku berada disawah. Menanam pagi, membajak sawah sampai di dorong kelumpur yang mengakibatkan badan ku menjadi coklat dan lengket. Ih rasanya aku ingin menghajar kedua kaka ku. tapi tidak apa mereka berdua membuat liburan ku tidak membosankan.
Jam 12 malam. Baru saja aku ingin tidur namun tiba tiba handphone ku berbunyi. Ku buka aplikasi line ku.
Alleandra Putra : hai
------------------
hai ini cerita pertama ku. maaf kalau masih banyak kata yang typo dan EDY yang kurang. semoga kalian suka ya:)
YOU ARE READING
Arina's
Teen FictionKalo semua harapan menjadi kenyataan kita tidak akan pernah tau kalo kecewa itu menguatkan .