[Cerpen] Complicated Misunderstanding

32 0 0
                                    

Jessica Adinda Putri @Jessica_Imoet

“Si beach gimana kabarnya ya??? Wkwkwkwk….”

2 min ago

Kalau mau mengaku, ketika membaca tweet nenek lampir itu aku merasakan dua perasaan berbeda. Marah, karena berani-beraninya dia menghujatku dengan sebutan yang tak pantas diucapkan oleh anak SMA. Dan geli, bukan bukan karena tweet-nya bisa menggelitikiku, tapi karena bahasa Inggris si nenek lampir itu masih cetek.

Baiklah, waktunya pembalasan. Aku sign out dari akun yang kubuat sengaja untuk memata-matai tweet musuh, lalu sign in ke akunku sebenarnya.

“Dear mbak yang di sana, kalo mau sok nginggris sering-sering baca kamus ya.”

Tweet sent.

***

“Rei, pulang nanti ngemol yuk.” Jessica tanpa ba-bi-bu langsung menyambar mangkok bakso di hadapanku.

“Males ah, paling kamu kalo ke mall pasti nyoba-nyoba baju nggak jelas sampe si mbak pelayan toko gondok ngeliatin kita.”

“Ssss uh ngghaak khhok jhanjhi dehhhh. Ghila hiini bhaksho phedesss amat Reihh.” Jessica mengibas-ngibaskan tangan ke depan mulutnya.

Refleks aku segera menyelamatkan gelas jus melonku sebelum dijarah lagi. Kebiasaan dari kecil Jessica memang tak pernah berubah, main serobot. Yah, sialnya aku bersahabat sejak orok dengan tukang serobot ini. Rumah keluarga Jessica memang masih satu kompleks dengan keluargaku.

 “Minthak dhongh Reih. Phehdhesss nihhhh.” Jessica berusaha merebut gelas jus melon itu dari tanganku.

“Enak aja. Beli gih. Siapa suruh asal nyerobot bakso orang.” dengan sigap aku menghabiskan isi gelas di tanganku.

“Reinaaa!!!” Teriakan Jessica yang mampu mengalahkan suara Mariah Carrey itu membuat semua orang di kantin sekolah itu menoleh ke arah kami. Bahkan seorang kakak kelas yang pundaknya digebuk-gebuk oleh teman di sebelahnya karena keselek bakso gara-gara terkejut mendengar suara Jessica memelototi kami.

Aku segera mengambil langkah seribu. Meninggalkan Jessica yang masih termangu.

***

“Yah Rei, kita nggak sekelas lagi. Kita yang dari TK udah sekelas dan sebangku bisa terpisahkan di kelas 2 SMA.” Jessica dengan lebay menjatuhkan pantat teposnya ke bangku malang di sebelahku.

“Ini masih pagi non, jangan lebay ah. Lagian aku sih bersyukur bisa nggak sekelas lagi sama kamu Jes. Lama-lama eneg juga ngeliat muka kamu.”

“Ih, kok gitu sih? Jahat.” Balasnya dengan bibir dimonyongkan.

“Emang pas ditanya sama guru BP kemarin kamu milih IPA atau IPS?”

Dengan tampang tak berdosa Jessica menjawab pendek, “IPS. Kamu kan tahu Rei kalo otakku nggak bakal sanggup lagi menghadapi cobaan bernama Fisika.”

“Dodol. Panteslah kita bisa beda kelas, aku kan milihnya IPA.” Aku menggerutu. Tapi Jessica tidak lagi memusingkan urusan kelas. Matanya malah jelalatan melihat cowok-cowok di kelas baruku ini.Yasudahlah lebih baik aku melanjutkan The Fault in Our Stars yang kemarin masih belum kutuntaskan.

Aku sedang terbuai dengan cerita perjalanan Hazel dan August untuk menemui penulis favorit mereka ketika Jessica menjawil-jawil tangan kiriku dengan liar.

“Apaan sih Jes?” aku mengalihkan mataku dari buku bersampul biru di tanganku itu lalu memberikan tatapan terganggu ke Jessica.

“Itu… Itu Adit kan Rei?” Jessica menunjuk ke arah cowok yang duduk di bangku pojok bagian belakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 02, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Cerpen] Complicated MisunderstandingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang