"Jadi, kemarin Ira beneran nembak Rocky?"
Giza memperhatikan gerombolan siswa yang duduk di bangku kantin paling pojok. Sebenarnya, fokusnya hanya terpatri pada sosok laki-laki yang tengah memainkan ponsel sambil sesekali mulutnya mengeluarkan asap rokok. Laki-laki itu tampak cuek dengan keadaan sekitar. Ekspresinya sangat kontras dengan teman-temannya yang sesekali tertawa karena lelucon yang saling mereka lemparkan.
Dea mengangguk. Matanya mengikuti arah pandangan Giza. "Dan lo pasti tau apa yang terjadi selanjutnya."
Giza berdecak. "Gue nggak ngerti lagi, deh. Rocky punya sihir apaan sih sampai-sampai banyak cewek yang tergila-gila sama dia?"
Dea mengalihkan pandangannya pada Giza."Badboy kayak Rocky tuh emang punya daya tarik tersendiri, tau!"
Giza mendengus. "Apanya sih yang menarik dari bad boy? Cowok yang suka break the rule, doyan ngerokok, sering bolos, nggak bisa dipercaya, diragukan kesetiannya, dan punya track record dengan banyak cewek tuh sama sekali bukan tipe yang baik buat dijadikan pacar."
"Iya deh, terserah elo." Dea memutar bola mata bosan. Sepertinya dari semua cewek yang ada di sekolah, hanya Giza yang tidak tertarik dengan Rocky. Dea tidak habis pikir, entah apa yang salah dengan sahabatnya itu. Padahal, pesona Rocky benar-benar tidak bisa ditolak sampai-sampai tidak sedikit cewek yang berani mengutarakan perasaannya pada cowok itu.
"Nah, stop bahas Rocky. Kondisi Ira gimana?"
"Dia nangis terus. Nggak mau makan, nggak mau minum, nggak mau berangkat sekolah," ujar Dea yang notabene tetangga Ira. "Ya lo pikir aja, sih, Za. Meskipun cewek yang pernah nembak dan ditolak Rocky nggak satu dua, Ira pasti juga malu dan sakit hati setelah ditolak mentah-mentah sama Rocky."
Giza mengambil napas sejenak lalu berkata, "Kalo gitu nanti pulang sekolah ayo kita jengukin dia."
***
Dengan santai Rocky mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam saku celana berikut pemantiknya. Dia mengambil satu batang rokok lantas menyulutnya. Lalu, ditaruhnya bungkus rokok dan korek api di atas meja sebagai tanda laki-laki itu mempersilakan teman-temannya untuk menikmati rokok miliknya.
Dimas yang duduk di sebelah Rocky menyunggingkan seringainya. "Gue ambil satu ya, Boss."
Ketika ucapannya dibalas anggukan oleh Rocky, Dimas membuka bungkus rokok milik laki-laki itu. Di dalamnya, tersisa sembilan batang rokok. Namun, dua batang rokok tersimpan dengan posisi terbalik. Dimas menghindari mengambil dua batang rokok tersebut karena dia tahu Rocky memiliki kebiasaan unik dengan menandai rokok spesial miliknya.
"Eh, ada yang mau nyepang* nggak tahun ini?" tanya Aris.
Yuda menjawab pertama kali. "Gue ada rencana nyepang sih, tapi nggak tau deh jadi apa enggak. Soalnya bulan Oktober kakak gue mau nikah."
"Ayo pergi sama gue, Ris," ucap Dimas.
Aris mengangguk-angguk. Lalu menatap Rocky. "Kalo elo gimana, Rock? Mau nyepang nggak?"
Menyesap rokoknya sebentar, Rocky menjawab, "Boleh. Pesenin sekalian tiketnya, Ris."
"Siap, boss!"
"Ngomong-ngomong," sela Dimas. "Siapa yang pernah bilang kalau Ducati is nothing without winglets**?"
Yuda mengedikkan dagunya ke arah Aris. "Tuh."
Dimas nyengir. Lalu memberikan handphone-nya pada Aris. "Liat, udah setengah musim dan Andrea Dovizioso ada di posisi ketiga world standings dengan mengantongi 123 poin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Supreme
Novela JuvenilGiza tidak habis pikir, bagaimana bisa teman-temannya menganggap bahwa badboy itu menarik? Cowok yang suka break the rule, doyan ngerokok, sering bolos, nggak bisa dipercaya, diragukan kesetiannya, dan punya track record sama banyak cewek, sama seka...