Bismillahirrahmanirrahim
.
.
."GHAZI ALFIAN!!!" Lengkingan kuat memekakan telinga itu membuat siapa saja mau tak mau menutup telinga mereka. Kecuali, seseorang yang baru saja diteriakkan namanya itu, hanya menghela napas lelah.
"Kamu itu benar-benar ya, mau sampai kapan sih kamu kek gini. Mama tuh udah bosan bolak-balik kantor polisi mulu tahu. Kalau gak begal, balapan, bertengkar, membuat keributan. Duh Nak, mau sampi kapan?!" Sang mama terus memaki anaknya yang hanya menatap malas.
"Mama ribut banget sih, rugi dong Ma. Papa punya banyak uang kalau cuma angka aja di bank. Mending dikeluarin gitu buat jaminan aku, kan ada gunanya. Nambah pendapatan negara," ucapnya enteng yang menambah kadar kekesalan pada sang mama.
"Ihhhh, kok gitu. Sadar dong Nak, di depan nama kamu itu ada gelarnya. Kok gini sih." Keluhnya lagi sambil memijat alisnya pelan.
"Aku kan gak pernah mau ada gelar itu Ma, gak pernah minta juga buat di panggil dengan gelar kek gitu. Gelar ini karena aku keturunan Kakek, gak ada yang minta buat dipanggil dengan gelar kan?" Ia melengos pelan, benar saja. Gelar yang tersemat di depan namanya memang menjadi penghalang selama ini yang terus saja ia abaikan. Gelar kehormatan karena Kakeknya seorang pendiri pondok pesantren terkenal di daerah Jawa Tengah. Dan Papanya sebagai anak sulung tentu akan kecipratan untuk menjabat sebagai pengelola pondok tersebut walau sebenernya Papanya memiliki dua orang adik, satu laki-laki dan perempuan. Tetap saja beban pengelolaan masih ada di Papanya.
"Ya, tapi kan—"
"Assalamu'alaikum Tante," salam seseorang dari arah belakang.
"Wa'alaikumussalam, eh Nevan. Kamu dapat bocah tengil ini dimana lagi sih. Kenapa nggak langsung kamu penjara aja, gedeg banget Tante tuh," Ocehnya lagi yang disambut kekehan pelan oleh lelaki bernama Nevan tersebut.
"Tadi Nevan ketemu Ghazy di arena balap liar, mau kabur tapi kehalang duluan—"
"Dih, cowok kok tukang ngadu. Cowok apa cewek tuh," Dumelnya pelan sambil mencibir orang yang masih memiliki hubungan darah dengannya.
"Fitnah, gue gak pernah niat kabur ya. Gue diem aja."
"Tapi, udah siap-siap kan? Coba kalau nggak keduluan pasti kabur."
"Nggak ya, teori dari mana pula itu."
"Ngaku aja, nggak akan ada yang mau nahan kamu kok. Lebih baik berkata jujur kan, kami udah cari tahu lebih dulu, mata-mata yang kamu simpan buat mantau itu anggota kami." Pengakuan Nevan membuat mata Ghazy melotot tak percaya. Yang benar saja, masa lelaki krempeng dan tampang kek pencuri itu polisi? Yang bener aja dong, sekarang emang udah nggak ada kriteria apa gimana buat masuk ke kepolisian sampai lelaki sekelas Asep itu polisi.
"Yang bener aja si Asep—"
"Briptu Aseptian. Itu namanya." Nevan kembali menyela agar Ghazy tak seenaknya.
"Hah?! Nama dia kok bagus sih. Gak matching banget sama muka." Celanya lagi, bagi Ghazy tak ada yang setampan dirinya. Kalau jelek dan gak sesuai nama itu pelanggaran.
"Udah-udah, mending Nevan kamu masukan dia ke tahanan selama seminggu. Bikin dia jera, Tante udah pusing mikirin cara buat dia tobat. Punya anak laki satu aja kok bikin pusingnya berasa punya anak sebelas." Putusnya karena sudah terlalu pusing dengan kelakuan Ghazy yang tak ada habisnya.
"Ma, kok gitu sih. Kan aku udah ditebus." Protesnya tak terima.
"Siapa bilang, Mama kesini cuma mau menyampaikan pesan dari Papa. Katanya, Ekhm." Riska—Mama Ghazy memparodikan gaya bicara suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ghazy ✔
RandomTakdir yang mempertemukan, takdir pula yang memisahkan. Tanpa ketaatan maka akan tersesat dijalan. "Kamu dan luka itu sama, terlalu menyakitkan." »»--⍟--«« Start : 05/08/2022 Finish : 31/01/2023 Copyright ©...