Dua Puluh Enam

421 49 11
                                    

"NANA?!" seru Dirga dengan mata yang masih melotot. Nana hanya tersenyum kecil lalu mengambil tempat di samping Dirga. "Ngapain lo duduk di sini hah?!"

"Ssstt... Lo berisik Dir," bisik Naura sambil menatap kesal ke arah Dirga.

"Ngapain coba lo ngajak-ngajak dia ke sini?" tanya Dirga tak kalah sengitnya.

"Aduh Dir. Coba lo tenang deh. Dia itu sumber informasi," ucap Naura sambil menekuk alisnya. Dirga mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya 'beneran?'. Naura hanya mengangguk.

Dirga mengernyitkan alisnya lalu menatap Naura seakan bertanya 'lo yakin?'. Lagi-lagi Naura hanya mengangguk.

"Kalian ngapain sih?" tanya Kak Alin menginterupsi 'telepati' antara Naura dan Dirga. Naura langsung gelagapan lalu nyengir ke arah Kak Alin.

"Ah, oke sebelumnya kita pesen makanan dulu ya," ucap Naura lalu memanggil seorang pelayan.

"Kalian pada mau apa? Kakak yang bayar deh," ucap Kak Alin.

"Cappuccino kak," ucap Dirga.

"Gue ngikut aja dah, cappuccino," ucap Nana. Dirga hanya memandang tak suka ke arah Nana.

"Milk tea ya mas," ucap Kak Alin. "Lo apa Ra?" tanya Kak Alin kepada Naura yang terlihat bingung.

"Green tea," jawab Naura sambil tersenyum singkat. Dirga melirik sinis ke arah Naura lalu mencibir. Naura mendelik sebagai balasan, seakan mengatakan 'apa lo hah?!'.

"Udah tatap-tatapannya," kata Kak Alin. Dirga hanya nyengir ke arah Kak Alin. "Jadi, siapa mau menjelaskan ke kakak?" tanya Kak Alin.

"Nih, pelakunya aja kak," ucap Naura santai. Kak Alin menatap Naura bingung.

"Iya kak. Gue pelakunya. Nggak pelaku juga sih. Gue ga ikut bully Alya kok. Gue cuma ikut-ikutan doang," ucap Nana.

"JADI, LO YANG BULLY ADEK GUE HAH?!" seru Kak Alin sontak mengundang tatapan dari orang-orang sekitar.

"Kak, tenang dulu kak. Dengerin penjelasan dia," kata Naura menenangkan Kak Alin. Sedangkan Dirga hanya tersenyum minta maaf ke arah orang-orang sekitar sebagai perwakilan Kak Alin.

Kak Alin menghela napas berat. "Yaudah. Jelasin," ucap Kak Alin yang mendadak dingin.

"Gini kak. Kan di sekolah ada yang buat semacam club fangirl gitu. Fangirl nya orang di sebelah gue ini. Namanya 'Dirga Lovers' git--" jelas Nana.

"Ra, gue seganteng apa dah?" tanya Dirga memotong perkataan Nana.

"Diem lu," ucapan Naura membuat Dirga langsung membungkam mulutnya. "Lanjut Na."

"Nah, kan Si Alya itu deket sama Dirga. Padahal dia gak cantik-cantik amat. Ya cewek-cewek fans nya Dirga iri lah. Mereka langsung berpikir kalo Alya itu beruntung banget bisa deket sama Dirga. Awalnya mereka cuma iri biasa gitu. Tapi waktu ada Lio, dan Alya juga deket sama Lio, nambah iri mereka. Apalagi Alya tambah cantik. Tr-"

"Ini pesanannya. Selamat menikmati." Ucapan Nana terpotong karena seorang pelayan mengantarkan pesanan. Mereka hanya tersenyum kecil sebagai ucapan terimakasih kepada pelayan itu. Selepas pelayan itu pergi, Nana langsung melanjutkan penjelasannya.

"Gue yang notabene fans nya Dirga juga, kesel sama Alya. Trus mereka berencana untuk ngerjain Alya gitu. Mulai dari ngerjain kecil-kecilan. Gue cuma ikut-ikutan. Gue gak terlalu ngejahatin Alya. Gue cuma pernah ngerjain dia sekali. Nyembunyiin pulpennya keberuntungannya dia doang. Selebihnya ga ada."

"Gila lo. Dia sampe nangis kejer dua hari dua malem gegara pulpen ntu hilang. Katanya itu pulpen pembawa keberuntungan," sambung Naura. Nana hanya nyengir dengan wajah tanpa dosa, sedangkan Dirga hanya geleng-geleng kepala.

Kutukan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang