Bab 1

163 16 3
                                    


Harum wine. Dentingan gelas kala Viktor tersenyum dan berkata, "Cheers, Yuuri!" serta lembutnya bibir Viktor yang menyentuh punggung tangan Yuuri. Keringat dan aroma seks yang memenuhi indra penciuman. Kehangatan akan pelukan Viktor ketika mereka saling bercerita mengenai hasil pertandingan siang tadi. Semua itu membuat dada Yuuri penuh.

Malam itu, entah kenapa Yuuri sangat, sangat bahagia hingga nyaris menitikkan air mata.

Dan malam itu pula ia tertidur pulas, kepalanya berbaring di dada Viktor. Suara napas Viktor membuainya bagai lullaby.

***

Kamar hotel Yuuri masih diselimuti kegelapan ketika ia membuka mata.

Kepalanya terasa berat dan lama ia terbaring. Kemudian, sembari mengerang pelan, Yuuri menyibak selimutnya dan duduk. Di atas nakas, jam tangan digitalnya menunjukkan deretan angka 08:30.

Ia menoleh ke samping.

Sisi ranjang yang ditempati Viktor sudah rapi. Selimut dan bantal tertata pada tempatnya. Sepertinya lagi-lagi Viktor sudah bangun dari subuh dan tidak membangunkan Yuuri.

Yuuri mengusap wajah dan memijat-mijat pelipisnya. Ia masih ingat dengan jelas apa yang terjadi semalam. Viktor menuangkan wine untuk keberhasilan Yuuri meraih peringkat dua di short program Cup of China, sekaligus merayakan prestasinya sendiri di peringkat pertama. Satu gelas bertambah menjadi dua, tiga, hingga Yuuri tidak menghitung lagi. Yuuri merasa bodoh. Hari ini adalah hari kedua pertandingan dan kepalanya sekarang begitu sakit.

Kenapa Viktor tidak menghentikannya semalam, sih? Yuuri tidak bisa memungkiri kalau ia begitu menikmati apa yang mereka lakukan semalam, tapi tetap saja ....

Dan sekarang, mengingat apa saja yang mereka lakukan semalam ... wajah Yuuri jadi terasa panas. Ia menggeleng dan kontan menyesali tindakan itu karena telinganya berdenging. Ia mengernyit, lalu melayangkan pandangan ke tembok yang memisahkan kamar mandi dengan area tidur. Sepi sekali kamar ini. Tidak ada suara sama sekali dari kamar mandi. Ke mana pula Viktor?

Yuuri mendesah dan menunggu hinga dengungan di telinganya mereda. Akhirnya, setelah tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Viktor, ia memutuskan untuk bangun dan mandi. Dengan asal ia merogoh kaus dan celana dari koper yang ia taruh di atas meja bagasi, di seberang pintu kamar mandi.

Viktor berjanji untuk sarapan bersama sebelum berkumpul di arena pertandingan pagi ini. Mungkin Viktor sudah menunggunya di restoran. Yuuri buru-buru menyelesaikan urusannya di kamar mandi dan menyambar jaket training-nya dari gantungan baju. Tidak lupa, ia mengambil tas jinjing berisi sepatu skate, kostum, serta handuk yang sudah ia persiapkan sebelum Viktor menggodanya semalam. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, ia mengambil key card yang terselip di key card switch sebelum membuka pintu.

Nomor 7021 tertulis di sana.

Yuuri mengernyit. Seingatnya, semalam nomor kamarnya adalah 7017. Namun ... mengingat begitu sering ia menginap di hotel dalam sebulan, mungkin saja ia tertukar. Ia mengantongi key card itu dan segera mencari lift.

Sesampainya di lantai dua, Yuuri mengedarkan pandangan. Di depan restoran yang sudah mulai dipenuhi tamu, Viktor tidak terlihat. Yuuri menggaruk pipinya yang tidak gatal dan mengerucutkan bibir. Kenapa Viktor pergi tanpa bilang-bilang padanya?

Yuuri mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi Viktor lewat Line.

Yuuri:

Viktor, kau di mana?

Yuuri menunggu. Biasanya Viktor selalu cepat membalas, kecuali bila ia sedang berada di lapangan ice skate. Namun kali ini, layar Line Yuuri statis. Tidak ada tanda read yang muncul.

Dream of Yesterday | Victor x Yuuri | Yuri!!! on IceWhere stories live. Discover now