Terik matahari yang menyembunyikan sebagian tubuhnya di awan tebal menunjukkan hari itu tidak cukup panas untuk melelehkan sepotong coklat dalam genggaman pemiliknya. Tangan satunya menopang wajah manis yang tanpa ekspresi dan dengan tatapan kosong itu agar tidak menghantam meja. Ruangan yang ditempatinya ramai, satu-satunya yang sepi adalah otaknya yang tidak tahu sudah sedalam apa dia berfikir tentang kejadian barusan.
Bunyi hentakan sepatu nike berwarna hitam dengan corak berwarna navy perlahan mendekat ke arah meja yang ditempatinya.
"Yah, kalau gak kamu terima jangan ambil coklatnya lah." Tegur seseorang berambut panjang yang digerai sambil mencomot coklat dan menduduki kursi kosong di dekatnya.
"Mubazir. Rezeki gak boleh ditolak." Jawab gadis tujuh belas tahun itu sambil mengerjap-ngerjapkan matanya yang entah sudah berapa lama tidak berkedip.
"Awas nanti menyesal." Perempuan penyuka sneakers bernama Yolan itu mencomot potongan coklat keduanya. Kemudian keduanya tertawa geli. "Setiap ada masalah begini kamu emang gak bisa salahin siapa-siapa kan? Salahkan aja Tuhan karena Dia yang bikin seseorang jatuh cinta sama kamu." Sambung Yolan setelah mengambil potongan coklat untuk yang kesekian kalinya. "And by the way Li, aku ngakak banget liat cara Rendi nyatain cintanya ke kamu."
Lian menegakkan posisi duduknya dan meletakkan coklat yang tersisa sedikit itu di dalam laci. "Aku ngehargain bagaimanapun cara seseorang suka sama aku. Termasuk makan sendiri coklat yang dikasih sama dia."
Yolan terkekeh sambil menjilati jempolnya. "Ngehargain dengan cara nolak?"
"Nope, ngehargain dengan tidak belajar mencintai orang lain."
Lian menutup pembicaraan membosankan mengenai cinta-cinta anak remaja yang sedang populer saat ini. Termasuk yang dialaminya barusan, di mana Lian menolak seseorang yang menyatakan cinta padanya. Siapa yang tidak pernah mengalami masa remaja. Masa di mana seseorang bisa dengan mudahnya mencap bahwa ia jatuh cinta dan dengan mudahnya juga mengatakan kalau ia sudah tidak memiliki perasaan apa-apa. Masa di mana dua orang atau lebih berkompetisi mendapatkan cinta sesaat yang benar benar tak pasti. Masa di mana seseorang yang spesial dapat menjadi alasan untuk jadi lebih baik lagi. Masa di mana percintaan menjadi bumbu pelengkap masa sekolah. Dan masa di mana seseorang belajar tentang berbagai macam arti pada tingkat yang lebih tinggi.
Lian dan Yolan, sama seperti yang lain. Keduanya masih mencari jati diri masing-masing dan masih suka bermain-main dalam hal percintaan. Hal yang sangat wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Year Promise
Fanfiction"Setidaknya aku tau, aku gak pernah nyesal untuk mencintainya, dulu." tutup Lian di tengah-tengah percakapan dengan karib lamanya itu.