Prolog

72.1K 1.5K 37
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

.
.
.

"1, 2, 3, Mulai!"

Brum!

Waktu seakan menjadi sangat cepat mengikuti ritme spedometer yang jarumnya juga mulai menyentuh angka 80 Km/jam dan semakin menambah kecepatan, seakan angin tak ada apa-apanya menampar tubuh mereka.

"Gas Ghaz!"

"Go Ghazy Go!"

"Gue yakin lo bisa!"

Sorak-sorai dari ratusan penonton yang memadati pinggir jalan ini juga mulai meneriaki nama salah satu orang yang ikut bertanding. Si pengendara yang diteriaki juga semakin bersemangat menarik pedal gas motornya saat melihat garis finish tersisa beberapa meter lagi.

"Ghazy, I love you!" Namun, suara teriakan yang melengking dari arah kanan membuatnya menoleh dan tertegun. Bukan pada orang yang berteriak, tapi orang yang tak lagi asing di samping si peneriak itu.

Kenapa ada dia?

"Ghaz, fokus!" Sahutan lain dari teman-temannya membuatnya kemabli menekuri jalan di depannya yang sama sekali hanya seperti jalan panjang, ia tak benar-benar bisa melihat apapun karena kecepatan motornya bahkan sudah lebih ratusan kilometer.

Saat satu meter lagi akan menggapai garis finish ia memberikan manuver seperti motornya stand dengan ban belakang yang terangkat lalu berputar 180 derajat berbalik kearah para penonton yang sudah berteriak kegirangan. Tentu kecuali, pendukung lawannya yang menatapnya benci. Tapi, siapa yang peduli namanya pertandingan tentu harus ada yang menang dan kalah.

"Yo, keren seperti biasanya!" Tepukan bangga dibahunya sesaat setelah membuka helm fullfacenya.

"Masya Allah ayang, keren banget!" Si alay yang entah kapan tobatnya membuat laki-laki yang dipanggil Ghazy itu menggeleng pasrah.

"Pasti si Adrian makin benci banget sama lo, ha ha. Liat aja mukannya sampai merah gitu." Pandangannya teralih pada sosok yang berada di depan sana tengah bersungut tak suka.

"Eh, eh dia jalan kesini. Nyalinya keren." Puji salah satu temannya yang tentu saja itu kalimat sarkas.

"Gue akui lo menang kali ini, lo boleh ambil kesepakatan kita. Lain kali gue bakal menang!" Adrian yang notabenenya musuhnya dalam pertandingan kali ini menyalaminya dan mengakui kekalahannya. Bukan ia merasa rendah tapi apresiasi, bahwa setiap pertandingan ada batas dan pemenangnya.

"Lo juga hebat, gue tunggu lain kali itu."

"Cih, sombong banget. Padahal gue gak ada niat buat muji lo." Semuanya ikut terkekeh pelan, Adrian memang bukan musuh yang akan mencak-mencak saat kalah. Bisa dibilang Adrian ini sebenarnya salah jalan, karena sifatnya sangat jauh berbeda dengan pemimpin geng motor lain, Adrian yang lembut, pemaaf, dan yang paling bikin orang geleng kepala. Adrian itu gak tegaan, liat kucing di pinggir jalan aja diambil buat dibersihkan dan dirawat. Bunuh kecoa dikamar yang dibayangin keluarga si kecoa yang terluka saat satu keluarganya nggak balik.

"Gue juga sama sih sebenarnya, itu cuma basa-basi doang biar lo nggak sedih-sedih amat kalah dari gue yang notabenenya junior lo." Ghazy yang menjawab memang tak ada sopannya sama sekali malah meninju pelan dada seniornya.

"Lancang, udah ah. Gue balik dulu, jangan lupa lain kali mampir ke markas." Adrian berbalik setelah mengalami Ghazy dan juga teman-temannya yang lain. Mereka masih syok atas apa yang mereka lihat baru saja.

"Serius itu Adrian? Katanya dia badas banget kalau di jalan, dan gak mau kalah. Kok beda?!" Tara orang yang paling heboh diantara circle pertemanan mereka menyahut takjub saat melihat apa yang baru saja dilihatnya.

"Makanya jangan percaya rumor, dia emang baik. Senior gue pas SMP." Teman yang lain menoyor kepala belakang Tara yang sudah bersungut. Baginya kepala adalah mahkota, kasta tertinggi di tubuhnya, tak ada yang boleh menyentuhnya sembarangan.

"Araz," panggilnya. Saat si empunya nama berbalik ia mengacungkan jari tengah dan dibalas tawa terbahak.

Teman-temannya yang lain juga ikut menertawakannya hingga membuatnya panas dan ingin membalaskan dendam pada Araz, ia memang sering menjadi bahan lelucon tapi plis deh, jangan di kerumunan banyak orang juga. Dan terjadilah pertengkaran ala Tom and Jerry.

"Gue liat-liat lo makin keren aja, minggu depan kita tanding lo yakin bisa menang?" Sahutan yang baru saja datang membuat susana riuh tadi menghilang.

"Siapa takut?!"

"Gue tunggu di jalan kota M, jam sepuluh."

"Deal." Saat mata mereka saling melemparkan tatapan kebencian, salah seorang dari mereka berteriak kencang.

"WOI ADA POLISI, CEPET KABUR!"

Semuanya berubah riuh kembali dan ketar-ketir saat suara sirine polisi itu semakin mendekati lokasi mereka saat ini.

"Kabur guys, kabur!"

"Bubar, bubar!"

Teriakan-teriakan itu cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri seorang Ghazy. Bahkan saat mobil polisi itu semakin mendekat kearahnya.

"Woi Ghaz, ngapain lo diem aja. Kabur goblok!" Teriakan Araz tak membuatnya gentar, ia tetap menatap datar mobil polisi yang kini sudah berhenti tepat di hadapannya.

Si caper muncul.

"Kabur tetap aja ketangkap, buang-buang tenaga." Semua temannya mendesah lelah, benar sih. Informasi kedatangan polisi ini memang sangat terlambat.

»»——⍟——««

Kolaka, 16 Mei 2018

Revisi : Gowa, 13 Mei 2022

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang