Aku dan Taehyung berjalan melewati beberapa gang agar bisa sampai di halte, lumayan jauh jika hanya berjalan saja, membutuhkan setidaknya 10 menit bisa sampai. Tapi tak apa, setidaknya aku bisa berlama-lama dengan Tae oppa, ya walaupun aku gugup setengah mati, kami juga hanya berbicara basa-basi.
"Apa rumahmu jauh dari sini?" Tae mulai bertanya.
"Lumayan."
"Berapa lama?"
"Mungkin sekitar satu jam bisa sampai."
"Ah, begitu."
"Apa tidak apa-apa kau mengantarku? Kau kembalilah, aku akan jalan sendiri."
"Tak apa, aku akan mengatarmu, bahkan setiap hari, lagipula aku bisa beralasan pergi keluar tanpa ada manager hyung." dia menoleh kearahku lalu melihat kearah jalanan sambil merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara, dia terlihat nyaman saat melakukan itu.
Aku tersenyum. "Pasti sulit sekali menjadi idol, kupikir aku tidak akan kuat kalau jadi kau."
Dia mengangguk setuju. "Tentu saja, tubuhku rasanya sangat remuk asal kau tahu."
Aku terkekeh mendengar keluhannya. Aku mengerti, Taehyung pasti butuh kebebasan pergi keluar dan menjalani hidupnya seperti kebanyakan remaja pada umumnya, dia terlihat tertekan tapi dia bisa menutupinya dengan keceriaanya.
Lalu kami sama-sama terdiam, sibuk dengan fikiran masing-masing.
Taehyung menoleh kearahku. "Kudengar orangtuamu sudah tidak ada, apa benar? Kenapa?"
"Ah, iya. Mereka meninggal karena kecelakaan saat aku kecil."
Dia mengangguk paham. "Kau pasti memiliki waktu yang berat, walaupun aku tidak punya kebebasan dan selalu bekerja, aku bersyukur masih memiliki ibu dan ayah, aku mungkin akan menjadi gila jika jadi kau, kau tetap tersenyum dengan apa yang terjadi, aku salut padamu."
"Benar." aku hanya tersenyum sendu, memandang lurus mengingat kenangan yang pernah kulakukan bersama orangtuaku. "Lagipula kau pasti tidak akan bisa sekuat aku, kau itu 'kan manja sekali dengan orangtuamu."
"Oh? Darimana kau tahu?"
Ah, tidak!
Aishhh, mulutku!!!
Aku lupa bahwa aku sedang berpura-pura tidak mengenal mereka, bisa gawat jika Taehyung tahu identitasku sebagai ARMY.
Aku memukul kepala dan bibirku berkali-kali menyalahi kebodohanku. "Yak! Pabo Chanmi-ah, pabo! Neomu paboya!!!" aku terus menerus memukul kepalaku.
Taehyung melotot. "Hey kenapa kau memukul dirimu seperti itu, Yak! Pabo, hajima!" Taehyung menarik paksa tanganku dari kepalaku, sontak aku berhenti saat dia memegang tanganku.
Aku diam terbengong.
"Yak! Wae geurae?" dia menatapku khawatir, wajahnya dekat sekali denganku, tangannya masih setia memegang tanganku.
Aku masih terdiam bingung.
Taehyung melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku. "Yak! Kau mendengarku tidak? Chanmi-ssi?"
"N-ne?" aku menatap Taehyung dengan wajah blank.
"Waegeurae?"
"A-ani, tidak ada apa-apa."
"Benarkah? Lalu tadi kau kenapa?"
"A-ah, tadi ada serangga dirambutku, aku terlalu terkejut."
"Jinjja? Coba sini kulihat." Taehyung mencoba untuk mendekat dan memegang kepalaku, memastikan serangga itu masih ada atau tidak, padahal tidak ada apa-apa dikepalaku.
Taehyung mulai mengacak rambutku mencari dimana serangga itu berada, dia tinggi sekali, aku hanya setinggi bahunya saja.
