Baru saja Hong-lay-mo-li hendak maju bantu Su-hengnya, tiba2 terdengar jeritan kaget, dari gerombolan kembang sana, tiba2 muncul sesosok bayangan orang, dia bukan lain adalah istri Kongsun Ki, Siang Pek-hong adanya.
Bu-lim-thian-kiau geleng2 kepala, katanya: "Socu (panggilan), begitu kejam sikap Kongsun Ki terhadapmu masakah kau masih kasihan kepadanya?"
Siang Pek-hong tuding Kongsun Ki dan makinya: "Tak heran penyakitku tak bisa sembuh, kiranya kau sengaja hendak mencelakai jiwaku! untung jiwaku memang belum tiba ajal, ingin aku lihat manusia berhati hitam seperti tampangmu ini bagaimana bisa hidup !"
"Niocu (panggilan), mengingat..." Kongsun Ki berteriak.
Belum lagi kata2 "hubungan suami Istri" sempat diucapkan, Bu-Im-thian-kiau sudah pergencar serangannya terpaksa dia harus bertahan mati2an.
Siang Pek-hong tertawa dingin, jengeknya: "Kalau aku tidak ingat hubungan suami istri selama ini, sudah kubiarkan Inkong (tuan penolong) menghabisi jiwamu."
Mendengar Siang Pek-hong membahasakan Bu lim-thiankiau sebagai Inkong, sekilas Hong-lay-mo-li melengak, kini ia sudah jelas, meski rangsakan Bu-lim-thian-kiau sengit dan kencang, orang tetap masih menaruh kasihan, agaknya tak bermaksud menghabisi jiwa Kongsun Ki.
Cepat sekali Hong-lay-mo-li sudah paham seluruhnya, pikirnya: "Bayangan yang kulihat di Hou-Ioan-san dan orang yang menimpuk jatuh cawan obat Kongsun Ki ternyata perbuatan Bu-lim-thian-kiau. Tujuannya memang bukan membunuh Kongsun Ki, tapi hendak menolong Suso, Tapi darimana ia bisa tahu suhengku hendak membunuh istri sendiri? Kepergok secara kebetulan? Atau sengaja ia meluruk kemari?"
"Baik, dia suamimu, aku tak enak wakili kau, terserah bagaimana kau hendak menghukumnya." kata Bu-lim-thiankiau.
"Aku tidak mau suami yang jahat seperti ini," seru Siang Pek-hong penuh kebencian, "Sejak hari ini, biar kuanggap dia sudah mampus!" sembari bicara melangkah kedepan, "Cuh!" tiba2 ia berludah kemuka Kongsun Ki. Makinya: "Kongsun Ki, baik ya kau, baik ya kau!" disusul suara plak plok yang nyaring, dengan keras ia gampar kedua pipi Kongsun Ki empat kali.
Karena terbendung dan didesak oleh seorangan Bu-limthian-kiau, Kongsun Ki tak berhasil meluputkan diri dari tamparan dan semprotoan ludah.
Kalau mau menolong Hong-lay-mo-li cukup mampu, namun dia berpeluk tangan, Tak nyana setelah menghajar suaminya Siang Pek-hong berpaling kepadanya, jengeknya: "Suami aku tidak mau, Siang-keh-po inipun akan kutinggalkan jikalau kau menyukai Suhengmu, biar semua milikiku kuserahkan kepadamu!" setelah mengebaskan lengan baju, ia tinggal pergi.
Malu dan dongkol hati Hong-lay-mo-li, lekas ia memburu maju, teriaknya: "Suso, tunggu sebentar! Aku bukan manusia seperti yang kau bayangkan, dengarkan penjelasanku."
Belum habis kaba2nya, Siang Pek-hong membalik sambil memaki: "Siapa itu Susomu!" berbareng kedua lengan baju terayun, segulung asap warna warni menyembur keluar dari lengan bajunya, Hong-lay-mo-li cukup tahu orang adalah ahli menggunakan racun, walau tidak perlu takut, tak bisa tidak dia harus berkelit setelah asap bayar, bayangan siang Pekhong sudah tak kelihatan lagi,
"Baiklah, mari kita pergi bersama!" kumandang suara Bulim-thian-kiau, disusul irama seruling mengalun di kejauhan.
Hong-lay-mo-li membatin: "Agaknya Bu-lim-thian-kiau bukan seorang jahat, tapi dia sekongkol dengan Giok-bin-yauhou, pelindung maha raja Kim. Jelas dia adalah musuhku." Waktu itu Bu-lim-thian-kiau sedang tinggalkan Kongsun Ki, melesat kearah dimana tadi Siang Pek-hong menghilang. Lekas Hong-lay-mo-li memburu tiba, bentaknya sambil menjinjing pedang: "Siapa kau sebenarnya?"
Lagu tiupan seruling Bu-lim-thian-kiau tetap me-ngalun, kaki dipercepat maka jaraknya semakin jauh dan tak tersusul lagi oleh Hong-lay-mo-li.
Mendengar lagu tiupan orang Hong-lay-mo-li sampai berdiri kesima, batinnya: "Agaknya dia pinjam nyanyian lagunya menjelaskan asal usul dirinya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
PertualanganPemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...