17. Rumah Sakit

26.5K 895 48
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

.

.

.

Keduanya yang terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit itu membuat siapa saja yang melihatnya prihatin. Sepasang manusia yang baru saja mendapatkan hukuman rajam. Fia yang memang pada dasarnya sedang dalam keadaan kurang sehat ikut pingsan setelah beberapa menit Ghazy menutup matanya. Selain karena tubuhnya yang tak lagi bisa diajak kompromi ia juga mengalami syok atas informasi yang baru saja didapatnya.

"Eungh." Lenguhan pelan itu membuat sepasang paruh baya yang setia menunggui keduanya menghampiri brangkar tempat putrinya dirawat.

"Nak, udah sadar?" pertanyaan retoris yang acap kali orang tanyakan pada seseorang yang baru tersadar. Fia melihat sekeliling dimana dominan cat putih dan bau oba-obatan yang sangat menyegat membuatnya yakin bahwa sekarang tengah berada di rumah sakit.

Ia mencoba mengingat kembali kenapa ia bisa sampai berada di tempat ini tak lupa memperhatikan dua orang yang merupakan sepasang suami istri yang sangat serasi itu. Fia berusaha mengingat siapa mereka, hingga kilasan kejadian beberapa waktu lalu muncul. Mereka orang tua Ghazy, Gus Rendra dan istrinya.

"Ish Ma, kok pertanyaannya seperti itu. Wong ditanya gitu keadaannya gimana, ada yang sakit atau butuh sesuatu. Gitu." Sang suami menegur istrinya karena merasa pertanyaan istrinya itu tak memerlukan jawaban.

"Papa tuh nggak tahu, cewek mau gimanapun atau itu pertanyaan retoris sekalipun suka ditanya. Itu dianggap perhatian tahu!" mendengus kesal sang suai hanya pasrah.

"Terserah kamus perempuan sajalah, sampai sekarang aku belum bisa memahaminya." Pandangan keduanya teralihkan saat mendengar kekehan pelan dari orang di depannya.

"Kalian lucu," ucapnya.

"Duh, Astaghfirullah Pa. Panggilkan dokter, ini anaknya udah sadar. Papa sih ngajak debat dulu kan nggak fokus sama anak cantik ini." Riska panik tak tahu mau berbuat apa dan Rendra hanya bisa menggelengkan kepala melihat keriwehan istrinya itu.

"Pa, kok diem aja sih. Keluar panggil dokter!"

Mengehela napas lelah, "lalu fungsi tombol dekat brangkar itu apa?"

"Eh iya, bener juga. Kok nggak kepikiran sih." Riska tersenyum canggung dan menatap suaminya itu malu-malu. Kan, kumat lagi penyakit paniknya.

"Eh, Nak Fia mau apa?" Riska dengan cepat meraih tubuh Fia yang kini bergerak untuk bangun.

"Haus, Tante."

"Eh. Ini minum dengan pelan-pelan ya sayang. Maafin Mama ya, sampai lupa nawarin minum padahal kan biasanya tuh orang sakit butuh minum." Dengan hati-hati Riska membantu Fia untuk minum, takut karena tak hati-hati malah akan tersedak.

"Uhuk!"

"Loh, padahal udah hati-hati terus dibantuin juga pegang gelasnya. Masih tersedak juga?" Riska menatap Fia bingung. Ia menatap gelas ditangannya dan Fia bergantian.

Namun, tak mau ambil pusing ia mengusap bahu Fia lembut, "udah mendingan?" Fia mengangguk sebagai balasan.

"Tadi Tante bilang Mama?" Fia semakin bingung.

"Loh ada yang salah? Kamu kan istrinya Ghazy otomatis menantu Mama dong. Masa gitu aja nggak ngerti." Riska menirukan gaya bicara Kinan pada drama series yang sempat booming itu.

"Hah?! Jadi itu bukan mimpi? Aku istri Kak Ghazy? Ah, Tante bercandaannya gak lucu."

"Justru kamu yang lucu, kok ngiranya masih mimpi. Tuh lihat anak bandel Mama belum sadar. Apa itu termasuk mimpi juga?" walau terselip nada getir di suaranya Riska tetap menampilkan senyum tulusnya.

Crazy Ghazy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang