"Silakan ikan segarnya ! Murah dan masih segar ! Mari bu," kata paman menawarkan sambil menunjuk ikan-ikan yang ada di depannya.
Ibuku menarik tanganku dan tidak menghiraukan paman penjual ikan. Kami terus berjalan menyusuri jalan sempit dan bau amis di pasar yang kumuh ini. Jalannya berlubang-lubang dan banyak air yang menggenang. Di tepi jalan ada setumpuk kubis busuk dari salah satu pedagang sayur. di sisi lainnya ada batok kelapa dan sisa serutan kelapa yang berceceran. Seorang ibu paruh baya membelah kelapa dan membuang air kelapanya dalam baskom besar bermotif bunga. Kemudian dioper ke lelaki yang masih muda untuk diparut dengan sebuah mesin penyerut kelapa. Mesin penyerutnya terlihat cukup tua dan kelihatannya cukup berisik. Saat aku masih memerhatikan 2 orang itu sibuk dengan kelapanya, tiba-tiba ibuku menarik tanganku ke arah salah satu pedagang ayam potong. Aku melihat ibu berbicara dengan paman penjual ayam potong itu sambil kedua jarinya mengacung kemudian telunjuknya menunjuk paha ayam. Dimasukkanlah oleh paman tadi 2 buah paha ayam ke dalam kantong plastik hitam dan disodorkan ke ibuku. Ibuku menoleh ke arahku kemudian memberikan kantong plastiknya padaku dan memberikan uang ke paman tadi.
"Sudah semua. Langsung pulang saja ya," kata Ibu dengan menatap wajahku. Aku membalasnya dengan anggukan kecil.
Saat itu masih pagi dan aku baru saja mulai liburan kelulusan, jadi aku bisa menemani ibu belanja ke pasar. Kami keluar dari pasar dan sedikit demi sedikit bau pasar yang amis mulai hilang digantikan bau segar dari pohon Casuanarinaceae di sepanjang jalan. Hawa sibuknya orang-orang di pasar perlahan tergantikan dengan hawa tenangnya gerakan rumput di sekitar pohon Livistona chinensis yang berjejer. Seandainya saja kericuhan yang gak penting karena masalah kekuasaan bisa jadi setenang ini. Di tengah lamunanku, ibu menepuk pundakku dan menoleh ke arahku.
"Kemarin kamu nggak jadi pergi main bareng temenmu ?" tanya ibuku.
"Nggak, waktuna kemalaman," jawabku singkat.
"Kok pilih malem-malem sih, emang gak takut kenapa-kenapa ?"
"Gak tau,mereka sendiri yang ngatur jadwalna.Tapi mereka ngajak main emang cuman basa-basi aja sih" Jelasku singkat."Eh bu, besok aku mau pegi ke perputakan ya ?"
"Ke perpustakaan ? Sama siapa ?" Ibuku tersenyum.
"Sendiri aja sih"
"Jomblo," ibuku memasang wajah jutek.Sesaat kemudian kami saling tersenyum dan tertawa kecil.
Obrolan semakin panjang dan terus berlanjut sampai kami masuk rumah dan berpencar. Ibu meletakkan belanjaannya di dapur dan aku melengos ke kamar tidurku. Aku baru ingat kemarin ibu memberiku body scrub yang kelihatannya mahal."Coba pake ah," pikirku. Aku melepas ikat rambutku, mengambil handuk besar di belakang rumah, masuk kamar lagi, dan siap-siap mandi. Saat masuk kamar mandi dan baru saja semenit masuk ke bathup, lampu kamar mandi tiba-tiba berkedip. Aku membuka sedikit pintu dan hanya memperlihatkan wajahku dari balik pintu.
Dengan tangan yang masih di sakelar lampu, ibu bilang, "nanti kalau sudah, langsung makan.Ibu pergi dulu ke tetangga, ada acara.Baru pulang nanti sore".
