"Ide bagus." Ucap Anna setuju.
.
.
.
.
.Anna dan Tio sudah berada di tempat Jason dikurung, penjara bawah tanah. Mereka menghampiri salah satu sel penjara yang berisi Jason di dalamnya, dan terlihatlah Jason yang duduk dengan tatapan kosong.
"Hay Jason, Kita bertemu lagi." Sapa Tio membuat Jason melirik Tio dan Anna.
"..." Tak ada sahutan dari Jason. Ia memalingkan wajahnya dari Anna dan Tio.
"Inilah akibat dari apa yang telah kau perbuat!" Tambah Anna membuat Jason menoleh.
"Cih! Kalian bersenang-senanglah dulu sebelum kalian menderita!" Jason menyeringai.
"Tentu saja. Kami akan bersenang-senang melihat kau menderita!" Balas Anna. Ia pun memberikan Tio ramuan yang ia bawa sejak tadi.
"Ini, paksa dia meminumnya!" Suruh Anna pada Tio.
Tio mengambil ramuan itu dan membuka tutupnya.
"Akan sulit memaksanya. Bagaimana kalau ramuan ini langsung berada di dalam perutnya." Usul Tio.
Jason yang melihat itu hanya bingung melihat percakapan antara sepasang suami istri yang ada di hadapannya.
"Apa yang kalian bicarakan?!" Tanya Jason dengan cukup keras.
"Bukan apa-apa." Jawab Tio cepat. Ia pun menatap botol ramuan yang dipegangnya. Iris merahnya menggelap menandakan kalau ia sedang menggunakan sihirnya, tak lama setelah itu cairan dalam botol itu perlahan keluar dan mengarah pada Jason.
{Note: saat iris mata Tio merah menyala ia sedang marah, tapi kalau menggelap itu berarti, ia sedang menggunakan sihirnya}. 😀😀
Jason hanya bisa diam tidak bisa mengelak karena ia tak bisa bergerak, karena Tio sudah menahannya dengan sihirnya. Tio memamerkan smirk-nya, ia pun mengarahkan kumpulan cairan berwarna bening itu dengan jari telunjuknya menuju perut Jason, dan akhirnya cairan itu langsung masuk ke perut Jason.
"Apa yang kamu lakukan Thomas?" Jason meraba perutnya akhirnya ia bisa bergerak.
Tio tak menjawab, ia pun memeluk pinggang Anna posesif dan meninggalkan Jason yang sedang dilanda begitu banyak pertanyaan.
****
"Kapan ramuan itu mulai bereaksi?" Tanya Tio pada Anna. Saat ini mereka berdua sedang berjalan di taman belakang mansion.
"Nanti malam." Jawab Anna menatap Tio, ia pun teringat malam itu saat Tio meringis kesakitan karena ramuan buatannya.
"Masih lama." Ucap Tio manggut-manggut berjalan pelan mengukuti langkah Anna.
"Maaf." Lanjut Anna menghentikan langkahnya menunduk, ia menyesal.
"..." Tio tak merespon Anna, ia hanya ikut menghentikan langkahnya.
"Apa kamu tidak bisa memaafkanku?" Tanya Anna karena tidak mendapatkan respon dari Tio. Ia terlihat kesal. Tak sadar ia mengerucutkan bibirnya.
Tio yang memerhatikan Anna sejak tadi tidak dapat menahan nafsunya, ia pun menarik Anna agar berhadapan dengannya lalu ia menarik tengkuk Anna dan mencium bibirnya.
Anna terkejut! Sangat terkejut!! Ia hanya bisa membulatkan matanya melihat apa yang telah Tio lakukan. Otaknya kosong, ia tidak tahu harus melakukan apa.
Tio yang tidak merasakan adanya penolakan dari Anna melanjutkan aksinya, ia mulai melumat bibir Anna lembut. Anna diam, tak membalasnya. Tio merasa kesal, akhirnya ia menggigit bibir bawah Anna.
Gigitan Tio pada bibirnya membuat Anna sadar, ia pun langsung mendorong tubuh Tio kasar. Ia menatap Tio tajam.
"KAU!!" Anna menunjuk Tio.
Tak Anna sangka Tio menariknya lagi dan memeluknya.
"Jangan marah dulu! Banyak maid yang melihat kita di sini." Bisik Tio tepat di telinga Anna.
Anna hanya bisa pasrah menerima perlakuan Tio karena ia tidak ingin mendengar gosip kalau dirinya dan suaminya sedang bertengkar.
.
.
.
.Malam hari..
Setelah kejadian itu, Anna tidak merespon Tio sama sekali. Sudah berapa kali Tio meminta maaf padanya tapi ia tak menghiraukannya. Bahkan, Anna tidak menganggap kalau saat ini Tio ada di dalam kamar bersamanya.
"Oh, ayolah Anna. Jangan mendiamiku seperti ini! Bukankah aku pernah bilang jangan menggodaku dengan mengerucutkan bibirmu?" Kesal Tio membuat Anna menatapnya tajam. Melihat tatapan Anna Tio segera memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Jika kamu tergoda, seharusnya kamu memalingkan wajahmu!" Balas Anna ketus. Akhirnya ia membuka suaranya.
Tio tersenyum lega karena ia bisa mendengar suara Anna lagi, walaupun Anna masih marah padanya. Setidaknya, Ia tidak berdialog sendiri lagi.
"Aku tidak mau memalingkan wajahku dari paras cantikmu." Tio mendekati Anna yang duduk kasur dengan tangan di depan dada. Awalnya dia bersandar pada pintu.
"Cih, aku tidak akan tergoda dengan rayuan sampah itu." Sengit Anna tajam membuat Tio menghentikan langkahnya yang akan duduk di samping Anna.
"Aku tidak merayumu. Aku serius." Balas Tio tulus.
"Baiklah. Aku sudah menganggapmu serius, walaupun tidak berdampak apa-apa bagiku." Jawab Anna menatap Tio yang sejak tadi menatapnya intens. Anna pun memalingkan wajahnya dari Tio karena telah merasa mengantuk.
"Jika Thomas yang melakukan itu, apa responmu akan berbeda?" Tanya Tio membuat Anna menatapnya kembali.
"Mmmm.. tentu saja." Jawab Anna mulai menutup matanya, ia tertidur.
"Jadi, begitu. Berarti kamu akan bahagia hanya bersama dengannya tidak dengan yang lain, termasuk aku." Tio pun berbaring di samping Anna.
.
.
.
.
.To be continue
Maaf part kali ini cuma sedikit..
Otak lagi blank sih..
Jadi gini deh.Author curhat dikit ya..
Sebelum direvisi cerita ini sangat amburadul, kayak terpaksa buat di tamatin.Tapi sekarang, aku sudah perbaiki dikit kok. Yah, walaupun ini masih banyak kekurangannya semoga kalian suka.
Dan sekali lagi author minta jangan jadi side reader ya.. author mohon untuk yang satu ini. Tinggalin jejak dengan vot atau komen. Beri kritik dan saran kalian agar cerita ini bisa lebih baik lagi.
Thank's buat kalian yang setia dan mau baca cerita ini.
See you next part..
Salam hangat..
Shinikook
Tanggal re-post 05/07/2018
DON'T FORGET
THIS👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Other Side My Mate ✓ [D.R.E.A.M.E]
WerewolfLangsung read aja→→ Special part END