Bagian Satu!

2.4K 229 40
                                    

#Kit_POV

Entah sudah keberapa kalinya aku menghembuskan nafas jengah. Ini sungguh merepotkan. Aku diminta—atau lebih tepatnya dipaksa oleh teman dokter tampanku dan pacar imutnya untuk menemui sahabatnya yang hari ini tidak masuk.

Hei, itu kan bukan tanggung jawabku! Wajar kan, kalau aku bilang bahwa itu sangat—sangat merepotkan. Ugh!

*

#flashback
#normal_POV

.

4 mahasiswa sedang duduk di sebuah cafetaria. Salah satu dari mereka—yang paling muda— sejak tadi sibuk berkutat dengan HPnya, membuat pacarnya jengah melihatnya.

"Yo... kenapa dari tadi kau melihat benda itu terus?" tanya Pha dengan nada cemburu.

"Auw, P'. Maafkan aku. Hari ini Ming tidak masuk kampus tanpa kabar, aku khawatir padanya," jawab Yo.

"N', kau sepertinya khawatir sekali, sahabatmu itu tidak masuk," goda Beam sambil melirik Pha.

"Itu karena Ming tidak pernah absen sebelumnya, P'."

Pha mencebil. "Huh, kau sangat perhatian padanya, sampai tidak memperhatikanku. Wajar jika awal-awal aku mengira kalian berpacaran."

"Cemburu Pha?" goda Kit lalu tertawa kecil bersama Beam.

"Aku sahabatnya, P'. Perhatian itu hal yang wajar sebagai sahabat. Lagi pula kabar aku berpacaran dengan Ming hanya hoax. Buktinya aku berpacaran denganmu sekarang," jawab Yo menimbulkan senyum di wajah Pha.

Line!

"Ah, Ming membalas line-ku!" sorak Yo.

Yo men-scroll HP-nya dan membaca pesan dari Ming. Wajah Yo tampak sedih bercampur khawatir. Sejenak dia ragu-ragu kemudian membereskan barang-barangnya.

"Ada apa?" tanya Pha yang bingung dengan tingkah tiba-tiba pacarnya.

"Ming sakit," jawab Yo singkat. "Aku mau menjenguknya."

"Sekarang?" tanya Pha lagi yang dibalas dengan anggukan dari Yo.

"Sahabatmu hanya sakit, kenapa kau sebegitu khawatirnya?" tanya Kit.

"Ming tidak pernah sakit, sebelumnya P'."

"Kau mau meninggalkanku?" tanya Pha memasang ekspresi memohon.

Yo menggigit bibir bawahnya bingung. Di satu sisi, dia khawatir dan ingin menjenguk Ming. Tapi, di sisi lainnya, jika Pha ngambek biasanya akan menimbulkan masalah yang besar dan berakhir dengan sakit di tubuh bagian belakangnya. "Kau ingin aku bagaimana P'?"

"Tetaplah bersamaku," jawab Pha cepat.

"Lalu, Ming?" tanya Yo lagi.

Pha terlihat berpikir. Tapi, dia tidak serius. Untuk apa repot-repot berpikir serius? Ming hanya sahabat pacarnya. Tidak lebih.

"Serahkan saja pada Kit," kata Beam.

"Huh? Aku?" tanya Kit menunjuk dirinya sendiri.

Beam mengangguk. "Memang siapa lagi? Iya kan Pha?"

Pha langsung menyetujuinya. "Ya, lebih baik Kit saja yang menjenguknya," jawab Pha.

"Ken—" ucapan Kit terputus karena rasa sakit yang tiba-tiba menyergap kaki kirinya. Sial. Pha menginjak kakinya.

Pha mengeluarkan dompetnya lalu menyerahkan kartu debitnya. "Pakai ini, beli parcel atau apalah untuk dibawa ke rumahnya."

Kit mencebik kesal. "Beam, kau akan menemaniku?"

