Wendy sudah tidak ingat lagi berapa lama, atau lebih tepatnya sejak kapan ia mulai memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan. Mungkin orang akan berfirikan negatif saat tahu bahwa yang sedang Wendy pikirkan adalah ciumannya dengan Park Chanyeol. Tapi bukan itu saja, Wendy juga memikirkan tentang perasaanya yang sedikit goyah saat ciuman itu berlangsung.
Pria dengan nama lain Loey tersebut berhasil merenggut ciuman pertama Wendy dan juga jam tidur Wendy yang tidak pernah kurang dari 8 jam sebelumnya . Sekarang hanya tinggal tersisa 4 jam lagi bagi Wendy untuk mengistirahatkan tubuhnya - walaupun hanya setengah dari yang biasa ia lakukan. Wendy tidak bisa begadang sampai pagi, kantuk akan sangat menganggu aktifitasnya besok dan Wendy tidak menginginkan hal itu terjadi.
Jam 2 pagi. Wendy mulai mematikan lampu tidur yang terletak di samping kasurnya, menaikan selimut dan berusaha mati-matian menghapus Park Chanyeol dan ciuman mereka dari pikirannya. Gagal. Wendy mulai berusaha memikirkan hal lain, seperti menghitung domba yang melompat-lompat di bayangannya. Kuno memang, tapi dalam kondisi seperti ini yang Wendy butuhkan hanyalah tidur dan ia akan melakukan apapun untuk bisa tertidur lelap - walau hanya 4 jam.
"Arghh aku menyerah!" Wendy berteriak sambil menyingkirkan selimutnya. Ia lalu mengikat rambutnya yang membuat Wendy terlihat sangat cantik. Jujur saja Wendy terlihat cantik dengan apapun, dan mungkin itu menjadi alasan Park Chanyeol tidak bisa merelakan hubungannya berakhir begitu saja dengan Son Wendy, walaupun sudah 5 tahun berlalu. Wendy mengenakan mantel dan memasukkan ponselnya pada kantong yang terdapat di sisi kanan dan kiri mantel itu. Beberapa detik kemudian, pintu tertutup dan ruangan itu kini kembali gelap tanpa seorangpun di dalamnya.
***
Nampaknya bukan hanya Wendy yang tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian tadi. Seseorang yang membuat ciuman itu terjadi juga sedang memikirkan kejadian tersebut. Bedanya, ia tidak bisa berhenti tersenyum saat memegang bibirnya sendiri dan mengingat beberapa jam yang lalu, bukan tangannya yang berada di sana, melainkan Son Wendy.
"Selamat hari jadi yang ke-5!" Chanyeol berteriak lepas yang nampaknya didengarkan angin. Sesaat setelah Chanyeol berteriak, angin mulai berhembus kencang dan menerpa wajah tampannya, Chanyeol sempat keseulitan melihat pemandangan gedung-gedung pencakar langit, yang kini hanya menampakkan kotak-kotak cahaya - lampu dalam gedung - karena harus memejamkan matanya untuk berlindung dari terpan angin supaya debu tidak hinggap di matanya. Udara semakin dingin, tapi Chanyeol tetap tidak ingin meninggalkan rooftop tersebut. Pemandangan dan ingatan akan kejadian tadi, menjadi perpaduan yang sempurna untuk membuat Park Chanyeol senyum-senyum sendiri di tengah dinginnya Kota Seoul.
"Mwo?... Kau sudah membuat alur ceritanya?... baiklah aku akan menemuimu besok... okay jam 3.... benarkah? Siapa?... yeo-yeojachingu?... aaa nampaknya kau sudah berkencan dengan seseorang hehehe... aku tutup dulu, sampai bertemu besok!" Chanyeol sedikit terganggu saat mendengar seseorang membuka pintu dan berbicara panjang di telfon. Tapi tidak Chanyeol hiraukan.
"Yeojachingu? Huh!... Aaaa tidak tidak sadarkan dirimu! Kau tidak menyukainya! Tidak tidak tidak!!!" Chanyeol sempat kaget saat mendengar seseorang tiba-tiba saja berteriak kencang. Chanyeol tidak bisa tinggal diam sekarang.
Setelah keterkejutannya berakhir, mata Chanyeol mulai menangkap sosok seorang wanita yang berjalan menuju tepian rooftop tanpa pagar tersebut. Gadis itu nampak depresi, sangat kentara karena sedari tadi ia terus memukul-mukul kepalanya.
"Tidak tidak tidak! Tidak mungkin!" Chanyeol awalnya kesulitan menebak siapa gadis itu karena ia tidak bisa melihat wajah gadis itu yang memang sedang membelakangi Chanyeol. Tapi setelah mendengar suara gadis itu untuk yang kedua kalinya, Chanyeol menyadari bahwa gadis itu adalah seseorang yang ia kenal. Son Wendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Next Door || Wenyeol
FanfictionTidak ada satupun kejadian yang terjadi di dunia ini adalah sebuah kebetulan. Kejadian itu tersusun rapih satu sama lain, saling melengkapi, dan juga saling mempengaruhi.