"Begitulah hidup.Kita butuh rasa pahit untuk tahu rasa manis itu seperti apa"
Sunyi. Satu kata yang menggambarkan keadaan kamar Adira saat ini.
Tak ada suara Dhita dan Shita melalui telfon.
Hanya suara isakan kecil yang di ciptakan oleh Adira. Tak ada yang mampu mendengar isakan itu kecuali Adira sendiri. Padahal Adira telah menahan mati mati an agar mata nya itu tak mengeluarkan setetes air mata kembali. Tapi percuma, air mata itu tetap lolos saja mengalir di pipi tembam milik Adira.Sudah 2 jam Adira seperti ini, bersembuyi dalam selimut dan ia menggigit bibir bawahnya sendiri agar tak ada yang mendengar suara isakan itu.Padahal kebahagian Adira telah kembali sedikit demi sedikit, tetapi kebahagiaan itu seolah olah runtuh begitu saja hanya dalam hitungan detik. Bahkan lelaki itu sangat mudah meruntuhkannya.
Adira tak habis pikir, setelah sesuatu yg lelaki itu lakukan kepadanya, ia dengan mudah datang kembali di kehidupan Adira dengan santai nya.
Menyapa kembali kehidupan Adira yang berangsur membaik.
meninggalkan jejak yang sudah hampir berhasil dihapus oleh Adira. Adira berusaha untuk menutupi rasa sakitnya itu. Arion menghubungi nya. Memanggil nama nya dan menanyakan kabar gadis itu dengan santai seolah-olah dia tidak melakukan kesalahan pada masa lalu.
Adira masih sesenggukan. Dadanya masih terasa sesak. Saat ini yang ia inginkan adalah tertidur agar masalahnya berhenti sejenak tetapi suara ketukan pintu membuatnya terjaga kembali,
"Adekkkkkkkkk, lo di dalem? lo belom makan ya mulai tadi",
Adira hanya mendengus. Tak menjawab pertanyaan kakaknya yang cerewwt itu. Ia malas untuk membukakan pintu karena sudah pasti Rendra akan menanyainya yang macam-macam,
"Adira,lo denger gue kan" tanyanya,
Gak, gue ga denger
"Lo ngapain sih dek",
Gue kayang nih,
"Hey adek jaman now. Gue dobrak nih pintu ya kalo lo diem mulu. Disangka gue apaan dah dikacangin" dumel Rendra di depan pintu Adira bersiap-siap mendobrak pintu itu,
bodo. ga bakal kuat lo dobrak pintu gue
brakkkk
lah di dobrak beneran
"Pintu gue rusakkk mampussss" teriak Adira dengan suara yang serak sambil menatap tajam abangnya itu,
Rendra terkekeh melihat kondisi Adira saat ini. Mengenaskan "Abis ditonjok sapa tuh mata lo, gede amat" Disaat seperti ini abangnya itu masih bisa ketawa? dasar abang laknat,
"kepo" Adira menyibakan selimutnya menutupi tubuhnya kembali,
"Heh heh heh. Mau ngapain lo? itu makanan ampe dingin gara-gara ga lo makan"
Adira menarik selimutnya kembali dari tangan Rendra "Gue ga selera makan bang"
"Heleh gaya lo kayak orang abis putus cinta aja. Uda deh cepet cuci muka ganti baju temenin gue nongkrong di luar"
Adira tertawa dan Rendra melotot,"Anjirrrr. Abang gue keliatan banget jonesnya minta ditemenin nongkrong ckckckc"
Setelah menyelesaikan kalimatnya Adira berlari menuju kamar mandinya sebelum Rendra mengajak gulat adeknya itu.
"Awas lo yah" teriak Rendra yang melihat adeknya itu kabur begitu saja,
Adira cekikikan melihat abangnya itu sampai dia lupa jika beberapa menit yang lalu ia menangis kan anak kecil yang minta dibelikan es krim tapi ga diturutin.
Adira tersenyum tipis setelah menyadari perubahan yang pesat pada dirinya sendiri. Ia benar-benar mampu tertawa jika bersama keluarga barunya ini. Adira selalu lupa jika ia pernah di khianati pada masa lalu nya dan iu semua berkat Abang,Ayah,Bunda dan teman-teman Adira. Walaupun nyatanya orang yang paling dekat dengan dia itu juga berpotensi untuk mengkhianatinya kelak. Tetapi Adira tidak memperdulikannya yang terpenting adalah ia nyaman dengan ini semua.