"Iy—" belum selesai aku menjawab, ibu sudah menyahut lagi.
"Jangan kelamaan, ntar kulitmu cepet keriput".
"Iya iya..tau kok," Jawabku.
Sekitar 40 menit, aku baru keluar dari kamar mandi. Rambutku yang hitam dan sebahu masih belum kering dan wajahku masih merah karena uap air panas. Aku letakkan handukku ke tempatnya kemudian langsung pergi ke meja makan. Sudah siap paha ayam goreng dan beberapa lauk yang lain. Aku mengambil seporsi besar makanan dan segera ke ruang keluarga untuk menonton film.
Makan dan menonton film sudah jadi hobiku sejak kecil. Hari ini aku pilih film animasi "Zootopia" dengan subtitle inggris-indonesia. Aku punya cita-cita sebagai penerjemah bahasa inggris. Mengetik sepanjang hari ditemani secangkir kopi dan banyak kertas yang harus segera diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah mimpiku. Terlihat kecil bagi sebagian orang, tapi terlihat besar bagiku. Setiap aku mengingat itu, aku jadi sangat bersemangat.
Aku terus menonton TV dari pagi sampai petang. Saat masih fokus menonton, tiba-tiba saja ibu muncul dari balik pintu ruang keluarga dan ikut menonton disampingku. Saat itu aku menonton film detektif terkenal asal london bernama Sherlock Holmes. Pemeran Sherlock Holmes, Benedict Cumberbatch, sangat pandai memerankannya. Dia terlihat begitu pintar dan gerakan bibirnya sangat cepat saat sedang menguraikan sebuah kasus pembunuhan. Menurutku dia benar-benar aktor yang berbakat. Bahkan di salah satu film superhero milik studio raksasa Marvel yang berjudul Doctor Strange, Benedict bisa menjadi orang yang terlihat sangat menguasai ilmu magis. Saat merapal mantra, gaya bicaranya menjadi perlahan tapi matanya menatap tajam khas penyihir yang punya dendam seperti Draco Malfoy di film penyihir terkenal based on work J.K. Rowling, Harry Potter.
Credit scene mulai muncul di layar. Aku beranjak dan membereskan plastik snack dan beberapa piring di sekitar sofa. Aku meninggalkan ibu yang sudah tidur sendirian di sofa. Saat akan membuang plastik snack ternyata kantong plastik di tempat sampah sudah hampir penuh. Akhirnya, aku masukkan bungkus snack ke kantong plastik itu kemudian kantong plastiknya kuikat dan kubawa keluar mau kuletakkan di tempat sampah di depan rumah. Saat aku keluar rumah, aku baru menyadari kalau matahari sudah digantikan bulan. "Emang selama itu ya aku nonton TV," pikirku. Aku membuka gerbang dan berjalan mendekati tempat sampah di depan rumah. Saat aku menunduk dan memasukkan kantong plastik, ada cahaya yang seolah menyorotku dari atas. Saat aku mendongak ke atas, ada banyak sekali kembang api yang meluncur ke langit. Kembang apinya terlihat sangat dekat dan indah. Kemudian aku berbalik badan dan melihat beberapa anak kecil meniup terompet kerucut warna-warni. Salah satu dari mereka sepertinya bersorak "Selamat tahun baru". Di belakang mereka diikuti banyak remaja seumuranku keluar rumah dan bercanda dengan teman sebaya mereka. Sekarang jalanan terlihat sangat ramai. Dari ujung jalan, aku dapat merasakan kemeriahan dan kesenangan saat mereka semua saling bercanda dan tertawa. Aku dapat merasakan keramaiannya tapi aku tidak bisa mendengar keramaiannya. Karena aku Tuli.
YOU ARE READING
Gelembung Kecil
Ficção AdolescenteMemiliki hal yang berbeda bukan berarti tidak bisa mengalami kisah persahabatan dan pecintaan yang lucu dan terlihat beruntung kan ?