0. Prolog

6 0 0
                                    

Gelembung kecil yang dikepung oleh gelembung-gelembung besar lain. Dia sendirian di sana. Sampai dia bertemu dengan gelembung kecil yang lain. Mereka menjadi satu dan berukuran lebih besar dari sebelumnya. Seperti sebelumnya, sekarang dia bertemu dangan gelembung seukuran yang lain dan kembali menjadi satu. Menjadi lebih besar dan lebih besar lagi. Terus bergabung dengan gelembung baru sampai ia menjadi yang terbesar. Sampai akhirnya dia pecah.

Hari-hariku selalu terasa hambar dan berwarna monokrom. Seperti terjebak dalam lingkaran setan, aku terus melakukan kegiatan yang sama setiap harinya. Karena sebenarnya memang tidak banyak yang bisa kulakukan. Tapi sejak percakapan singkat itu, sedikit demi sedikit ada warna-warna baru yang menghiasi hari-hariku yang membosankan.

******

Saat itu Kaka Slank baru saja keluar dari coffee shop di salah satu kawasan elit di ibu kota. Saat baru beberapa langkah dari pintu kafe, dia terdiam sejenak. Kemudian Kaka Slank melirik ke arah kami berdua. Sudah beberapa detik kami bertatap-tatapan. Sontak senyum Sahabatku yang satu ini langsung mengembang. Saat kuperhatikan wajah sahabatku yang satu ini, kuketahui kalau matanya sudah terkunci ke Kaka Slank. Matanya menjadi berbinar, hidungnya sedikit mendengus, dan pipinya mulai memerah. Sesaat kemudian, Kaka Slank juga menyambut senyum sahabatku dengan senyum hangatnya.

"Hah, Kaka ?!" teriak sahabatku kegirangan sambil mendekat ke arah Kaka.

"Senj-" panggilku pelan dengan tanganku yang menarik lengan bajunya.

Tiba-tiba pintu di depanku terbuka. Di mulut pintu muncul seorang wanita dengan setelan piyama lengkap beserta roll di rambutnya. Urat di sekitar lehernya mengencang, alisnya menjadi satu, dan dahinya berlapis-lapis.

Dengan sekali tarikan nafas dia berkata, "Nonton TV gak usah pake teriak-teriak ?! Berisik !". Setelah mendengar teriakan mamanya sahabatku ini, kami berdua langsung mematung.

Gelembung KecilWhere stories live. Discover now