"Eumm... aku ada janji dengan seseorang..." jawab Beam tergeragap.

"Kalau P' tidak mau, aku bisa..."

Kit langsung merasa dua pasang mata menatapnya tajam. "Tidak perlu N'. Aku saja."

Yo tersenyum. "Terima kasih P'. Sampaikan salamku pada Ming."

"Eum. Pasti." Kit mengangguk.

"Satu lagi P'. Dari pada buah, Ming lebih suka kitkat."

Gulp.

.

#flashback_off

*

#Kit_POV

Tiin...! Tiiinn!! Lamunanku buyar. Aku langsung membelokkan mobilku di pertigaan.

"Shit!" makiku pelan.

Aku melirik HPku yang menampilkan sistem navigasi menuju condominium yang di tempati Ming. Kalau arahnya benar, harusnya aku sudah melihat condo berlantai 12 itu. Minimal pucuk atapnya kelihatan. Nah, boro-boro keliatan, dari tadi aku hanya melihat ruko di kanan kiri sisi jalan.

Line!

Screen HPku menampakkan sebuah notifikasi dari pacar teman dokter tampanku—entah kenapa aku suka memanggilnya begitu—.

P'. Apa kau sudah sampai? Condonya terletak dekat mall. Ingat,  jangan lupa memberinya kitkat!—Wayo (Phana boyfriend)

Siapa yang memberi username aneh kepada bocah polos itu? Ah, itu pasti kerjaannya Pha. Dia sangat auto over over possessive.

Huh? Aku lupa membeli kitkat. Mungkin aku harus mampir di supermarket dulu untuk membelinya.

*

Setelah perjuangan menjadi alamat selama 32 menit 14 detik. Ah apa ini? Abaikan lah. Yang penting aku bisa menemukan alamat condo yang dihuni oleh Ming. Tanganku sudah pegal menyetir. Kuberi tahu ya, meskipun aku punya mobil, aku susah untuk bisa fokus dan tanganku cepat pegal. Makanya daripada menyetir sendiri, aku lebih suka nebeng ke Beam atau ke Pha—itu kalau dia mau dan membawa mobil—. Aku hanya membawa mobil kalau memang mood dan tidak ada yang mau mengantar.

Aku akui condominium yang ditempati Ming memang mewah. Letaknya sebenarnya strategis, tapi ya tadi aku bilang, aku susah fokus menyetir jadi sempat berputar-putar dan nyasar.

Aku memarkir mobil di basement. Lalu menuju lift. Berdasarkan line dari Yo, condo Ming terletak di lantai 7.

Sejujurnya aku sempat heran dengan Ming. Dia kan punya kamar di asrama, kenapa sekarang tinggal di condo? Uh, tapi itu bukan urusanku sih.

Ting! Pintu lift terbuka. Aku segera melangkah keluar. Dua meter dari lift itu pintu condo Ming.

Belum sampai menyentuh pintu, hanya berjarak 3 langkah dari pintu, pintu itu terbuka.

Muncul seorang perempuan cantik. Aku mengenalnya. Aku pernah—bahkan sering melihatnya di kampus. Wajah cantik itu milik bintang kampus fakultas teknik.

Perempuan itu belum melihatku. Dia terus mengulas senyum dan sedikit tertawa kecil. Terlihat bahagia.

"Cepat sembuh, Ming~" katanya.

Oh. Dia habis menjenguk Ming. Heh, kok terdengar menyesakkan hati ya? Aish. Kit, kamu kenapa??!

.

.

Te be cueh...

Hai! Gimana? Ngebosenin? Oke fain. Aku akui kok. Lagi pula aku bikin singkat cuma 820 kata biar nggak ngebosenin. Kalo misalnya respon ff ini bagus, aku bakal ngepost yang judulnya "LOVE IS MORE THAN A WORD" makanya, ramikan!!

Are You Really Sick, Ming? [MingKit]Where stories live. Discover now