Maeda berlari-lari kecil membawa tempurung kelapa. Di belakangnya menyusul Lana, Pandu dan Iran. Sesekali ia menoleh, melihat sejauh mana kawann-kawannya bisa menandingi kecepatan larinya. Yang lainnya bersorak-sorak menyemangati, memuji dan mengintimidasi.
Ya, berlari. Gerak lokomotor ini amat sederhana, namun begitu mempengaruhi perkembangan motorik kasar. Dimana bisep, trisep, otot leher, diafragma, otot perut, otot paha dan otot betis bergerak pasti dan berkesinambungan.
Mengenal Maeda dan malaikat-malaikat kecil Dayak ini bisa dikatakan suatu kebetulan yang luar biasa. Fakta yang sedikit demi sedikit mengikis pandangan pragmatisku tentang hidup. Setiap tawa dan binar-binar kepolosann mereka memberiku bongkahan pelajaran, bagaimana menikmati setiap siklus kehidupan. Bahwa pesimisme hanya pantas tersemat pada mereka yang menukar tangan dan kakinya dengan tempurung untuk lari dan sembunyi.
Brukkk...!!!
“Aduuuh...!!”
Jerit kesakitan menyentakku. Tubuh Lana tersungkur, siku dan lututnya memerah terkoyak kerikil. Teman-temannya segera berkerumun mengerubunginya. Maeda yang 15 meter didepannya berhenti, ragu. Ikut kerumunan yang mungkin menarik itu atau menyelesaikan tugas membawa tempurung kelapa ke boneka jerami yang kutancapkan di batu rahasia. Salah satu permainan untuk mengobarkan jiwa kompetitif mereka.
Lana tertawa pongah menunjuk-nunjuk darah yang keluar dari memar itu. Menunjukkan parut luka itu tak berarti sedikitpun. Iran berlutut menyentuh lingkaran merah di lutut lana, memandangnya takjub.
Mungkin memang benar apa yang digambarkan dalam jenjang kebutuhan Maslow. Rasa diterima dan disetujui adalah porsi besar untuk menemukan pemenuhan diri. Walaupun seringkali berakibat agak ceroboh.
Meski awalnya anak kepala suku itu begitu bangga, esoknya Lana datang dengan muka muram. Wajahnya meringis kesakitan saat berjalan terpincang-pincang. Dengan sebal dia hanya duduk manis saat yang lain memanjat pohon mangga yang merunduk lelah karena beban buah yang melebihi kuota. Ditambah lagi kelakuan tujuh orang anak yang kesurrupan, seakan belum pernah melihat buah ajaib itu seumur hidupnya.
Alam menempa seseorang menjadi makin keras dan tangguh. Disisi lain, alam juga tak jarang membuat mereka takut, lemah hingga putus asa. Bukan kesimpulan yang adil mungkin. Tapi ketika melihat Maeda, mau tak mau batang otakku makin giat memompa adrenalin karena selalu tersulut emosi. Tingkahnya memanjat pohon ulin, memukuli sarang lebah, memainkan lintah seolah itu adalah kuda laut yang bertampang imut, sering membuatku tiba-tiba tanpa sebab terserang asma.
Maeda. Perawakannya kecil, lincah dan dari wajahnya yang innocent siapapun akan langsung tahu, bocah perempuan itu mahir mengobarkan percikann api sinapsis-sinspsis dalam kortex-nya. Ayahnya seorang penambang pasir dengan upah mingguan yang akan habis pada har Kamis. Ibunya perempuan bawel dan suka mengancam. Air mukanya yang selalu keruh menunjukkan telah bertahun-tahun didera lelah dan frustasi mengurusi lima bandit cilik yang suka membuat kerusuhan.
L.S. Vigotsky dalam Mind and Society merumuskan Zone of Proximal Development, dimana tingkatan tugas, hasil dan pijakan berkorelasi positif. Namun sepertinya teori spektakulernya itu tak begitu mempan menganalisa sepak terjang Maeda. Semakin sulit tingkatan tugas bukannya membuatnya frustasi namun semua indikatornya terus menanjak gila-gilaan.
Bisa dilihat saat usianya tiga setengah tahun, dia adalah pimpinan tujuh preman kampung yang rata-rata berumur enam dan tujuh tahun. Perannya cukup vital sebagai konsultan dan pengambil keputusan, sekaligus otak dari rangkaian kejahatan besar. Apakah hari ini Mak Pay ada di rumah, karena pohon rambutannya mulai memerah mengundang, atau mencari akal mengalihkan perhatian Mak Arung agar bisa meminjam kelinci imutnya saat main peran makro “Hantu Kujang dan Kelinci Ajaib”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Sketsa Langit (Completed)
RomanceMengisahkan tentang pencarian seorang gadis terhadap orang yang sangat dibencinya, tapi juga amat dirindukannya..