***
"Bang ngapain sih ngajak gue kesini? enakan juga gue tidur dirumah" dumel Adira saat ia baru turun dari mobil Rendra,
"Biar lo gak galauuuu dirumah terus. Udah lah mau gue kenalin sama temen abang nih barangkali nyantol kan" Rendra terkekeh karena melihat wajah Adeknya yang terlihat geli atau pengen nabok abangnya itu,
"Apaan sih" ketus Adira
Rendra membawa Adira ke sebuah kafe yang berada disalah satu mall yang dekat dengan rumahnya itu. Rendra bilang jika ia akan menunggu temannya itu diluar mall saja. Jadilah Adira sendirian disini bermodalkan hp dan wifi ia membuka aplikasi path nya untuk update lokasi,tetapi sebelum ia mengupdate lokasi kafe ini ia melihat postingan dari seseorang lelaki yang ia kagumi.
Adira kaget ia baru menyadari bahwa lokasi dari postingan itu sama dengan keberadaan Adira saat ini. Adira celingak-celinguk mencari keberadaan lelaki tersebut hingga ia terpaku pada seseorang yang sedang sibuk dengan laptop dan secangkir kopi hitam.
Adira bingung,sebenarnya ia sangat ingin menghampiri lelaki itu tetapi ia sangat malu. benar-benar malu.
Adira kembali terfokus pada hp nya itu. Ia akhirnya mengupdate lokasi yang sama dengan seseorang itu. Setelah selesai mengupdate Adira meletakan hpnya kembali dan ia sedikit mencuri pandang kepada lelaki itu dan tanpa Adira sangka jika orang tersebut mendongakan kepalanya setelah melihat sesuatu dari laptopnya.
Adira berpikir jika lelaki tersebut mencari seseorang yang ditunggunya tetapi Adira salah tingkah disaat lelaki tersebut berdiri dan berjalan, kearahnya. Astaga dia ngehampirin gue?
Adira buru-buru membuka hpnya mengirimkan chat kepada Rendra agar ia cepat kembali. Setelahnya ia hanya megotak-atik hpnya tidak jelas dan akhirnya Adira mendengar suara seseorang sedang berdeham,
"ehmm. ehemm"
Adira memberanikan dirinya untuk mengangkat kepala menatap empunya suara itu.
"loh eh? Kak Tama" kata Adira pura-pura baru mengetahui jika Tama berada di kafe yang sama dengannya,
Tama tersenyum yang membuat darah ADira berdesir hebat,"Hai. Sendirian aja lo Dir"
Eh loh loh kok dia malah duduk sih
"ngg- gak kak. Gue sama bang Rendra tapi dia lagi keluar bentar. Kalo kakak?"
Tama menunjuk tempat duduk yang ia tempati tadi. Disana masih terdapat laptop dan secangkir yang masih mengepul karena panas,
Adira hanya nyengir. Ia bingung harus seperti apa lagi. Ia sungguh malu tapi.....senang juga,
"Loh Tama disini, apakabar bro"
Ternyata itu suara Rendra, ia berhigh five dengan Tama. Tunggu tunggu,kenapa bang Rendra sendiri?
"Loh bang kok sendiri?"
"Ia dek temen abang ga jadi kesini. Kejebak macet katanya" jelas Rendra,
Adira hanya ber ohhhh ria dan Rendra berbicara dengan Tama. Sepertinya ia menyuruh Tama untuk bergabung bersama,terlihat karena Tama berjalan ke mejanya membereskan laptop dan membawanya ke meja Adira berada.
Loh abang pengen bikin jantung gue copot nih. Adira hanya pasrah sambil mengelus dadanya.
###########
Terimakasih
#shapak❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
ADIRA'S
Teen FictionH I A T U S [ When treason came and gave me the real meaning of life] Banyak masalah yang datang silih berganti. Banyak pertikaian yang terjadi setiap hari. Banyak pengkhianatan yang terjadi dalam hidupku. Kepedihan menyelimuti setiap detik,menit da...