Haaaaii... readers.... yang unyu n ketjeh...
Call me Yuan, this is my first story yang berani diupload hehee..
Saya penasaran banget nih dengan gempitanya dunia literasi di wattpad. Semoga bisa memberikan warna.. cieee... Cerita ini dibuat berdasarkan truestory author tapi disertai dengan tambahan di sana sini. Setting nggak jauh-jauh di luar negeri kok, cukup pedalaman Tanjungredep yang eksotis. Saya kan pecinta produk dalam negeri.... jiaaah....😁 Semoga menyukai gaya cerita saya yang masih amatiran banget..😀Hanya terbagi dalam 2 part, jadi semacam cerpenlah. Tapi dilarang mengkopipaste atau plagiat yaa, dosaa, heheee....
Enjoy reading....😊😊================================
Prolog:
Kadang hidup berjalan terlalu cepat
Kadang pula amat lambat
Seringkali kenyataan pahit berdesakan
Mengisi penuh cekung-cekung romansa
Mengikat air mata, memenjara rasa
Lagi, lagi...
Kak Randa masih berkutat di dapur. Menjerang air lalu memasukkan wortel dan kentang kedalamnya. Tangannya sigap menakar susu untuk si kecil, mengocoknya pelan lalu diulurkan padaku. Sepuluh menit kemudian dia sudah rapi dengan seragam khaki, menyandang tas besar dan jaket.
"Nanti mak Irah antar sayur jam delapan. Ardan hari ini jadwalnya terapi, tolong antar dia ya, nanti aku susul.." kak Randa mengenakan kaos kaki dan sepatunya dengan kecepatan gila
Aku mengannguk. Tak lama kemudian suara motornya terdengar menjauh menuju dermaga kecil, dari sana dia naik ketinting menyeberangi sungai Mahakam ke tempat kerjanya di Badan Pertanahan Samarinda.
Lantai papan berderak-derak saat aku mondar-mandir mengepel. Pagi ini Mahakam sedang pasang, gelombang airnya berkali-kali masuk ke dapur meninggalkan genangan air di karpet plastik.
"Air itu bersih Gia, kau lihat orang-orang itu masak, mencuci, minum, semuanya dari situ. Tak pernah ada yang diare atau kena panu.."
Kak Randa menjawab keberatanku beberapa hari lalu mandi dengan air sungai. Pertama kali aku masuk ke kamar mandi yang kudapati adalah drum besar berisi air kecoklatan dan sabun mandi. Kloset juga tak kalah menyedihkan. Mana bisa aku mandi sedang orang-orangpun mengeluarkan sisa metabolismenya disitu-situ juga. Apalagi minum??
Namun kekerasan hatiku hanya bertahan dua hari. Badanku lengket dan gatal-gatal. Kak Randa hanya tersenyum geleng-geleng kepala melihatku masuk kamar mandi dengan bersungut-sungut. Malangnya, belum sempat menyentuh air, di dinding luar drum lintah sebesar jempol merayap santai. Aku langsung menghambur keluar dan tak kembali sampai esoknya. Itupun karena kak Randa mau mengajakku ke Planetarium.
Dari balik kelambu kulihat Ardan masih lelap. Kamar sempit ini jauh dari rapi. Sprai sudah waktunya diganti, korden juga mulai kusam dan berdebu. Belasan botol obat berderet di kusen jendela. Kuambil kemoceng yang tergeletak begitu saja di kolong tempat tidur, lalu pelan kusibak debu di kaca persegi yang tergantung di dinding kayu. Foto hitam putih sebuah keluarga, ayah, ibu dan kedua anaknya di tangga depan museum Kutai. Disampingnya dengan pigura kayu, kak Randa tersenyum disamping wanita berbaju merah emas dalam sebuah upacara sakral.
"Autistic Spectrum Disorder. Seperti ibunya, dia juga menderita kelainan jantung. Tak tahu mengapa seperti itu. Kata dokter sebabnya bermacam-macam. Tapi biarlah, tak perlu disoalkan, yang kakak pikirkan adalah bagaimana masa depannya nanti.."
"Mengapa tak menikah lagi?"
Kupandang wajah solid tipikal Dayak didepanku. Tampan, berkulit terang, rahang tegas dan atletis. Tentu tak sulit baginya mendapatkan istri, apalagi pekerjaannya menjanjikan kelayakan materi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE (Aapehau Ampetnkau) Completed
Художественная прозаKisah ini mengangkat setting tanah Dayak nan eksotis, konflik keluarga, adat, dan cinta yang sederhana..