Dalam posisi seperti ini, kami seperti sedang dalam posisi berpelukan, posisi Taehyung terlalu dekat, hidung dan dahiku menempel di dadanya, jantungku berdetak kencang bahkan aku kesusahan untuk bernapas, aku bisa mendengar detak jantung Taehyung yang sangat stabil berbeda dengan detak jantungku yang mungkin akan berhenti dan aku akan mati sebentar lagi, aku juga bisa menghirup aroma tubuh Taehyung, sepertinya dia tidak memakai parfum apapun, mungkin bisa dibilang aku menghirup aroma asli Taehyung, aromanya menenangkan dan sedikit ada hawa hangat dari balik bajunya.
Taehyung masih sibuk mencari sampai merusak rambutku. "Tidak ada."
"M-mungkin sudah pergi, sudah hentikan, kau merusak rambutku."
"Aishh, membuat khawatir saja."
Aku hanya menyengir kuda. "Hehehe."
Taehyung mengambil sesuatu dari sakunya mengeluarkan ponsel Iphone 7 miliknya lalu menyalakannya. "Jin hyung mencariku, ini sudah hampir jam sepuluh, sebaiknya kita cepat sebelum bus terakhir."
Taehyung menarik tanganku membawaku berlari kecil melewati banyaknya gang, kami berlari sambil terus berpegangan tangan.
Kami terus berlari, Taehyung membawaku berlari kencang sekali, memangnya dia tidak memikirkan cara wanita berlari? Aku benar-benar lelah dan lututku terasa pegal sekali, dia menyebalkan.
"Hahhh, yak! Jangan kencang-kencang! Haahhh Aku pegal sekali." suaraku melemah, dadaku terasa sesak.
"Diamlah."
"Apa masih jauh?"
"Sebentar lagi, bertahanlah."
Aku hanya bisa pasrah dengan apa yang kami lakukan, dia berlari kencang sekali, aku tidak bisa menyeimbanginya, aku terus menerus hampir tersandung, lalu aku melihat jalan besar di depan kami, kami pasti hampir sampai.
"Okehhh, sudahhh sampai hahhh hahhh."
Kami berhenti tepat di depan halte, kami sama-sama sibuk mengatur napas kami, aku bahkan hampir ambruk jika tidak ada tiang didepanku, Taehyung juga melakukan hal yang sama, dia menunduk memegang lutut sebagai penyanggah.
Aku mendudukan diri di kursi halte. "Ahhh, capek sekali, yak! Aku ini yeoja kenapa kau membawaku lari cepat sekali sih?"
"Ini lebih baik daripada kau tidak bisa pulang."
"Baiklah, baiklah."
Dia berdesis. "Lagipula tadi kan sudah ku tawar naik mobil saja, kau yang mengeyel."
"Iya, iya maafkan aku." aku mendengus kesal, lebih baik mengalah saja, sampai kapanpun dia pasti yang menang.
"Besok, kuantar naik mobil, ne? Oh!! Lihat busnya datang!" Taehyung menunjuk kearah jalan, aku sontak melihat apa yang ia tunjuk.
Dan benar, busnya sudah datang.
Dia menarik kerah belakang bajuku dan mendorongku mendekati bus. "Pulanglah dasar bocah."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Manager hyung sedang dalam perjalanan kesini, sudah sana masuk!"
"Iya iya aku pulang, lepaskan dulu tanganmu!" aku menggeliat berusaha melepaskan pegangannya, ini sakit, dia seperti mencekikku.
Dia menyeringai. "Anak pintar, pulang dan belajarlah dengan baik, anak bocah."
"Yak! Berhenti memanggilku bocah!!"
"Iya iya, sudah sana pergi."
"Aku pergi ya."
Taehyung mengangguk. "Hmm, hati-hati."
Aku melambai-lambaikan tanganku, dia melakukan hal yang sama.
***Yuhuuuuu~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky! [BTS FF]
Fiksi PenggemarChanmi, seorang ARMY yang bekerja di asrama BTS, apa saja kegiatan Chanmi dan member BTS lakukan saat tinggal dalam satu asrama? - Juni, 2017 ©enchim_